Media Asuransi, GLOBAL – Hampir setengah dari perusahaan makanan dan minuman atau sebesar 48 persen menyebutkan gangguan bisnis merupakan risiko internal terbesar mereka. Kemudian hal ini diikuti oleh risiko rantai pasokan sebesar 40 persen.
Namun sayangnya, hanya 29 persen yang melaporkan asuransi mereka hanya mencakup pada kerusakan properti akibat cuaca ekstrem saja, tanpa perlindungan untuk gangguan bisnis.
Mengutip Outlook Risiko Makanan dan Minuman Global 2024 dari WTW ditemukan perusahaan tersebut sangat berhati-hati dalam melihat prospek mereka, dengan lebih dari empat dari 10 (41 persen) memprioritaskan peningkatan likuiditas dalam dua tahun ke depan untuk mengelola potensi guncangan.
Pimpinan Industri Makanan dan Minuman untuk Australasia WTW Ian Poustie mengatakan industri makanan dan pertanian adalah salah satu sektor terpenting di Australia dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara ini.
“Industri ini memiliki reputasi internasional dalam memproduksi produk-produk berkualitas tinggi yang aman dan merupakan pengekspor produk yang kuat di berbagai kategori ke pasar global,” ujar Ian Poustie.
|Baca juga: Profil Elin Waty, dari Dirut Kini Jadi Presiden Komisaris Sun Life Indonesia
Namun, lanjutnya, industri ini dihadapkan pada berbagai kekuatan yang mengganggu, mulai dari kekeringan dan bencana alam hingga perselisihan perdagangan dan perubahan peraturan, serta risiko abadi seperti penarikan produk, kebakaran pabrik dan gudang.
Kemudian, tujuan strategis lainnya termasuk mengurangi biaya sebesar 38 persen dan menstabilkan bisnis sebesar 35 persen. Perubahan yang cepat dalam selera dan preferensi konsumen juga menjadi perhatian, dengan sepertiga perusahaan atau 36 persen mengidentifikasi hal ini sebagai risiko.
Namun, hal ini juga menghadirkan peluang karena perusahaan-perusahaan harus menyesuaikan diri dengan tren konsumen terkini. Lebih dari separuh perusahaan (53 persen) melihat merangkul keberlanjutan serta kesehatan dan kebugaran sebagai peluang utama.
Dibandingkan dengan 2022, antusiasme terhadap pengganti daging nabati lebih rendah dan minat terhadap kesehatan usus, nutrisi, dan produksi yang berkelanjutan juga meningkat.
Terlepas dari tantangan-tantangan ini, bisnis makanan dan minuman mengambil langkah-langkah untuk membangun ketahanan. Hampir setengahnya (47 persen) meninjau rencana keberlanjutan bisnis mereka setiap enam bulan, sementara 31 persen melakukannya setiap tiga bulan.
Sebagai informasi, laporan WTW ini mensurvei 400 pengambil keputusan senior global dalam manajemen risiko di perusahaan makanan dan minuman terkemuka, termasuk di Asia Pasifik, pada Januari 2024.
Editor: Angga Bratadharma