Media Asuransi, GLOBAL – Laporan terbaru dari BDO International yang merupakan sebuah firma akuntansi dan penasihat bisnis menyebutkan organisasi perlu mengubah cara mereka merespons risiko global jika mereka ingin tetap kompetitif.
Dikutip dari laporan risiko tahunan BDO yang dikutip dari Reinsurance News, Jumat, 14 Juni 2024, menemukan para pemimpin bisnis menghadapi gangguan yang hampir permanen, dengan 84 persen responden dalam survei menyatakan lanskap risiko global saat ini lebih ditentukan oleh krisis dibandingkan dengan waktu-waktu lain dalam sejarah.
Survei yang dilakukan terhadap 500 tokoh bisnis ini menemukan bukti-bukti tentang lingkungan risiko yang berubah dengan cepat yang dihadapi oleh bisnis-bisnis di seluruh dunia.
Temuan yang paling menonjol dari laporan tersebut adalah risiko regulasi naik 13 peringkat untuk mencapai posisi nomor satu dalam tabel liga risiko global yang teridentifikasi, dengan 37 persen responden menandainya sebagai perhatian utama dibandingkan dengan hanya tujuh persen tahun lalu.
|Baca juga: Pesona Unitlink Terus Tergerus, AAJI Malah Bilang Begini!
BDO menyatakan ini mungkin disebabkan kecemasan akan dampak pemilihan umum di negara-negara besar yang berlangsung tahun ini. Selain itu, risiko rantai pasokan naik satu peringkat ke posisi kedua. Perasaan umum adalah hal ini kemungkinan besar merupakan respons terhadap dampak gangguan rute pengiriman di Teluk Aden, serta ketidakpastian ekonomi dan inflasi.
Pada saat yang sama, ketegangan geopolitik naik tiga peringkat ke posisi ketiga, dengan perang Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina dan konflik di Timur Tengah yang menjadi perhatian utama. Temuan yang menarik untuk disikapi adalah risiko siber, yang dinobatkan sebagai risiko terbesar kedua di 2023, turun ke posisi kelima di 2024.
|Baca juga: Inilah 4 Strategi OJK Hadapi Turunnya IHSG di Awal Juni 2024
Risiko lingkungan juga turun ke peringkat kesembilan, menggarisbawahi betapa cepatnya prioritas risiko dapat bergeser dengan latar belakang gangguan yang terus terjadi.
Selain itu, survei BDO juga menunjukkan para pelaku bisnis menjadi kurang optimistis terhadap peluang kecerdasan buatan. Sebanyak tiga dari lima responden (59 persen) mengatakan mereka melihat AI sebagai sebuah peluang, dengan angka ini menurun dari angka 83 persen yang tercatat pada tahun lalu.
Editor: Angga Bratadharma