Site icon Media Asuransi News

4 Faktor Pendorong Transformasi Digital di Industri Asuransi Indonesia

Media Asuransi, JAKARTA – Pandemi COVID-19 telah membuat industri asuransi Indonesia bertransformasi secara digital dengan cepat. Adaptasi dilakukan tidak hanya untuk bertahan namun juga mengembangkan bisnisnya ke depan.

Project Manager PT Care Technologies, Ricky Hasudungan mengungkapkan transformasi digital adalah bagaimana perusahaan dapat mengintegrasikan semua aspek bisnisnya menjadi digital. Setidaknya ada empat faktor yang mendorong transformasi digital terjadi di industri asuransi nasional.

“Pertama adalah perubahan secara global, contohnya Pandemi COVID-19 itu sendiri. Kedua adalah customer experience yang sudah berubah, kalau dahulu misalkan senang belanja ke pasar, sekarang berubah ke online.

Baca juga: Wapres: Perkuat Eksposur Asuransi Syariah dengan Kolaborasi Lintas Sektor

Ketiga adanya regulasi pemerintah yang memang mendorong ke arah digital, mulai dari sistem pelaporan, bisnis semua diatur dan keempat adalah aplikasi sebagai brainware yang dimiliki setiap perusahaan asuransi harus baik dan dapat diterapkan,” kata Ricky dalam Zoominar Digital Transformasi Pada Industri Asuransi Indonesia yang diselenggarakan oleh Dewan Asuransi Indonesia (DAI), Selasa (8/3).

Meski begitu, bukan berarti transformasi digital yang sudah berjalan tidak menemui tantangan. Menurut Ricky, selain knowledge dari sumber daya manusia (SDM) perusahaan asuransi, cost juga menjadi concern utama.

“Namun saya yakin ke depannya akan semakin (cost) turun seiring semakin banyak perusahaan asuransi yang menggunakan teknologi digital. Salah satu yang paling penting dari teknologi atau aplikasi digital adalah maintenance, dan ini harus terus diperbaharui agar tetap dapat memberikan layanan optimal,” lanjut Ricky.

Baca juga: Cadangan Devisa Indonesia pada Februari 2022 Naik Tipis Jadi US$141,4 Miliar 

Di sisi lain, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan perusahaan asuransi bisa bertransformasi ke arah digital. Pada masa early stage, ada tiga poin yang menjadi perhatian utama, yakni business model, technology, dan product innovation.

“Namun business model yang harus ditekankan diawal, jika perusahaan masih berada di early stage transformation. Dalam setiap transformasi bisnis perusahaan harus memiliki keyakinan untuk mengubah culture dan core-nya ke arah bisnis model digital,” ujar Priyank Dwivedi, Digital Offering Sales Lead, DXC Technologies, pada kesempatan yang sama.

Masih menurut Priyank, budaya kerja selalu menjadi tantangan untuk transformasi digital. Untuk itu, setiap perusahaan asuransi harus bisa menyesuaikan culture kerja perusahaannya agar sejalan dengan perubahan model bisnis yang dilakukan.

Transformasi digital sendiri memiliki beragam manfaat bagi industri asuransi, diantaranya proses bisnis dan pelayanan terhadap nasabah menjadi lebih mudah, terutama untuk mengatasi keterbatasan interaksi tatap muka akibat kondisi Pandemi misalnya. Mulai dari digitalisasi dokumen, proses klaim lebih fleksibel, kemudahan seiring relaksasi pemasaran secara jarak jauh. Aha

 

Exit mobile version