Terkadang, dalam hidup ini, manusia seperti ditodong dengan masalah yang tiba-tiba muncul. Tanpa diduga sama sekali muncul masalah baru dan masalah ini menyebabkan perubahan-perubahan besar yang terjadi dalam dunia kerja. Padahal, bekerja adalah cara manusia untuk mempertahankan kehidupannya.
Pandemi Covid-19, yang diketahui sudah ada di Indonesia pada awal Maret 2020, seperti yang dinyatakan oleh Presiden RI Joko Widodo setelah ada warga negara Indonesia yang positif terinfeksi virus mematikan ini. Pola kerja langsung berubah drastis. Work from Home atau bekerja dari rumah menjadi pola yang mau tidak mau menjadi kenyataan. Penggunaan teknologi informasi dalam dunia kerja juga menjadi kenyataan mulai Maret 2020, sesuatu yang lebih cepat penggunaannya dalam dunia kerja dari perkiraan para eksekutif perasuransian.
Bekerja di Masa Pandemi Covid-19 (PT Penerbit IPB Press, Bogor, Maret 2021, Cetakan Pertama) merekam pengalaman kerja 15 pelaku bisnis asuransi, baik asuransi jiwa, asuransi umum, reasuransi, asuransi sosial, pialang asuransi, agen asuransi, akademisi asuransi, dan sebagainya. Tema sama mengenai bekerja dalam situasi dan kondisi pandemi Covid-19 tapi tulisannya beraneka ragam.
Perubahan cara kerja akibat pandemi Covid-19 ini tampaknya tak hanya dirasakan oleh eksekutif perasuransian di Indonesia. Tapi juga dirasakan mereka yang bekerja di negara lain, meskipun ia adalah warga negara Indonesia. Misalnya, apa yang dialami oleh Delil Khairat, yang bekerja untuk suatu perusahaan reasuransi global, yang ditempatkan di Kuala Lumpur, Malaysia.
Sebelum pandemi Covid-19, Delil Khairat sebenarnya tidak terlalu suka bekerja di rumah untuk urusan kantor. Tapi kini tak punya pilihan lain. Soal produktivitas, ia mengungkapkan, ternyata tak kalah dengan kalau bekerja di kantor. Rahasianya? Ia justru belajar dari anaknya yang berumur 7 tahun, yang terpaksa harus belajar di rumah karena sekolah ditutup. Ketika anaknya jenuh karena belajar di rumah, maka anak ini pergi bermain-main. Tulisan Delil Khairat dalam kumpulan esai di buku ini berjudul “Menjadi Kanak-Kanak”.
Lain lagi dengan Erwin Noekman, yang sekarang bekerja untuk Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) sebagai Direktur Eksekutif, yang memberikan catatan sebagai Kepala Rumah Tangga, Dosen, dan Karyawan dalam pandemi Covid-19. “Di tahap awal masa pandemi, sebagian besar orang –termasuk saya– mengalami sebuah culture shock,” katanya dalam tulisannya yang berjudul “#dirumahaja” dalam buku ini.
Para penulis dalam buku Bekerja di Masa Pandemi Covid-19 adalah anggota Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (KUPASI), yang merupakan organisasi anggota Dewan Asuransi Indonesia (DAI). KUPASI dideklarasikan pada 10 Januari 2013 di Auditorium LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Jakarta oleh 12 orang pendirinya yaitu Ana Mustamin, Arman Juffry, Andreas Freddy Pieloor, Profesor Hasbullah Thabrany, Dr Herris Simandjuntak, Hotbonar Sinaga, Irvan Rahardjo, Kapler A Marpaung, Kasir Iskandar, Mucharor Djalil, Munawar Kasan, dan Dr Sugiharto.
Buku ini disunting oleh Ana Mustamin, yang saat ini menjadi Ketua Dewan Pengurus KUPASI. Dengan adanya buku ini, semoga kecemasan dan ketakutan berlebihan terhadap Pandemi Covid-19 dalam kaitannya dengan dunia kerja dan bisnis dapat berkurang. Mucharor Djalil