Site icon Media Asuransi News

Insurance Outlook 2018

–  Dalam hitungan hari, kita akan memasuki tahun baru 2018 dan meninggalkan tahun 2017. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sekitar lima persen pada 2017, masih belum seperti yang diharapkan. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, yang berada di sekitar angka Rp13.500 per dolar AS. Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI/IDX) masih mengalami kenaikan meski terkadang ada koreksi pasar. Dengan kondisi seperti ini, kita memasuki tahun 2018. Suatu tahun yang berdekatan dengan Tahun Politik 2019, saat Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) akan digelar secara bersamaan.
– Dalam seminar tahunan Insurane Outlook 2018 yang diselenggarakan oleh Media Asuransi di Jakarta pertengahan November 2017, beberapa pembicara terdiri dari regulator, pakar ekonomi, bankir, pelaku bisnis perusahaan pembiayaan (multifinance), dan tentunya pelaku asuransi jiwa, asuransi umum, dan asuransi syariah, menyampaikan prediksinya mengenai prospek di tahun 2018.
–  Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Riswinandi mengatakan bahwa sebagai otoritas yang mengawasi IKNB, ada enam Arah Strategis Pengawasan IKNB 2018, yang ditetapkannya pada penghujung 2017. Hal ini dikemukakannya sebagai Keynote Speaker pada seminar tersebut.
– Secara umum arah strategis tersebut adalah Mengintegrasikan Proses Bisnis Pengawasan, Menumbuhkembangkan Ekonomi dan Keuangan Syariah, Pendalaman Pasar Keuangan Dalam Rangka Perluasan Akses dan Penguatan Resilience Sektor Jasa Keuangan, Penguatan Konglomerasi Sektor Jasa Keuangan, Penguatan Koordinasi Fiskal dan Moneter termasuk Koordinasi KSSK, dan Kebijakan dan Pengembangan Fintech dalam Sektor Jasa Keuangan. “Arah Strategis Pengawasan IKNB 2018 tersebut sangat relevan dengan industri asuransi,” katanya.
–  Sementara itu, Profesor Roy Sembel, pakar ekonomi dari Institut Pengembangan Manajemen Indonesia (IPMI) International Business School, mengungkapkan bahwa untuk tahun 2018 mendatang, inflasi masih diperkirakan di kisaran yang sama dengan tahun ini yakni empat persen plus minus satu (4 persen + 1). Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS rentangnya lebih lebar, yakni di kisaran Rp12.500-Rp14.500 per dolar AS. Untuk suku bunga BI Reverse Repo Rate masih di kisaran yang sama dengan tahun ini yakni sebesar 4,0 persen sampai 5,0 persen. Pertumbuhan ekonomi 2018 diperkirakan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan akhir tahun ini, yakni sekitar 5,0 persen sampai 5,5 persen.
–  Dari sisi perbankan, Direktur Utama Bank BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo mengungkapkan bahwa di tahun 2018 mendatang pembiayaan perbankan syariah diperkirakan tetap akan tumbuh meskipun ada sedikit koreksi. Pembiayaan ke sektor komersial atau sektor produktif diperkirakan tidak akan agresif, karena saat ini masih banyak kualitas pembiayaan yang kurang baik. “Namun untuk pembiayaan ke sektor konsumer diperkirakan tetap tinggi pertumbuhannya,” katanya.
–  Menurut Direktur Utama Bank BNI Syariah ini, peluang untuk ekspansi pembiayaan sangat terbuka. Dari sisi proyek infrastruktur pemerintah saja nilai kebutuhan pembiayaan sekitar Rp5.519 triliun selama periode 2015-2019. Kebutuhan dana itu harus ditopang oleh beberapa sumber, karena APBN saja tidak cukup untuk membiayai sekitar 220 proyek yang tersebar di pelbagai wilayah di seluruh Indonesia.
– Sedangkan dari perusahaan pembiayaan (multifinance), seperti dikemukakan oleh Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno, pertumbuhan bisnis multifinance pada 2018 sebesar 9-11 persen. Sementara itu pada akhir tahun 2017 APPI menargetkan pertumbuhan di angka 8-10 persen secara tahunan (year on year).
–  Arah kebijakan OJK, pertumbuhan ekonomi makro Indonesia, kegiatan perbankan dan multifinance pada 2018 sangat berpengaruh pada industri asuransi umum, asuransi jiwa, dan asuransi syariah di tahun 2018.
– Menurut Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dadang Sukresna, untuk tahun 2018 nanti diperkirakan kinerja industri asuransi umum secara keseluruhan akan mengalami pertumbuhan yang lebih baik daripada tahun 2017 ini. “Diperkirakan premi bruto asuransi umum di tahun 2018 dapat tumbuh di kisaran 9-10 persen,” katanya.
– Sedangkan menurut Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Adi Purnomo Wijaya, pada 2018 industri asuransi jiwa optimistis akan tumbuh sekitar 10-12 persen. “Karena ada POJK Nomor 69/POJK.05/2016 yang memberikan perluasan ruang lingkup bagi industri asuransi, khususnya asuransi jiwa yang diperkenankan untuk memperluas ruang lingkup usaha dalam bentuk ASO (Administration Services Only) dan juga penjualan produk-produk dari IKNB lain selain asuransi yang akan membawa  peningkatan pendapatan baru khususnya fee based income,” katanya.
–  Dan, menurut Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Ahmad Sya’roni, untuk 2018 diprediksi pertumbuhan di industri asuransi syariah ada di kisaran 9,38 persen sampai 12,78 persen. Ini merupakan pertumbuhan gabungan asuransi jiwa syariah dan asuransi umum syariah serta reasuransi syariah.
Harapannya, tentu, semua perkiraan pertumbuhan yang optimistis pada 2018 menjadi kenyataan. Mucharor Djalil

Exit mobile version