Tahun 2019 akan berakhir dalam beberapa hari lagi. Selanjutnya, kita akan memasuki tahun baru Masehi pada 1 Januari 2020. Tahun 2019 tercatat sebagai Tahun Politik, karena Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) berlangsung dan menguras energi masyarakat Indonesia. Walaupun dari sisi lain, dengan Pileg dan Pilpres yang berlangsung lima tahunan dapat meningkatkan setidaknya kesadaran politik bagi bangsa ini bahwa kita mempumyai negara yang berdaulat.
Tahun Politik 2019, suka atau tidak suka, berimbas pada kegiatan bisnis, termasuk industri jasa keuangan seperti asuransi.
Bagaimana dengan tahun 2020? Dalam seminar tahunan setengah hari Insurance Outlook 2020 yang diselenggarakan oleh Media Asuransi di Jakarta pada akhir November 2019, para pembicara tampak optimistis pada tahun 2020.
Profesor Roy Sembel dari IPMI Business School, Jakarta, mengungkapkan bahwa walaupun menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal ketiga 2019 pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,02 persen, tapi karena size ekonominya besar maka masih bisa menjadi tempat bisnis. Dia menjelaskan, bahwa diukur dengan PDB (produk domestik bruto) atau GDP (gross domestic product) size ekonomi Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Sedang nomor duanya adalah Thailand, tidak sampai separuhnya dari ukuran ekonomi kita. “Jadi Anda berada di negara yang benar ini, untuk berbisnis. Karena anda berbisnis di negara dengan konsumen yang sangat besar,” katanya.
Roy Sembel mengatakan satu faktor yang menggembirakan adalah tingkat inflasinya yang terkendali di sekitar tiga persen. Sedangkan mengenai nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, ia memprediksi masih terus berfluktuasi antara Rp13.000 dan Rp15.000. Sementara itu suku bunga acuan dari Bank Indonesia, ada tarik-tarikan antara turun dan naik. Jika saat ini turun, karena di AS The Fed juga menurunkan suku bunga sedang di sisi lain inflasi di dalam negeri juga sedang rendah.
Pembicara Sektor Pebankan dalam Insurance Outlook 2020, Chief Operating Officer PT Bank DBS Indonesia Bimo Notowidigdo meyakini bahwa perbankan secara kontinyu masih tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan sektor finansial, yang pada gilirannya menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. “Setelah Pemerintah terbentuk dengan lengkap, termasuk kabinetnya, pertumbuhan kredit diharapkan akan melonjak di tahun 2020 mendatang hingga mencapai 12-13 persen yoy. Untuk dana pihak ketiga ini terus terang kita juga banyak bersaing dengan produk investasi yang ada di masyarakat kita termasuk produk-produk dari asuransi jiwa yakni unitlink,” urainya.
Sedangkan menurut pembicara Sektor Pembiayaan, yaitu Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno, pemerintah mengarahkan ke G20. Jadi seharusnya pada 2020 bisnis lebih baik. “Diperkirakan industri pembiayaan tumbuh empat persen di tahun 2020,” katanya.
Industri asuransi diperkirakan oleh para pembicara juga akan mengalami pertumbuhan yang lebih baik pada 2020, baik itu industri asuransi umum, asuransi jiwa maupun asuransi syariah.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dadang Sukresna, bisnis asuransi umum masih didominasi oleh dua sektor terbesar yaitu properti dan kendaraan bermotor. “Prediksi tahun 2020, premi asuransi umum akan tumbuh sebesar 17 persen,” ungkapnya saat menjadi pembicara pada Insurance Outlook 2020.
Sedangkan Ketua Departemen Aktuaria, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Yanes Matulatuwa, memperkirakan total premi akan tumbuh di kisaran 10-14 persen pada 2020. Prediksi ini disampaikan saat menjadi pembicara sektor asuransi jiwa pada Insurance Outlook 2020.
Di industri asuransi syariah, menurut Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Ahmad Sya’roni, pertumbuhan kontribusi di tahun 2020 nanti diestimasikan sebesar 10 persen.
Para pembicara Insurance Outlook 2020 yang diselenggarakan oleh Media Asuransi, tampaknya optimistis masih ada pertumbuhan pada 2020 bagi industri asuransi Indonesia. Ekonomi makro, pertumbuhan sektor perbankan, dan pertumbuhan sektor pembiayaan, juga tampaknya mendukung kegiatan bisnis asuransi pada 2020. Harapannya, tentu prediksi yang disampaikan para pembicara menjadi kenyataan pada 2020. Mucharor Djalil