Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih sekitar lima persen dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada pada kisaran Rp13.500 per dolar AS di tahun 2017, tampaknya masih dapat memberikan optimisme kepada pelaku pasar asuransi di tahun 2018. Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dadang Sukresna memprediksi bahwa prospek pertumbuhan asuransi umum di tahun 2018 adalah 9-10 persen. Sementara itu, Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Adi Purnomo Wijaya memperkirakan pertumbuhan asuransi jiwa di tahun 2018 adalah 10-12 persen. Sedangkan Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) A Sya’roni memperkirakan pertumbuhan asuransi syariah selama 2018 ada di kisaran 9,38-12,78 persen, yang merupakan pertumbuhan gabungan asuransi jiwa syariah dan asuransi umum syariah serta reasuransi syariah.
– Tampaknya, walaupun 2018 suhu politik sudah mulai menghangat karena adanya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak dan menuju ke Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019, kegiatan asuransi optimistis dalam pandangan ketua umum asosiasi perasuransian Indonesia.
– Tapi, bagaimana dengan pandangan pelaku bisnis asuransi dari perusahaan asuransi asing mengenai pasar di Indonesia 2018?
– Menurut laporan Swiss Re Institute yang bertajuk Global Insurance Review 2017 and Outlook 2018/2019, pertumbuhan premi asuransi jiwa secara global diperkirakan sekitar empat persen tiap tahun dalam dua tahun mendatang (2018 dan 2019). Pendorong utama pertumbuhan tersebut adalah pasar yang sedang tumbuh, pertumbuhan ekonomi stabil dan tinggi, jumlah penduduk yang meluas, urbanisasi dan meningkatnya kelas menengah mendasari pandangan yang positif.
– Yang menarik dari laporan Swiss Re Institute tersebut adalah kontribusi pasar Asia yang signifikan terhadap pertumbuhan pasar asuransi jiwa global. Baik itu pasar Asia yang sedang tumbuh maupun yang sudah mapan. Tentunya, Indonesia termasuk dalam pasar asuransi jiwa yang sedang tumbuh.
– Sedangkan pasar asuransi umum Indonesia, tampaknya menjadi salah satu incaran di samping Cina bagi perusahaan asuransi Jerman. Sebagai langkah lanjutan dari pembukaan cabang di Korea Selatan pada Juni 2017, Allianz Global Corporate & Specialty SE (AGCS) mengincar pertumbuhan lebih lanjut dengan memperluas kehadirannya di Cina dan Indonesia.
– AGCS telah membuka kantor kegiatannya di Beijing, Cina, sebagai suatu divisi Allianz China. Divisi di Beijing ini, sebagaimana dilaporkan oleh Asian Insurance Review, merupakan AGCS yang ketiga setelah Guangdong dan Shanghai, yang menandai adanya jaringan kuat kota-kota utama Cina. Sedangkan di Indonesia, AGCS beroperasi sebagai suatu divisi dari Allianz Utama di Jakarta. Baik di Cina maupun di Indonesia, AGCS beroperasi sebagai perusahaan reasuransi bagi perusahaan-perusahaan Allianz lokal, dengan tim ahli yang diarahkan untuk bisnis asuransi korporasi AGCS.
– Dengan memperluas jaringannya, AGCS mempunyai tujuan untuk memperbesar kesempatan bisnis dari pasar asuransi yang sedang tumbuh di Cina dan Indonesia. Cina merupakan pasar asuransi terbesar kedua di dunia, yang pada 2016 mendekati separuh dari pertumbuhan asuransi global. Sedangkan di Indonesia, menurut pandangan AGCS, regulator telah memberikan tanda mengenai pertumbuhan ekonomi yang positif, seperti pertumbuhan PDB yang mencapai 5,3 persen pada akhir 2017. Hal ini akan mendorong pertumbuhan premi asuransi bersamaan dengan meningkatnya permintaan asuransi property dan engineering karena anggaran pemerintah yang lebih besar untuk infrastruktur.
– AGCS merupakan bagian dari Allianz Group yang diarahkan untuk bisnis asuransi korporasi dan khusus, yang menangani marine, aviation, energy, engineering, entertainment, financial lines, liability, mid-corporate dan property insurance. AGCS ini beroperasi di 32 negara.
– Tampaknya, pasar asuransi Indonesia masih menarik untuk perusahaan-perusahaan asing di tahun 2018, walaupun tahun ini politik sudah mulai menghangat karena ada pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak. Jadi, pasarnya itu di sini, di Indonesia. Mucharor Djalil