Site icon Media Asuransi News

Survey: Pendorong Pertumbuhan Asuransi di Kawasan Asia

  Selama 2017, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia sebesar 5,07 persen, industri asuransi nasional masih mengalami pertumbuhan.
Menurut Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) tercatat total pendapatan premi industri asuransi jiwa pada tahun 2017 mengalami pertumbuhan sebesar 17,2 persen menjadi Rp195,72 triliun dari Rp167,04 triliun selama 2016.
Sedangkan menurut Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), kinerja asuransi umum selama 2017 mengalami pertumbuhan 2,7 persen dengan premi bruto sepanjang tahun 2017 sebesar Rp63,1 triliun dari perolehan premi bruto Rp61,9 triliun selama 2016.
Bagaimana dengan pertumbuhan asuransi di kawasan Asia selama 2017, terutama pada pasar yang masih berkembang (emerging market)?
Sebuah kajian yang dilakukan oleh Swiss Re Institute yang diumumkan awal Juli 2018 menarik untuk disimak. Kajian yang bertajuk “World Insurance in 2017” mengungkapkan bahwa pertumbuhan asuransi jiwa di kawasan Asia memang kuat, sedangkan pertumbuhan asuransi umum lambat.
Menurut hasil survey tersebut, pertumbuhan asuransi jiwa di pasar yang sedang berkembang masih kuat dengan premi yang naik 18 persen selama 2017, yang didukung oleh hasil bisnis yang bagus di banyak pasar di kawasan Asia. Kinerja pasar modal yang kuat selama 2017 telah meningkatkan minat untuk membeli produk-produk unitlink.
Premi asuransi jiwa di Cina meningkat 21 persen, menurut survey yang dilakukan oleh Swiss Re Institute, yang didukung oleh permintaan yang tinggi terhadap baik itu produk tradisional maupun unit link. Di luar Cina, premi asuransi jiwa meningkat secara siginifikan di Indonesia (27 persen) dan Vietnam (24 persen) karena permintaan yang tinggi produk asuransi traadisional maupun unitlink. Sementara itu, asuransi jiwa di Thailand dan Malaysia mengalami pertumbuhan yang stabil, dan di Filipina mengalami mulai tumbuh lebih baik lagi sebesar 7,7 persen setelah 2016 hanya tumbuh 4,9 persen. Sedangkan di India, premi asuransi tumbuh delapan persen, yang didorong oleh meningkatnya penjualan produk annuitas dan kelompok bisnis.
Kajian itu mengatakan bahwa prospek masih baik, meskipun pada awal 2018 pertumbuhan PDB tampaknya mencapai siklus yang tinggi dan pasar modal mengalami volatilitas yang meningkat secara signifikan. Cepatnya normalisasi suku bunga di kawsan Asia dan perubahan-perubahan regulasi, termasuk solvency reform di Thailand dan penerapan standar intenasional seperti IFRS 17, semuanya mempunyai potensi untuk mempengaruhi pertumbuhan premi. Sedangkan di Cina, bersatunya regulator perbankan dan asuransi diharapkan dapat meredakan kekhawatiran mengenai risiko finansial yang meningkat dari kegiatan adanya produk asuransi yang menekankan pada penciptaan kekayaan dalam waktu yang singkat.
Sebagian besar perusahaan asuransi jiwa, menurut kajian Swiss Re Institute, dilaporan membukukan laba positif salaam 2017, yang sebagian didorong oleh besarnya hasil investasi, meskipun suku bunga rendah. Tapi, karena volatilitas pasar modal meningkat dan bank-bank sentral harus menyesuaikan suku bunganya, maka laba diperkirakan akan lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Bagaimana dengan industri asuransi umum di kawasan Asia?
Menurut kajian Swiss Re Institute, premi asuransi umum di kawasan Asia tumbuh 10 persen selama 2017, bandingkan dengan trend 10 tahun yang biasanya 15 persen. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan yang melambat di Cina, padahal Cina adalah penyumbang lebih dari 80 persen premi asuransi umum di kawasan Asia. Di Cina, pertumbuhan premi asuransi umum turun dari 20 persen selama 2016 ke 10 persen salama 2017. Premi asuransi kendaraan bermotor di Cina menurun karena adanya pembebasan tarif yang sedang berlangsung, tapi premi asuransi kecelakaan dan kesehatan, asuransi tanggung-gugat (liability) dan asuransi pertanian tumbuh lebih tinggi.
Di luar Cina, premi asuransi umum malah lebih rendah pertumbuhannya, yaitu 9,7 persen salama 2017. India memperoleh keuntungan dari asuransi tanaman, sedangkan Filipina mengalami pertumbuhan asuransi kendaraan motor yang tinggi. Sedangkan Indonesia, menurut kajian tersebut, mulai menggeliat kembali dari 2016 dengan pertumbuhan premi 3,7 persen pada 2017 karena proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Sementara itu, di Malaysia, asuransi umum mengalami pemnrunan 3,8 persen karena anjloknya asuransi transportasi.
Kajian Swiss Re Institute ini setidaknya bisa menambah masukan mengenai pertumbuhan premi asuransi di Indonesia. Mucharor Djalil

Exit mobile version