Indonesia berada di daerah yang disebut sebagai Asia Pacific Ring of Fire, suatu wilayah yang rawan bencana. Menurut Kornelius Simanjuntak dalam disertasinya yang berjudul Asuransi Bencana Alam, Studi Tentang Perlunya Skema Asuransi Bencana Alam Untuk Memberikan Bantuan dan Ganti Kerugian Bagi Korban Bencana Alam (Program Pascasarjana, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta 2016), di Indonesia ada 127 gunung berapi aktif, terbanyak di dunia.
– Sementara itu, menurut Direktur Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sosial Ekonomi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo, per Desember 2017 sebanyak 150 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah rawan bencana.
– Lebih dari itu, menurut Direktur Eksekutif The ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance in Disaster Management (AHA Centre) Adelina Kamal, tiga besar negara yang rawan bencana di kawasan ASEAN yaitu Filipina, Myanmar, dan Indonesia, yang menderita kerugian yang besar. Dalam kurun 2004-2015, ia mengungkapkan, rata-rata negara ASEAN menderita kerugian 4,4 miliar dolar AS per tahun akibat bencana. “Lebih dari 50 persen kematian akibat bencana di dunia terjadi di wilayah ASEAN,” katanya di Jakarta awal Desember 2017.
– Kalau penduduk Indonesia berjumlah sekitar 250 juta orang, maka lebih dari separuhnya berada di wilayah yang rawan bencana, sebagaimana diungkapkan oleh BNPB. Tapi, sampai akhir Desember 2017, di Indonesia belum ada program asuransi bencana alam yang bersifat nasional. Padahal, di dunia saat ini setidaknya sudah ada tujuh negara yang mempunyai asuransi bencana nasional. Sehingga ketika terjadi bencana alam, proses pembayaran ganti rugi dan rekonstruksi dapat dilakukan segera, terutama bagi masyarakat yang belum mampu membeli asuransi bencana sendiri. – Kami di Rapat Redaksi Media Asuransi memutuskan untuk menjadikan “Menanti Penerapan Asuransi Bencana Nasional” sebagai tema Cover Story edisi Januari 2018. Cover Story ini terdiri dari lima tulisan yang merupakan satu kesatuan. Pertama, Menanti Penerapan Asuransi Bencana Nasional. Kedua, Asuransi Bencana Bagi Asuransi Umum: Pasar atau Ancaman? Ketiga, Belajar Asuransi Bencana Nasional di Luar Negeri. Keempat, Insurable Interest Asuransi Bencana terhadap APBN. Kelima, Asuransi Bencana yang Ada di Indonesia Saat Ini. Dan keenam, Eksekutif Asuransi Umum Bicara Asuransi Bencana.
– Di samping harus mempunyai bahan referensi yang jelas dan akurat untuk mengkaji asuransi bencana alam, kami di Media Asuransi harus menghubungi pelaku asuransi bencana alam yang ada di industri asuransi Indonesia. Kebetulan, tiap tahun PT Reasuransi MAIPARK Indonesia memberikan MAIPARK Award kepada mitra bisnisnya yaitu perusahaan asuransi umum yang mereasuransikan risiko gempa bumi kepada perusahaan reasuransi ini. Sehingga, perusahaan asuransi umum yang mempunyai produk asuransi gempa bumi dapat dipetakan dengan baik. Tim Redaksi Media Asuransi berdiskusi dengan Presiden Direktur PT Reasuransi MAIPARK Indonesia Yasril Y Rasyid di kantornya pada awal Desember 2017.
– Kami juga berdiskusi dengan Presiden Direktur PT Reasuransi Indonesia Utama (IndonesiaRe) Frans Y Sahusilawane, yang sebelumnya adalah Presiden Direktur pertama PT Reasuransi MAIPARK Indonesia.
– Kami berharap, sajian Cover Story tersebut dapat memperluas pandangan pembaca mengenai pentingnya asuransi bencana nasional. Terutama untuk masyarakat yang belum mampu membeli asuransi bencana sendiri, sehingga perlu peran pemerintah seperti di tujuh negara di dunia saat ini.
– Tidak lupa kami mengucapkan “Selamat Tahun Baru 2018”. Semoga semuanya bertambah baik di Tahun Baru 2018 ini. Mucharor Djalil