Setelah 19 tahun berkecimpung di dunia akuntan publik, pria kelahiran Pangkal Pinang, 55 tahun lalu ini, akhirnya memutuskan masuk ke industri asuransi jiwa pada 2010. Edy Purwanto sebelum berlabuh di PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia), sempat bergabung di perusahaan asuransi jiwa multinasional lainnya. “Saya memutuskan berkarier di asuransi jiwa karena value yang sama dengan profesi sebelumnya, yaitu integritas,” tutur Director, Chief Financial Officer, Generali Indonesia ini.
Saat sudah menjadi bagian dari Generali Indonesia sejak 2016 ini, pria yang akrab disapa Edy ini merasakan bekerja di asuransi kian menyenangkan. “Karena Generali terus melakukan transformasi dan berinovasi tidak hanya pada produk-produknya tetapi juga dalam bisnis prosesnya,” paparnya.
Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Indonesia, Jurusan Akuntansi ini mengatakan, industri asuransi jiwa memiliki sejarah yang panjang dan mampu bertahan hingga sekarang karena selalu relevan dan dibutuhkan masyarakat. “Saya percaya industri asuransi jiwa yang fokus pada core business dan dikelola dengan bijak akan terus bertahan dan bisa memenuhi kebutuhan berbagai bentuk proteksi dari pemegang polis,” ujar pria yang menggemari hampir semua genre musik mulai dari pop, jazz, R&B, sampai classic rock ini.
Dia terangkan, banyak sekali tantangan yang dihadapi industri asuransi jiwa saat ini. Industri asuransi harus mampu tetap terhubung setiap saat dengan nasabah dan agen pemasar sebagai garda terdepan perusahaan. Hal ini agar layanan kepada nasabah tidak terhenti. Transformasi digital bukan lagi pilihan tapi suatu keharusan. “Generali terus menyempurnakan berbagai proses digitalisasi dan automatisasi untuk proses kerja yang lebih efektif dan memudahkan nasabah untuk memiliki perlindungan jiwa,” cetus penggemar masakan salmon, pasta, hingga pecel ini.
Keuangan dan akuntansi merupakan bidang yang menjadi tanggung jawab Edy saat ini. Salah satu tantangan dan target terdekat, menurutnya, adalah menyiapkan proses adaptasi implementasi sistem keuangan yang sesuai dengan IFRS 17. “Saya juga sedang menyiapkan anggota tim untuk bertransformasi meningkatkan kemampuan analisa berbasis data. Mesin atau otomasi akan segera mengambil alih proses pengelolaan data keuangan sepenuhnya. Tetapi, kita harus membekali diri dengan kemampuan data analytic dan interpretasi data keuangan secara cepat dan akurat untuk mendukung proses pengambilan keputusan bisnis,” tegas pemilik motto hidup ‘Ora et Labora – Bekerja adalah ibadah’ ini.
Sejak ada Covid-19 dan harus bekerja secara Work From Home, bapak 4 anak ini memiliki hobi baru yakni melakukan latihan Muay Thai seminggu sekali bersama seluruh anggota keluarga, dengan memanggil pelatih ke rumah. “Selain itu, olah raga bersepeda bersama istri. Kegiatan lainnya mulai sering merawat ikan koi, atau menemani istri berburu tanaman di akhir pekan,” tutur pria yang memiliki aneka koleksi buku mulai novel sastra, sejarah, biografi bisnis, ekonomi, hingga teknologi ini. Wahyu Widiastuti