Site icon Media Asuransi News

Menikmati Sensasi Makan Malam di Pantai Jimbaran Bali

Makan malam di pantai Jimbaran Bali. | Foto: Doc

   Gelaran Indonesia Rendezvous AAUI 2018 pada bulan Oktober telah berlalu. Namun ada banyak hal di luar rangkaian acara yang cukup sayang untuk tidak diungkap. Momen-momen tersebut tertentu menjadi kenangan, walau hanya sekadar untuk diingat-ingat. Bahkan jika ada kesempatan lain momen itu dapat diulang kembali. Salah satu yang dirasakan Penulis adalah keseruan saat makan malam bersama di Pantai Jimbaran Bali.

   Fakta tak terbantahkan, Pulau Bali merupakan daerah wisata yang sangat lengkap. Mulai dari wisata gunung, pantai, laut, budaya, dan yang tak kalah menariknya adalah wisata kuliner. Kali ini, kuliner malam hari yang diadakan di Pantai Jimbaran kiranya menjadi sesuatu yang unik untuk diungkap dalam tulisan ini. Tentu keseruan akan lebih terasa jika makan malam dilakukan bersama rombongan. Baik bersama keluarga, kerabat, teman sejawat, ataupun rekan bisnis. Ya, untuk mencari suasana berbeda daripada restoran-restoran pada umumnya.

   Pantai Jimbaran berada di wilayah Kabupaten Badung, sekitar 30 menit perjalanan kendaraan bermotor dari Kota Denpasar dan 10 menit dari Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai, dalam kondisi lalu lintas normal. Pantai ini juga berdekatan dengan Pantai Kedonganan yang sebagian penghuninya merupakan masyarakat nelayan. Berbagai jenis ikan segar hasil tangkapan para nelayan dapat ditemui di kedua pantai ini. Desa ini sebelumnya dikenal dengan pusat pelelangan ikan di wilayah Kabupaten Badung. Latar belakang inilah yang menjadi inspirasi bagi pebisnis untuk membangun restoran di sepanjang bibir pantai.

   Jika ingin merasakan sensasi maksimal, datanglah ke Pantai Jimbaran pada sore hari sebelum matahari terbenam. Pada waktu senja, pengunjung dapat menikmati indahnya langit dihiasi warna keemasan, fenomena matahari terbenam yang menakjubkan. Deru ombak senja menjadi pengalaman tersendiri sebelum memesan makanan. Namun pastikan terlebih dahulu, cuaca hari itu benar-benar cerah. Tidak mendung atau berawan, apalagi hujan.

   Makan malam di Jimbaran ini bukan hanya digemari wisatawan domestik, namun banyak juga terlihat turis-turis asing yang menghabiskan waktu di tempat ini. Pelancong luar negeri itu juga terlihat sangat menyukai alunan tembang lagu yang disuguhkan oleh beberapa orang pengamen di sekitar pantai. Bukan lagu berbahasa Indonesia dan Inggris saja yang dibawakan, bahkan pengamen tersebut menguasai lagu-lagu dengan lima bahasa yang berbeda-beda dan dengan genre yang beragam, termasuk jazz. Alunan musik yang dibawakan oleh musisi di pinggir pantai ini akan menambah suasana menjadi lebih bergairah. Jangan salah, mereka bukanlah musisi kacangan. Lagu lagu dan irama yang dimainkan dijamin menambah nuansa pantai yang romantis. Jika mau, para pengunjung dapat ikut bergoyang dan berjoget mengiringi alunan musik.

   Para pengunjung bebas memilih restoran yang berjejer di pinggir pantai Jimbaran. Setiap restoran sengaja menyediakan meja makan yang berderet di pinggir pantai dan langsung berhadapan dengan laut. Menikmati suapan demi suapan dengan sentuhan angin malam, dihiasi lilin-lilin kecil, di atas pasir putih dan langsung beratapkan langit beserta taburan bintang, memberi nuansa berbeda. Bagi yang tidak kuat dengan angin laut, dapat menyantap hidangan di dalam restoran sembari memandang lepas pantai dari kejauhan. Yang tidak kalah menariknya, dan jarang-jarang ditemukan di tempat lain, adalah saat menyaksikan kelap-kelip lampu pesawat terbang yang lalu lalang seolah terbang rendah di atas permukaan laut.

   Saat berkunjung ke Pantai Jimbaran, penulis tiba di tempat sekitar pukul 19.00 WIT. Hampir dapat dipastikan jika bahwa tempat tersebut menjadi tempat favorit bagi para pelancong, dilihat dari tempat parkir yang sangat penuh, padahal lokasi parkirannya cukup luas. Artinya, jika Anda tidak ingin terbebani dengan mencari-cari tempat parkir kendaraan, silakan datang dengan menggunakan taksi. Apalagi saat weekend.

   Rombongan yang terdiri dari Pengurus AAUI dan peserta Indonesia Rendevous 2018 langsung menuju pinggir pantai, menempati kursi-kursi di salah satu restoran yang sudah dipesan jauh sebelum kami datang karena khawatir tidak kebagian tempat. Kedatangan kami disambut riang deru ombak dan indahnya kemilau lampu-lampu berwarna kuning di sepanjang pantai. Tidak lama setelah menikmati suasana pantai, waiters menghampiri dan menyapa ramah, menanyakan apa yang hendak dipesan sembari menyodorkoan daftar menu.

   Karena tempatnya di bibir pantai, menu makanan di sini tentu didominasi oleh jenis makanan seafood. Restoran atau lebih familiar dengan sebutan cafe di Jimbaran ini menawarkan hidangan laut dengan berbagai macam olahan. Ada ikan bakar, cumi-cumi bakar, kerang bakar, lobster, dan udang. Para pengunjung bebas menentukan seberapa banyak makanan yang diinginkan dan langsung dipilih dari akuariumnya. Untuk minuman, pengunjung dapat memesan es kelapa muda atau berbagai jus buah. Selain itu juga ada berbagai macam minuman kaleng. Soal harga, makanan dan minuman di pantai Jimbaran Bali terbilang bervariasi.

   Setelah menunggu beberapa lama, hidangan kami pun tiba. Beberapa orang pelayan dengan cekatan membawa nampan yang dipenuhi oleh makanan. Di dahului dengan menyajikan minuman yang dipesan. Aroma hewan laut yang dibakar dengan bumbu khusus pun mulai merebak dan menggugah selera. Terasa lama sekali para pramuniaga ini selesai melaksanakan tugasnya menata satu per satu hidangan di atas meja.

  Makan malam yang begitu berkesan. Sebagian dari kami ada yang bercengkerama santai sembari menikmati santapan malam itu, ada yang fokus sekali menghadapi tantangan berbagai macam hewan laut di hadapannya, dan tidak sedikit juga yang mengumbar canda tawa saat bersantap, membuat suasana menjadi tambah ceria. Sedikit berteriak memang, karena selain tempatnya outdoor, suara ombak juga terkadang mengeluarkan suara bergemuruh. Namun, kondisi seperti itu justru membuat suasana menjadi tambah ramai dan seru. Untuk mengabadikan momen tersebut, sebagian dari kami ada yang berfoto ria, atau selfi-selfian. Semua tampak puas. Semua terlihat bahagia.

  Namun ada satu kejadian yang cukup mengejutkan saat itu. Di saat menunggu waktu beranjak pulang, pengunjung duduk yang paling dekat dengan bibir pantai tiba-tiba lari berhamburan, naik ke arah daratan. Ternyata saat itu air laut mulai pasang. Otomatis ombak pun mengganggu mereka yang tengah menikmati santap malamnya. Dibantu oleh beberapa orang petugas restoran, meja dan kursi mereka diangkat menjauhi bibir pantai, dan dicarikan tempat yang aman untuk lanjut menghabiskan sisa-sisa makan yang tersedia. Satu kejadian yang tidak diduga, sebagai risiko kebagian tempat paling ujung. Melihat kehebohan itu, ada diantara pengunjung yang becanda dan bersoloroh “Untung bukan tsunami…,” teriaknya.

   Jarum jam di tangan sudah menunjukkan pukul 21.00 WIT. Tubuh kami sudah mulai lelah, karena kekenyangan dan efek terkena hembusan angin malam. Saatnya bagi untuk beranjak pulang dan beristirahat di penginapan masing masing. Membawa sejuta rasa untuk dibawa dalam mimpi. Bersiap untuk melanjutkan aktivitas lainnya di esok hari. Cukuplah rangkaian acara makan malam itu dengan suasana yang elok dan laik untuk dikenang. Siapa yang pernah merasakan serunya makan malam di pantai Jimbaran, pastilah ingin mengulangnya kembali. B. Firman

Exit mobile version