Beberapa bulan lalu, edisi Media Asuransi pernah mengupas tentang keindahan Danau Toba dari Lembah Bakkara Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara. Pada edisi ini para pembaca kembali diajak untuk menelusuri daya tarik Kaldera Toba ini, hasil dari letusan gunung api puluhan ribu tahun silam. Bersama tim PT Asuransi Sinar Mas, Media Asuransi menikmati keasrian alam, anugerah Yang maha kuasa. Masih berada di sekitar Humbang Hasundutan, namun dengan spot dan suasana berbeda.
Jika pada edisi sebelumnya pembaca diajak menjelajahi keindahan Lembah Bakkara yang terkenal dengan Tanah Para Raja-nya, kali ini kita akan menjelajahi lokasi-lokasi menarik lainnya yang belum banyak diketahui oleh wisatawan dan sangat sayang sekali untuk dilewatkan.
Bertolak selepas sarapan pagi dari tempat penginapan yang berada di daerah Dolok Sanggul, kami dan rombongan membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai di Dermaga Baktiraja, tempat merapatnya kapal wisata berornamen budaya khas Batak yang akan membawa kami mengarungi beberapa sudut Danau Toba.
Setelah berkumpul semua sekitar pukul 09.00 WIB tali tambat kapal dilepaskan. Bersiap membelah kemilaunya air Danau toba diterpa sinar emas mentari pagi. Hangatnya cahaya matahari disertai semilir angin pegunungan membawa para peserta tour ke suasana yang sangat mesra. Sayup-sayup terdengar suara musik khas batak menggema, sengaja diputar oleh kru kapal untuk mengajak penumpang bersenandung bersama.
Dari tengah danau terpampang indah pemandangan pulau-pulau, besar dan kecil yang sangat menawan hati. Pulau Simamora, Pulau Pardepur, dan yang paling jauh dan besar adalah Pulau Samosir yang tidak asing terdengar, termasuk bagi orang yang belum pernah ke Toba sekalipun. Dari kejauhan terlihat air terjun kebanggaan orang Bakkara, Air Terjun Janji. Dan, tidak terlalu jauh, juga terpapar megah air terjun bertingkat tiga yang dikenal dengan Sipultak Hoda. Sebuah panorama lukisan alam yang begitu damai dan indahnya dari tengah Danau Toba.
Di atas kapal kami melakukan berbagai aktivitas, ada yang bermusik ria sambil bernyanyi, ada yang mengelilingi dek kapal bolak-balik menenteng kamera mencari posisi foto terbaik, dan ada pula yang hanya sekedar duduk santai bercengkerama dengan sesama penumpang sambil menikmati cemilan.
Sebuah kejutan bagi kami, saat berlayar di tengah danau tiba-tiba sebuah kapal yang lebih kecil datang mendekat. Seolah akan menyalip kapal yang kami tumpangi. Kapal tersebut berpenumpang puluhan warga Baktiraja terdiri dari para pemuda, orang tua, ibu-ibu, bahkan anak-anak usia belasan tahun dengan bawaan berbagai macam buah-buahan, minuman dan makanan. Awalnya kami mengira kapal tersebut adalah transportasi umum yang akan membawa penumpang ke pulau Samosir atau pulau lainnya. Namun ternyata, mereka sengaja mengikuti kapal kami setelah mengetahui kedatangan kami di daerah mereka. Dengan ramah mereka melambaikan tangan, menyapa kami, berteriak “horas di Toba”.
“Ada apa mengikuti kami?” tanya salah seorang dari rombongan kami.
“Kami dengar ada rombongan datang dari Jakarta mau ke sini. Makanya kami ikuti. Kami bawakan macam-macam makanan dan buah-buahan ini, biar kalian beli nantinya,” jawab salah satu yang tertua dari mereka dengan dialek batak yang kental.
Menjadi kehormatan juga bagi kami, selama mangarungi Danau Toba ditemani oleh Camat Baktiraja, Astri Lidwina Romatua Manullang yang senantiasa menjawab pertanyaan-pertanyaan para peserta trip terkait obyek wisata di sekitar Danau Toba. Astri menjelaskan bahwa selain keindahannya, Toba juga mempersembahkan wisata sejarah yang sangat menarik untuk disimak. Seperti halnya legenda Batu Siungkap-ungkapon yang menjadi ritual para Penatua Batak dahulu untuk menentukan tanaman apa yang baik ditanam oleh masyarakat. “Sebagai bagian dari pemerintahan Humbang Hasundutan, saya mensosialisasikan ajakan Presiden Republik Indonesia untuk menjadikan kabupaten ini sebagai destinasi super prioritas untuk kawasan pariwisata nasional,” ungkapnya.
Selain itu, selama diatas kapal, kami mendapat kehormatan dari Direktur PT Asuransi Sinar Mas, Dumasi MM Samosir yang juga menjadi guide tour. Dumasi dengan cekatan menjelaskan tempat-tempat yang telah kami lalui dan yang akan dituju. Soal pengetahuan sejarah Toba? Jangan ditanya lagi, perempuan asli Batak Toba tersebut tentu sangat paham terkait negeri asalnya itu.
Tujuan utama trip ini adalah lokasi susunan batu di sisi barat danau Toba. Ya, susunan batu-batu besar yang terdapat sebuah ruangan cukup besar tepat menghadap ke perairan danau Toba. Uniknya, ruangan tersebut tercipta dari tiga batu yang saling menopangi satu sama lain sehingga terbentuk layaknya sebuah goa.
Masyarakat setempat menceritakan, konon saat warga Baktiraja menyeberangi Danau Toba ke Pulau Samosir atau tempat lainnya untuk berniaga, dan tengah perjalanan didapati cuaca buruk, maka mereka akan singgah terlebih dahulu untuk bernaung di bawah susunan batu tersebut. Namun begitu, saat ditanya pada warga yang bersama kami perihal nama goa tersebut tidak ada yang mengetahui secara pasti. Ada yang menyeletuk ringan bahwa nama lokasi tersebut adalah Batu Paca. Entah benar apa tidak!.
Saat kapal akan merapat mendekati mulut goa, para peserta trip sangat antusias sekali, ingin menyaksikan dari dekat keunikan dari batu-batu ini. Dan satu hal aktifitas yang tidak bisa dielakkan di lokasi tersebut adalah selfie bersama. Semua antri untuk mendapatkan bagian mengabadikan lokasi tersebut dengan kamera.
Sepintas dilihat tidak ada yang istimewa dengan tempat ini. Namun jika dicermati, banyak pertanyaan terkait asal muasal keberadaan susunan batu ini. Siapa yang menyusun batu sebesar itu sedemikian rupa, sehingga terdapat Lorong, lengkap dengan ventilasi udaranya. Jawaban sementara adalah rekaan dalam hati, bahwa saat terjadi letusan gunung api yang dahsyat, batu-batu tersebut beterbangan dan dengan kebetulan terbentuklah goa tersebut. Bahkan sebagian percaya bahwa di sekitar tempat tersebut terdapat sebuah lokasi mirip ‘Blue Grotto’ di Itali. Namun karena akses masuknya sangat kecil sekali, tidak ada yang bisa masuk ke dalam.
Setelah puas berfoto ria dan menikmati keunikan goa tersebut, kapal memutar haluan. Kali ini menuju sebuah tempat yang masih berhubungan dengan batu dan tidak begitu jauh dari lokasi pertama. Uniknya batu ini dapat dilihat bentuknya yang runcing sedikit menjauh ke tengah dari bibir Danau Toba. Batu ini seolah muncul tiba-tiba dari tengah danau. Tempat tersebut dikenal dengan Batu Lahi.
Air yang bersih dan segar di sekitar Batu Lahi membuat sebagian rombongan tidak tahan untuk segera terjun berenang. Sesekali mereka naik mendaki ke Batu Lahi, dan kemudian loncat ke air dengan berbagai gaya, bak atlet loncat indah. Namun tidak satupun dari loncatan mereka yang kelihatan indah. Sebagian lagi ada yang bermain kano mengelilingi batu runcing tersebut. Semua bergembira.
Setelah sekitar 45 menit berenang dan bermain kano. Rasa laparpun menyeruak. Maklum, disamping kedinginan juga waktunya santap makan siang. Yang sedang berenang pun mulai naik ke daratan. Beberapa warga lokal yang mengiringi kapal kami, telah siap dengan aneka makanan jualannya. Tersedia kopi hangat, mie instan, gorengan, kue tradisional, buah-buahan dan berbagai macam santapan lain, untuk sekedar mengganjal perut lapar.
Hari telah menunjukkan pukul 13.30 WIB, waktunya rombongan bertolak kembali ke dermaga. Di atas kapal peserta tour menikmati suasana berbeda. Kali ini ada sajian sup lobster panas yang dimasak secara khas ala tanah Batak. Lobster Danau Toba ini tidak saja enak disup, tapi juga digoreng ala kadarnya bersama petai utuh ke dalam wajan. Sangat seru, sensasi makan lobster goreng plus petai.
Akhirnya, keseruan terakhir pada hari itu adalah saat kembali merapat di dermaga. Para rombongan disambut hangat dengan kesenian khas batak. Tari-tarian dan musik dengan alunan serulingnya yang enerjik. Sembari memandang indahnya hamparan Danau Toba, rombongan kembali disuguhi dengan kuliner khas Batak. Ada Naniura, Shasimi-nya orang Batak. Ada Dali Ni Horbo, olahan susu kerban. Daun Singkong tumbuk. Sambal Andaliman. Serta olahan masakan batak lainnya.
“Tak lengkap rasanya jika wisata ke Danau Toba tidak menikmati masakan khas Batak dan musik tradisionalnya. Selain keindahan Danau Toba, budaya dan sejarah raja-raja Batak juga sangat layak dijadikan prioritas sebagai obyek wisata menari,” ungkap Dumasi disambut dengan kekaguman tim Trip Humbang Asuransi Sinar Mas terhadap tanah Batak. B. Firman