Indonesia Re terus memperkuat komitmennya dalam memberikan pelayanan kepada ceding company, khususnya melalui New Excellent Service (NES), layanan yang mencakup akseptasi fakultatif, konfirmasi klaim, dan pembayaran klaim. NES memungkinkan pihak ceding company menerima pembayaran klaim paling lama 10 hari sejak persetujuan klaim, sehingga pada akhirnya akan mempercepat pencairan klaim para nasabah asuransi.
Meskipun menjanjikan waktu pembayaran klaim paling lama 10 hari setelah konfirmasi teknik, selama tahun 2017, Indonesia Re berhasil memangkas rata-rata waktu pembayaran hingga sembilan hari. Lebih cepat dibanding tahun 2016 yang perlu waktu selama 10 hari dan 2015 selama 12 hari. “Kami selalu berkomitmen untuk mendukung penciptaan iklim industri asuransi yang baik. Dengan NES, kami membantu para ceding company untuk melakukan pencairan klaim dalam waktu yang cepat, handal, dan aman,” kata General Reinsurance CEM and Administration Division Head Indonesia Re Arie Surya Nugraha di acara Technical Director Gathering 2018 di Jakarta, pertengahan Maret lalu.
Dalam paparan yang disampaikan, dari Rp3,5 triliun klaim yang ada di Indonesia Re, sebagai penyumbang loss terbesar adalah jenis stock yang mencapai 52 persen atau Rp1,52 triliun, kemudian machinery 29 persen, dan building 19 persen. Dari Rp3,5 triliun tersebut, 71 persen atau Rp2,4 triliun dari loss tersebut diakibatkan oleh kebakaran yang hampir sebagian besar penyebabnya adalah arus pendek listrik, angkanya mencapai 59 persen atau Rp1,4 triliun dari total Rp2,4 triliun. Sementara itu, kejadian kebakarannya mencapai sekitar 70 persen terjadi di luar jam bekerja dan pada malam hari. Kejadian tersebut umumnya terjadi pada perusahaan tekstil dan plastik.
Pada sesi kedua, disampaikan paparan oleh Sri Widiyantoro, Guru Besar ITB dan Ketua Pokja Seismologi Tim Nasional Peta Sumber dan Bahaya Gempa. Dia menjelaskan dampak gempa di Selatan Pulau Jawa terhadap industri asuransi umum.
Pada kesempatan itu, Direktur Indonesia Re Kocu Hutagalung mengatakan bahwa pihaknya kegiatan ini sudah diadakan selama lima tahun terakhir. Tujuan diadakan kegiatan ini yang utama adalah sebagai reminder bagi direktur teknik perusahaan asuransi umum, mengingat lingkungan bisnis saat ini semakin berat. “Para direktur teknik untuk siap beroperasi kalau pertumbuhan bisnis tahun ini sama rendahnya seperti tahun lalu. Ini yang kami khawatirkan karena industri ini belum pernah mengalami seperti ini, selama dua tahun 2016 dan 2017 pertumbuhannya di bawah lima persen. Kalau tahun 2018 rendah juga, berarti selama tiga tahun berturut-turut,” ujar Kocu.
Menurut dia, penyumbang utama terjadinya penurunan pendapatan ini adalah dari harta benda dan kendaraan bermotor. “(Perekonomian) Negara tumbuh di atas 5,2 persen, tapi asuransi umum jeblok. Memang properti dan kendaraan pertumbuhannya melambat, tapi efeknya tidak seperti yang kita rasakan selama dua tahun berturut-turut. Apapun situasi yang ada, perusahaan asuransi harus siap dan sebagai penjaganya adalah direktur teknik,” jelasnya.
Dalam hal ini, yang pertama Indonesia Re mengingatkan kepada para ceding. Kedua, memberikan berbagai informasi yang langsung mengena kepada proses pengendalian risiko. “Jadi, kita menggunakan data yang ada untuk memberikan advice yang langsung kepada pengendalian risiko,” tegas Kocu. W. Widiastuti