Media Asuransi – Sentimen positif kembali menghampiri PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menyusul mulai dilakukannya pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat.
Pabrik yang dioperasikan oleh PT HKML Battery Indonesia ini diperkirakan akan menelan ongkos hingga US$1,1 miliar atau sekitar Rp16 triliun.
Peresmian peletakan batu pertama pabrik ini dilakukan Rabu, 15 September 2021, dihadiri oleh Presiden Joko Widodo beserta jajaran menteri lainnya serta para petinggi LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group.
Baca juga: BPR Syariah Asri Madani Nusantara Dilikuidasi, LPS Bayar Simpanan Nasabah
Pabrik ini merupakan proyek investasi antara konsorsium asal Korea Selatan yakni LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC).
Pada tahap pertama, pabrik ini akan memiliki kapasitas produksi sebesar 10 GWh dan mampu memenuhi kebutuhan lebih dari 150.000 unit mobil listrik. Untuk mendukung kapasitas produksi tersebut, HKML Battery Indonesia akan diizinkan mengimpor bahan baku di 2 tahun pertama. Selanjutnya, nikel akan disuplai sepenuhnya oleh tambang dalam negeri.
Adapun, ANTM merupakan salah satu pemasok utama nikel untuk mega proyek tersebut. Pemerintah mengklaim, cadangan nikel ANTM mampu mencukup kebutuhan hingga 30 tahun mendatang.
Kementerian Bidang Kemaritimian dan Investasi pernah mengungkapkan cadangan nikel Indonesia merupakan yang terbesar di dunia yakni mencapai 21 juta ton senyawa metal pada 2019.
Baca juga: Anies Baswedan Larang Iklan dan Etalase Rokok, Kinerja Emiten Rokok Terancam
Dengan adanya, hilirisasi baterai lithium ini, maka prospek ANTM sebagai produsen nikel terbesar Tanah Air akan semakin cerah. Perseroan dapat mendulang keuntungan yang signfikan dengan adanya pabrik baterai listrik anyar ini.
Terlebih, jika pengembangan industri baterai listrik terintegrasi milik Contemporary Amperex Technology Co (CATL) dengan total nilai investasi mencapai US$ 5,2 miliar atau sekitar Rp74 triliun juga terealisasi. ANTM dipastikan akan menjadi salah satu emiten dengan cuan tertinggi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perseroan belum merilis laporan keuangan untuk periode Januari-Juni 2021. Namun, secara operasional, produksi feronikel Antam tercatat sebesar 12.679 ton dalam nikel (TNi). Sementara produksi bijih nikel pada semester I/2021 mencapai 5,34 juta wet metric ton (wmt). Manajemen menargetkan kenaikan produksi dan penjualan untuk produk nikel masing-masing mencapai 77% dan 102% tahun ini.
ANTM menargetkan bisa memproduksi biji nikel sebanyak 8,44 juta wet metric ton (wmt). Angka ini melesat 77% dari total produksi bijih nikel ANTM di tahun lalu yang sebesar 4,76 wmt. Tambahan produksi ini akan digunakan perseroan untuk mengolah bahan baku pabrik feronikel Aneka Tambang dan juga memenuhi permintaan dari pasar domestik.
Adapun, target penjualannya dipatok di angka 6,71 juta wmt, atau naik 104% secara year on year (yoy). Kemudian, untuk feronikel, ANTM optimistis dapat memproduksi dan menjual sebanyak tahun lalu, yaitu sekitar 26.000 ton nikel dalam feronikel (TNi).
Sepanjang 2020, ANTM berhasil memproduksi 25.970 TNi dan menjual 26.163 TNi feronikel. Manajemen ANTM menyatakan target produksi feronikel tahun ini dibuat sejalan dengan optimalisasi produksi pabrik Feronikel Pomala di Sulawesi Tengah.
Sejumlah Investor nampaknya mulai kembali masuk ke ANTM. Hal ini tercermin dari aksi beli oleh investor asing pada perdagangan kemarin dengan total nilai net buy sebesar Rp13,58 miliar. Hal ini membuat total nilai transaksi ANTM mencapai Rp275,73 miliar. Aha