Site icon Media Asuransi News

IHSG Akan Rebound di Semester Kedua

–    Pasar modal Indonesia kurang menggembirakan akhir-akhir ini ditandai oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot cukup tajam di kuartal kedua 2018. Kondisinya agak berbeda dibanding pada dua bulan pertama awal 2018, saat semua pihak optimistis indeks akan dapat bertahan terhadap tekanan global. Apakah akan terjadi rebound di semester kedua? Mungkin saja. Sejumlah pihak optimistis indeks akan membaik secara perlahan di kuartal ketiga dan keempat tahun ini.
    Hasil kajian Lembaga Riset Media Asuransi (LRMA) terhadap data perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) di akhir pekan, menunjukkan bahwa sepanjang semester pertama 2018, indeks terkoreksi sekitar 8,52 persen atau turun 540,00 points. Pada penutupan perdagangan bursa di tanggal 2 Januari 2018 IHSG berada di level 6.339,24, sedangkan di penutupan perdagangan tanggal 29 Juni 2018 indeks telah berada di level 5.799,24.
–   Melemahnya indeks terjadi seiring melemahnya nilai tukara (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada kurun waktu yang sama. Kurs pada tanggal 2 Januari 2018 sebesar Rp13.565 per dolar AS sedangkan di akhir semester pertama 2018 nilai tukarnya Rp14.375 per dolar AS. Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami depresiasi (pelemahan) sebesar 5,72 persen sejak awal tahun.
–   Kajian LRMA menunjukkan hingga akhir kuartal pertama 2018 IHSG masih bertahan di level 6.000-an. Level tertinggi IHSG tercapai pada akhir pekan terakhir Januari 2018 (26 Januari) yakni 6.660,62, sedang yang terendah di level 6.188,99 terjadi pada pekan terakhir Maret 2018 (28 Maret).
–   Memasuki kuartal kedua, indeks saham terus melanjutkan pelemahannya dan berada di bawah level 6.000-an pada akhir perdagangan pekan terakhir April 2018 (27 April) yakni di level 5.919,24. Di kuartal kedua ini indeks akhir pekan tertinggi tercatat pada penutupan perdagangan tanggal 8 Juni 2018 yakni di level 5.993,63. Sedangkan yang terendah pada 18 Mei 2018 yakni di level 5.783,31.
–  Di bulan Juli kondisi indeks sedikit membaik, walaupun tetap terjadi volatilitas dalam tiga minggu pertama bulan Juli. Pada akhir perdagangan tanggal 20 Juli indeks ada di level 5.872,87 atau turun 7,35 persen (466,36 points) dibandingkan posisi indeks di awal tahun. Posisi tertinggi indeks akhir pekan bulan Juli ada di level 5.944,07 yang terjadi pada pekan kedua atau tanggal 13 Juli 2018.
–   Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi menegaskan bahwa yang terjadi di pasar saham beberapa pekan terakhir murni merupakan faktor eksternal, baik perang dagang AS dan China maupun keputusan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) terkait kenaikan suku bunga.
–   Beberapa analis pasar modal juga berpandangan serupa, tekanan terhadap pasar modal yang terjadi selama kuartal kedua 2018 diprediksi masih berlanjut pada awal paruh kedua tahun ini, sejalan dengan belum kondusifnya situasi ekonomi global. Kepala Riset Koneksi Capital Alfred Nainggolan sebagaimana dikutip media nasional mengatakan ada dua faktor eksternal yang masih akan mengganggu kinerja indeks pada paruh kedua tahun ini. Pertama perang dagang antara China dan AS, serta ada rencana bank sentral Amerika Serikat untuk kembali menaikkan suku bunga.
–   Menurut Alfred, satu-satunya antisipasi yang wajib dilakukan pemerintah untuk menenangkan pasar adalah dengan mewujudkan soliditas marko ekonomi sehingga dapat meminimalisasi dampak dari eksternal. Dia tambahkan, sentimen yang dapat mendongkrak laju IHSG pada Agustus mendatang, tepatnya keputusan mengenai kepastian figur yang akan maju sebagai calon presiden. Dia meyakini, pada pertengahan kuartal ketiga 2018, pasar modal akan kembali menggeliat.
–  Secara terpisah Equity Technical Analyst Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan bahwa intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan nilai tukar rupiah cukup positif. Menurutnya, strategi ini akan efektif untuk menjaga aset investor asing di dalam negeri. “Intervensi rupiah ini untuk memenuhi permintaan investor asing. Semester kedua 2018 sudah kondusuf dengan indikasi mulai terjadinya capital inflow, karena dari awal tahun dana keluar cukup deras,” katanya. Reliance Sekuritas memperkirakan IHSG pada akhir tahun ini di kisaran 6.500-6.800. S. Edi Santosa

Exit mobile version