Tahun 2018 ini indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan akan menembus level 6.650, meningkat signifikan dibandingkan dengan indeks di akhir tahun 2017 sebesar 6.355. Jumlah emiten yang melakukan IPO (initial public offering) di tahun 2018 ditargetkan mencapai 35 perusahaan, sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2017 yang jumlahnya 37 emiten. Sementara dari sisi kapitalisasi pasar, manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan peningkatan yang signifikan dibanding 2017 yang tercatat sebesar Rp7052,38 triliun.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio menyatakan bahwa kapitalisasi pasar saham di BEI ditargetkan terus naik mencapai Rp10.000 triliun pada tahun 2019. “Kita perlu menaikkan kapitalisasi pasar setidaknya mencapai Rp10.000 triliun dalam dua tahun. Kalau tidak, kita tergerus dengan yang lain,” katanya dalam acara diskusi di Jakarta, 22 Januari 2018. Hingga pekan ketiga Januari, total kapitalisasi pasar saham di BEI mencapai Rp7.250 triliun. Investasi yang masuk di pasar modal sejak awal tahun 2018 sudah mencapai Rp4 triliun dan diharapkan trennya terus membaik pada tahun 2018 ini.
Secara keseluruhan, sepanjang tahun 2017 ada 37 perusahaan yang mencatatkan perdagangan sahamnya melalui IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI). PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk merupakan perusahaan pertama yang melakukan IPO di tahun 2017, yakni pada tanggal 16 Maret 2017. Sementara itu Prima Cakrawala Abadi Tbk merupakan perusahaan ke-37 yang melakukan IPO, yakni pada tanggal 29 Desember 2017, hari terakhir perdagangan di BEI untuk tahun 2017.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat mengatakan bahwa potensi IPO di tahun 2018 cukup bagus. Pada Januari 2018 sudah ada satu perusahaan yang melakukan IPO dan tiga perusahaan lainnya akan segera menyusul, diperkirakan di kuartal pertama 2018 ini. Satu perusahaan yang telah melakukan IPO adalah PT LCK Global Kedaton Tbk, sebuah perusahaan jasa konstruksi telekomunikasi, yakni pada tanggal 16 Januari 2018. Tiga perusahaan lainnya yang sudah masuk pipeline IPO adalah PT Sky Energy Indonesia, PT Borneo Olah Sarana Sukses, dan PT BTPN Syariah. Samsul menyebutkan nilai dana yang akan diserap bisa mencapai Rp1,5 triliun. “Kalau harga belum ketahuan, tapi mungkin Rp1-Rp1,5 triliun,” tambahnya.
Jika empat perusahaan dijadwalkan IPO pada kuartal pertama 2018, BRI Syariah diperkirakan akan melakukan IPO pada kuartal kedua tahun ini. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Bank BRI) berencana tetap mempertahankan porsi mayoritas kepemilikan saham anak usahanya tersebut. Menurut Direktur Utama Bank BRI Suprajarto, rencana IPO itu dijadwalkan pada bulan Mei 2018. Aksi korporasi ini dilakukan untuk menggalang dana yang nantinya akan digunakan meningkatkan permodalan BRI Syariah agar naik kelas dari Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) 2 dengan modal inti Rp1-Rp5 triliun, menjadi BUKU 3 dengan modal inti Rp5-Rp30 triliun.
Walau disebut-sebut sebagai tahun politik, tahun 2018 ini merupakan saat yang bagus bagi perusahaan untuk melakukan aksi korporasi. Analis Recapital Sekuritas Indonesia Kiswoyo memprediksi bahwa dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2 persen pada tahun ini, IHSG berpotensi menembus level 6.650 pada penutupan perdagangan akhir tahun nanti. Menurut dia, aliran dana investasi asing bakal kembali masuk ke bursa saham Indonesia dengan mengurangi pembelian obligasi. Pasalnya, pada awal tahun, investor bakal lebih memilih mengejar peluang return atau yield yang lebih tinggi.
Sementara itu analis First Asia Capital David Sutyanto menilai masih besarnya modal asing masuk ke pasar modal lantaran banyaknya lembaga pemeringkat asing yang menaikkan rating Indonesia seperti Fitch Rating, S & P, Moody’s. Menurut dia, para investor asing masih banyak melakukan aksi beli, yang kemudian diikuti investor lokal. Dia menyebut data BEI yang mencatat dari awal tahun net buy asing sudah mencapai Rp3,34 triliun, menggambarkan kondisi ini.
Kinerja IHSG sendiri di bulan pertama 2018 ini secara umum baik, ditandai dengan kecenderungan terus menguatnya indeks. Pada hari pertama perdagangan bursa yang dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, indeks langsung menguat. Pada saat penutupan perdagangan hari itu, IHSG di level 6.339,238 dan indeks LQ45 di level 1.076,228.
Di akhir pekan, yakni tanggal 5 Januari 2018, IHSG berhasil melanjutkan laju positif hingga akhirnya ditutup di level 6.353,738 sedang indeks LQ45 ke level 1.080,152. triliun. Kondisi seperti itu berlanjut hingga perdagangan di tanggal 12 Januari 2018, saat penutupan perdagangan IHSG di level 6.370,065 dan indeks LQ45 di level 1.082,517. Sepekan kemudian, tanggal 19 Januari 2018, pada akhir perdagangan IHSG ditutup di level 6.490,896, sedang indeks LQ45 di 1.100,190. Menjelang akhir bulan, yakni saat perdagangan bursa tanggal 26 Januari 2018, IHSG naik 45.290 poin, ke level 6.660,618 dan indeks LQ45 naik ke 1.126,360.
Dengan kondisi seperti itu dan apa yang terjadi sepanjang tahun lalu, tak berlebihan jika Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berharap penghimpunan dana melalui pasar modal akan terus meningkat di tahun ini. Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, pihaknya akan mendorong perluasan dan pemanfaatan instrumen pembiayaan pasar modal yang lebih bervariasi. Selain itu OJK akan mempercepat proses penawaran umum (IPO). S. Edi Santosa