Media Asuransi – Harga saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mulai naik lagi dalam sepekan terakhir setelah pada perdagangan Kamis kemarin, 9 September 2021, ditutup naik 5,17% di Rp2.440/saham.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tambang emas ini di transaksikan sebesar Rp360,41 miliar dengan volume perdagangan 150,82 juta saham.
Baca juga: Bangun Bandara, Gudang Garam Estimasi Baru Balik Modal 50 Tahun
Dalam sepekan saham ANTM naik 5,17% dan sebulan juga naik 4,27%. Investor asing ramai-ramai membeli saham ANTM sebesar Rp42,76 miliar dan sepekan net buy Rp53 miliar. Dalam 3 bulan terakhir asing masuk Rp277 miliar.
Manajemen Antam melihat ada potensi besar permintaan yang akan mengerek kinerja perusahaan dalam jangka panjang yakni nikel.
Saat ini dunia memang sedang berbondong-bondong melakukan transisi energi dari pemakaian energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT). Nikel, turut menjadi primadona bagi Antam ke depan.
Pasalnya, nikel dibutuhkan sebagai komponen baterai hingga kendaraan listrik, serta komponen pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Baca juga: Weave Ajak THC dan Lintasartha Garap Serat Optik Sepanjang Pulau Jawa
Dalam public expose live 2021, Kamis, 9 September 2021, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Antam, Anton Herdianto, mengatakan bahwa tren permintaan ke nikel ini menjadi peluang bagi perusahaan.
Apalagi, Antam memiliki cadangan nikel cukup besar dan perusahaan juga tengah membangun beberapa proyek smelter feronikel, seperti di Pomalaa, Sulawesi Tenggara dan Halmahera Timur, Maluku Utara.
Permintaan bijih nikel di dalam negeri juga cukup banyak. Sejumlah proyek smelter di Indonesia pun digenjot karena terkait dengan masa depan produk nikel untuk komponen kendaraan listrik.
“Di Indonesia tentunya terkait pengembangan ke depan nikel, salah satu fokus sudah disinggung electric vehicles (EV),” tuturnya.
Antam sudah bergerak dengan tiga BUMN lainnya yaitu MIND ID, Pertamina, dan PLN. Keempat BUMN ini mendapatkan penugasan dari Kementerian BUMN melalui pembentukan Holding Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk membangun industri baterai terintegrasi dari hulu hingga ke hilir.
Dalam IBC ini, peran Antam adalah sebagai pengelola sumber daya nikel sebagai bahan baku dalam membuat baterai. Per semester I, produksi feronikel Antam tercatat sebesar 12.679 ton dalam nikel (TNi).
Sementara produksi bijih nikel pada semester I/2021 mencapai 5,34 juta wet metric ton (wmt). Sampai akhir tahun ini diproyeksikan produksi bijih nikel bisa mencapai 8,4 juta ton.
Untuk emas, Antam mencatatkan penjualan emas sebesar 13.341 kg atau 13,3 ton dengan target tahun ini sebanyak 18 ton.
Akan tetapi manajemen Antam menegaskan suatu tekanan ke depan ialah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berdampak pada penjualan emas perusahaan.
Pasalnya, sejumlah outlet penjualan emas terpaksa ditutup, sehingga pelanggan tidak bisa datang untuk membeli emas langsung di outlet.
Adapun untuk produksi alumina pada semester I/2021 mencapai 28.710 ton, tidak terlalu banyak karena masih ada sisa stok di tahun lalu.
Saat ini Antam belum menyampaikan laporan keuangan Juni 2021 karena masih ada penelaahan terbatas. Aha