HBA ini US$11,6 per ton lebih tinggi dibanding dengan HBA pada September 2021 yang ada di level US$150,03 per ton. Kenaikan HBA bulan Oktober 2021 salah satunya disebabkan oleh permintaan yang terus meningkat di China seiring terbatasnya pasokan batubara di negara tersebut.
Baca juga: Krisis Energi, Harga Batubara dan Gas Alam Cetak Rekor Tertinggi
Selain China, permintaan batubara dari Korea Selatan dan kawasan Eropa juga meningkat seiring dengan tingginya harga gas alam.
Harga batubara di ICE Newcastle untuk pengiriman November 2021 terus merangsek naik. Pada perdagangan kemarin, harga emas hitam ini melejit lebih dari 12% ke level US$280 per ton.
Melambungnya harga batu bara ini membuat prospek sejumlah emiten tambang batubara ikut melesat, termasuk PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Sebagai gambaran, ekspor batubara ADRO ke China sekitar 20% dari total penjualan perseroan di sepanjang semseter I/2021.
Angka ini berpotensi meningkat seiring dengan tingginya permintaan dari Negeri Tirai Bambu tersebut. Bukan hanya dari bisnis batubara, perusahaan milik Garibaldi Thohir atau yang akrab disapa Boy Thohir ini juga akan menggarap proyek pembangkit listrik menggunakan energi baru terbarukan (EBT).
Baca juga: Emiten Cokelat Right Issue Rp100,86 Miliar
Hal ini dilakukan sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan pembangkit listrik dari sumber terbarukan. Perseroan, melalui anak usahanya, PT Adaro Power saat ini aktif mengikuti tender yang digelar oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang berbasis EBT, seperti biomassa, tenaga angin, dan panel surya.
Adaro Power kabarnya tengah melakukan finalisasi kontrak untuk peningkatan kapasitas panel surya di Terminal Khusus Batu Bara Kelanis, yang direncanakan akan ditingkatkan dari 130 kWp menjadi 597 kWp.
Selain itu, Adaro Energy juga sudah menyediakan tenaga solar untuk Indonesia Bulk Terminal (IBT) yang berpotensi untuk digabungkan dengan panel surya secara hibrid dalam waktu dekat.
ADRO sudah mulai mencoba operasi pembangkit listrik EBT di tambang Adaro MetCoal (AMC) dan sedang dalam pembangunan solar power plant yang akan menjadi yang terbesar di Indonesia.
Kakak dari Menteri BUMN Erick Thohir ini pun sudah siap merogoh kocek lebih dalam untuk menggarap proyek-poyek besar EBT itu.
Informasi saja, berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2021–2030, pengembangan energi baru terbarukan untuk pembangkit listrik akan didorong lebih tinggi dibandingkan fosil. Perbandingannya 51,6% EBT dan 48,4% energi fosil.
Tidak hanya dalam hal pengembangan bisnis batubara, manuver Boy Thohir di pasar modal pun menjadi sorotan investor. Belum lama ini ADRO mengumumkan menyiapkan dana hingga Rp4 triliun untuk buyback saham.
Perseroan telah memulai aksi korporasinya tersebut pada 28 September 2021 dan akan berakhir pada 26 Desember 2021 mendatang. Tentu saja aksi buyback ini bisa memberikan rasa ‘aman’ bagi investor yang memegang saham ADRO karena manajemen ‘menjaga’ harganya agar tidak merosot ke bawah harga yang dinilai wajar.
Di luar ADRO, Boy Thohir pun melakukan manuver dengan rencana mengambil dan mengendalikan saham PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) dari tangan dingin Patrick Walujo melalui Northstar.
Boy Thohir dan konsorsiumnya telah meneken kesepakatan tidak mengikat terkait pengambilalihan saham tersebut. Alasan akuisisi ini disebutkan untuk investasi dan pengembangan bisnis konsorsium Boy Thohir di pasar modal Indonesia.
Aksi Boy ini bisa menjadi tambahan sentimen bagi ADRO, selain melejitnya harga batubara. ADRO sedang dalam tren bullish. Dalam sebulan terakhir, harga saham ADRO sudah terbang 34% dalam sebulan terakhir.
Investor asing pun ikut memburu saham perseroan dengan total nilai beli bersih mencapai Rp338,3 miliar dalam kurun waktu sebulan terakhir. Aha