Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatatkan pertumbuhan pendapatan premi industri asuransi umum sebesar 5,1 persen atau Rp 61,9, triliun pada penutupan tahun 2016 lalu. Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan terendah dalam lima tahun terakhir. Pada tahun sebelumnya tercatat tumbuh hingga 6,7 persen dan dua tahun sebelumnya sebesar 17,9 persen.
Sepanjang tahun 2016, tercatat tiga lini bisnis yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu Asuransi Pengangkutan, Asuransi Kecelakaan, dan Aneka. Namun seperti tahun-tahun sebelumnya, bisnis Asuransi Harta Benda masih menjadi lini usaha terbesar dan mengalami pertumbuhan prositif pada penutupan tahun 2016, yaitu tumbuh sebesar 7,9 persen dari Rp17,6 triliun di tahun 2015 menjadi Rp19,1 triliun. Pertumbuhan Asuransi Harta Benda ini sejalan dengan data pertumbuhan rumah serta pertumbuhan kredit pemilikan rumah tinggal.
Sedangkan lini usaha terbesar selanjutnya diraih dari Asuransi Kendaraan Bermotor. Namun bisnis ini hanya menghasilkan pertumbuhan yang stagnan yaitu sekitar 0,4 persen, pada tahun 2015 tercatat sebesar Rp16,30 triliun dan naik menjadi Rp16,37 triliun di tahhun 2016.
Ketua Bidang Komunikasi dan Statistik AAUI Dadang Sukresna menyatakan bahwa selama lima tahun terakhir dua lini usaha tertinggi ini selalu mengalami pertumbuhan positif, sekalipun pada 2016 lau untuk kendaraan bermotor hanya tumbuh dengan angka relatif kecil. “Stagnasi pertumbuhan asuransi kendaraan bermotor di tahun 2016 tercermin dari pekembangan penjualan kendaraan bermotor, meski terjadi kenaikan penjualan di roda empat yaitu sekitar 4,95 persen namun di kendaraan roda dua mengalami penurunan sebesar 8,49 persen. Selain itu kredit perbankan untuk pemilikan kendaraan bermotor ini juga relatif stagnan, bahkan cenderung menurun tipis,” kata Dadang dalam jumpa pers di Jakarta, 9 Maret 2017.
Dadang juga menjelaskan bahwa lini usaha Asuransi Kredit juga mengalami pertumbuhan positif yaitu sebesar 18,0 persen, pada tahun 2015 tercatat sebesar Rp3,96 triliun dan di tahun 2016 menjadi Rp4,68 triliun. Selain itu, pertumbuhan positif juga dialami lini Asuransi Penjaminan dan Rekayasa yang masing-masing naik sebesar 29,3 persen untuk penjaminan dari Rp1,53 triliun menjadi Rp1,98, sedang untuk rekayasa naik 13,0 persen dari Rp1,99 triliun menjadi Rp2,25 triliun. “Peningkatan Asuransi Penjaminan ini ditopang oleh ekspansi proyek dan peningkatan belanja infrastruktur di tahun 2016,” ungkapnya.
Sementara untuk klaim, Dadang mengungkapkan adanya penurunan di tahun 2016 sebesar 5,6 persen, pada tahun 2015 tercatat sebesar Rp28,7 triliun dan di tahun 2016 menjadi Rp27,1. “Penurunan klaim terjadi pada lini usaha asuransi Pesawat Udara, Aneka, dan Pengangkutan. Sedangkan untuk asuransi Energi, Rekayasa, Tanggung Gugat, dan Kredit terjadi peningkatan klaim,” tandas Dadang. Fir