PT Bank Central Asia Tbk (BCA) berhasil membukukan laba bersih Rp10,5 triliun di semester pertama 2017, meningkat 10 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp9,6 triliun. Pada semester pertama tahun ini BCA mencatatkan total pendapatan sebesar Rp27,42 triliun, naik 4,9 persen dibandingkan pendapatan di semester pertama 2016 yang sebesar Rp26,13 triliun. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam jumpa pers di Jakarta, 27 Juli 2017, mengatakan bahwa pendapatan bunga pada semester pertama tahun ini sebesar Rp20,37 triliun atau naik 3,1 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, sedang pendapatan non bunga tercatat sebesar Rp7,05 triliun atau naik 10,7 persen secara year on year (yoy).
Pendapatan bunga meningkat seiring dengan pertumbuhan penyaluran kredit yang dilakukan BCA sepanjang semester pertama tahun ini. Outstanding kredit bank swasta terbesar di tanah air ini pada paruh pertama 2017 sebesar Rp433,26 triliun, tumbuh 11,9 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp387,04 triliun. “Hal ini terjadi karena adanya kenaikan kredit korporasi dan konsumer,” kata Jahja Setiaadmadja saat jumpa pers. Kredit korporasi tumbuh sebesar 18,7 persen yoy dari Rp135,4 triliun menjadi Rp160,74 triliun dan konsumer tumbuh sebesar 18,4 persen yoy dari Rp105,15 triliun menjadi Rp124,54 triliun. Sementara untuk kredit komersial serta usaha kecil dan menengah (UKM) hanya tumbuh 1,2 persen yoy dari Rp146,53 triliun menjadi Rp148,31 triliun.
Menurut Jahja, tingginya pertumbuhan kredit korporasi disebabkan adanya kebutuhan modal kerja di saat industri manufaktur bersiap menghadapi momentum kenaikan permintaan saat lebaran. Selain itu juga mulai ada peningkatan investasi karena ada optimism bahwa kondisi perekonomian di waktu-waktu mendatang akan lebih baik lagi. Sementara itu kenaikan kredit konsumer terjadi karena BCA memberikan bunga kredit yang cukup rendah misalnya untuk KPR dari 8-9 persen turun menjadi 6 persen. Selain itu bunga kredit untuk KKB yang flat 5,7 persen membuat banyaknya nasabah yang membeli rumah dan kendaraan bermotor. Selama semester pertama 2017, KPR meningkat 21,9 persen menjadi Rp75,3 triliun sedang KKB naik 12,2 persen menjadi Rp38,2 triliun.
Menurut Jahja, rendahnya pertumbuhan kredit di UKM ini karena daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih. Selain itu, persaingan di sektor UKM sangat berat karena 100 lebih bank yang ada di Indonesia masuk ke sektor ini, sehingga terjadi persaingan di sektor suku bunga, layanan, dan penjaminan. “Persaingan di UKM ini sangat berat, karena semua bank kecuali bank asing, masuk ke UKM. Bukan kami tidak mau berpartisipasi di sektor ini, namun karena kami sangat hati-hati dalam memberikan kredit dan jaminannya juga harus jelas, ini untuk mengantisipasi segala risiko. Kami memang fokus ke korporasi karena tidak semua bank berani memberikan kredit ke korporasi,” tegasnya.
Dari sisi pendanaan, BCA berhasil meningkatkan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 16,7 persen yoy, yakni dari Rp490,56 triliun di semester pertama 2016 menjadi Rp572,25 triliun di semester pertama 2017. Komposisi dana murah, yakni giro dan tabungan (CASA/current account & savings account) mencapai 74,6 persen dengan nilai mencapai Rp426,95 triliun. Tabungan jumlahnya mencapai Rp278,3 triliun atau naik 6,7 persen yoy. Giro naik 23,5 persen yoy menjadi Rp148,65 triliun. Sementara itu deposito nilainya sebesar Rp145,29 triliun, tumbuh 33 persen yoy.
Mengenai pertumbuhan deposito yang sangat tinggi, menurut Jahja ada pengaruh dari program tax amnesty. Namun, peningkatan terutama dipicu oleh keputusan BCA untuk menaikkan suku bunga deposito sebesar satu persen beberapa waktu lalu. “Dengan kenaikan satu persen itu, sebenarnya bunga yang kita tawarkan masih yang terendah, namun ternyata respons nasabah luar biasa sehingga dalam satu kuartal saja, kuartal kedua, nilai deposito bertambah sekitar Rp15 triliun,” katanya.
Lebih lanjut dijelaskan, keputusan menaikkan suku bunga deposito didasari proyeksi yang dilakukan pada akhir tahun lalu bahwa kondisi perekonomian tahun ini akan lebih baik, yang antara lain ditandai proyek infrastruktur mulai jalan. Dalam kondisi seperti itu, BCA memperkirakan likuiditas akan semakin ketat karena permintaan kredit mulai naik. Edi