Site icon Media Asuransi News

BEDAH SAHAM: Meramal Efek Ekspansi PGAS

Media Asuransi – PT Perusahaan Gas Negara Tbk telah memulai proyek pembangunan pipa minyak Rokan dan distribusi LNG ke 52 pembangkit listrik PLN. Bagaimana dampak ekspansi tersebut terhadap kinerja emiten berkode saham PGAS itu ke depannya?

Senior Manager Research Analyst PT Kresna Securities Robertus Yanuar Hardy mengatakan, pada bulan September, PGAS memulai pembangunan pipa minyak Rokan (Riau), yang ditargetkan mulai beroperasi secara komersial pada Januari 2022. Pipa tersebut berdiameter 4 inci-24 inci, panjang 367 km, dan diperkirakan berkapasitas 200.000 hingga 265.000 BOPD.

BEDAH SAHAM: Obat Herbal Tingkatkan Stamina SIDO

Awal bulan Oktober, sambungnya, PGAS menandatangani kesepakatan dengan PLN (Perusahaan Listrik Negara) untuk menyediakan Infrastruktur LNG di 52 pembangkit listrik berbahan bakar minyak dan gas. Tiga pembangkit listrik akan menerima penyaluran LNG dari PGAS pada tahap awal kerja sama ini, yaitu yang berlokasi di Nias, Tanjung Selor, dan Sorong.

“Kami berpandangan bahwa ekspansi yang ambisius ke bisnis minyak & LNG dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan PGAS di masa depan, mengingat kontribusi keduanya saat ini masih lebih rendah dibandingkan unit bisnis distribusi & transmisi gas,” katanya melalui CS KS Company Update yang Media Asuransi kutip Rabu, 3 November 2020.

Mengingat permintaan minyak yang meningkat baru-baru ini dari perusahaan petrokimia dan LNG dari pembangkit listrik, Robertus berharap kedua bisnis dapat meningkatkan kontribusinya masing-masing.

Untuk melaksanakan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 89/2020, pada bulan Agustus, PGAS mendistribusikan gas senilai US$6 per MMBTU kepada pelanggan dari 7 sektor industri dan 9 pembangkit listrik PLN dengan total masing-masing 254 dan 243 BBTUD. Jumlah ini setara dengan 60,7 persen dari total volume distribusi PGAS pada bulan tersebut.

Adapun 7 sektor industri tersebut antara lain: Pupuk, Petrokimia, Oleokimia, Baja, Keramik, Kaca, dan Sarung Tangan Karet. Sedangkan 9 pembangkit listrik PLN berada di Priok, Muara Karang, Muara Tawar, Cilegon, Talang Duku, Sutami, Tarahan Baru, MPP Tarahan Baru, dan PLN Muldes Batam. “Meski harganya lebih murah dari sebelumnya, kami menilai harga baru ini berpotensi meningkatkan konsumsi gas dari pelanggan lama sekaligus menarik pelanggan baru, yang telah dibuktikan dengan penambahan 5 pelanggan baru dari industri baja dan logam, yakni PT Krakatau Steel Tbk, PT Krakatau Wajatama, PT Krakatau Posco, PT Indonesia Pos Chemtech Chosun Ref, dan PT Stollberg Samil Indonesia,” ujar Robertus.

Kelima perusahaan yang berlokasi di Kawasan Industri Krakatau Cilegon (KIEC, Banten) itu telah resmi menerima aliran gas pertama pada awal bulan ini. Volume distribusi diperkirakan mencapai 300.000 – 450.000 MMBTU atau setara dengan 10-15 BBTUD secara gabungan.

Hingga Agustus, jelasnya, PGAS telah mencairkan capex senilai US$123 juta dari pagu US$350 juta-US$500 juta yang dianggarkan tahun ini. Dari jumlah itu, US$62 juta digunakan untuk pengembangan hulu migas, termasuk pengembangan blok migas yang sudah ada, di antaranya adalah lapangan West Pangkah dan Sidayu, yang ditargetkan untuk mampu mengalirkan minyak & gas pertamanya masing-masing pada Desember 2020 dan pertengahan 2021. Kemudin sebesar US$58 juta lainnya dialokasikan untuk pengembangan hilir minyak & gas, termasuk: pembangunan pipa minyak Rokan, pembangunan pipa transmisi gas Gresik-Semarang, pembangunan pipa distribusi gas Kuala Tanjung, dan pembangunan pipa distribusi lainnya. Sisa US$3 juta digunakan untuk pengembangan serat optik.

Melihat perkembangan tersebut, Robertus mempertahankan peringkat BUY, pada target harga Rp1.570 (potensi kenaikan 60 persen), mengimplikasikan 4,3/4,1x dan 1,03/1,00x dari rasio EV/EBITDA dan PBV 2020F/2021F, masing-masing. “Selain valuasi yang ringan yaitu hanya 0,64/0,62x dari rasio 2020F/2021F PBV, kepastian harga distribusi gas diharapkan dapat meningkatkan volume distribusi ke pelanggan eksisting sekaligus berpotensi menarik pelanggan baru”.

Dari sisi biaya, dengan selesainya beberapa proyek pengembangan hilir dan hulu migas, PGAS berpotensi mengurangi atau bahkan membalikkan kerugian penurunan nilai asetnya, yang mencapai US$71,3 juta pada semester I/2020, sekaligus meningkatkan profitabilitas.

Adapun risiko investasi yang patut dicermati oleh investor atas saham PGAS ini adalah pertama, penyelesaian sejumlah proyek pengembangan di bisnis hulu dan hilir yang lebih lambat dari perkiraan. Kedua, volume distribusi bulanan yang lebih rendah dari rata-rata 800 BBTUD pada kuartal IV/2020. ACA

Exit mobile version