Deputi Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan bahwa bank sentral menilai ada ruang untuk menurunkan suku bunga 7-days Reverse Repo Rate pada saat ini. Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, 22 Agustus akhirnya memutuskan penurunan suku bunga acuan BI sebesar 25 basis points, dari 4,75 persen menjadi 4,50 persen pada 22 Agustus 2017. Pasalnya BI melihat pada tahun 2017 ini tidak terjadi gejolak ekonomi dan harga-harga cenderung stabil karena pemerintah tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif dasar listrik, gas LPG ukuran tiga kilogram. “BI menurunkan tingkat suku bunga RepoRate karena melihat ada ruang dan perlu dilakukan karena harga harga cukup stabil dan inflasi juga cukup terjaga pada level 3,5-4,5 persen,” kata Mirza Adityaswara pada penutupan pelatihan wartawan ekonomi BI di Yogyakarta, 27 Agustus 2017.
Menurut Mirza, dalam menaikkan dan menurunkan tingkat suku bunga, pihaknya melihat dua hal yakni masalah inflasi dan neraca pembayaran. Bila inflasi meningkat, sementara neraca pembayaran menurun dan bahkan defisit, maka yang akan dilakukan adalah melakukan pengetatan monoter. “Kalau dibiarkan begitu saja inflasi tinggi dan negara pembayaran defisit, maka akan terjadi gejolak ekonomi dan pertumbuhan ekonomi akan jatuh semakin dalam. Bank Sentral pasti berpikir untuk menjaga agar ini jangan terjadi,” tegasnya.
Lebih lanjut ditambahkan, pada awal tahun 2017 ini ada kekawatiran inflasi akan lebih tinggi, namun hingga semester pertama lalu ternyata inflasi melandai. Dan bahkan hingga akhir tahun diperkirakan hanya sampai empat persen dan tahun 2018 hanya 3,5 persen. Sementara untuk neraca pembayaran, pada semester pertama tahun 2017 dinilai cukup aman. Sebelumnya diperkirakan defisit kurang dari tiga persen PDB. Namun kemudian diperkirakan pada tahun 2017 defisit hanya sekitar 1,5-2 persen. Sedangkan pada tahun 2018 diperkirakan di bawah 2,5 persen.
Bank Indonesia berharap, penurunan suku bunga repo rate ini akan menurunkan tingkat suku bunga kredit, sehingga penyaluran kredit terutama ke sektor infrastruktur akan lebih tinggi. Mirza mengatakan bahwa pertumbuhan kredit di bank dengan Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) I meningkat cukup tinggi yakni sekitar 9,5 persen, BUKU II mencapai 6,5 persen, BUKU III malah defisit 1,18 persen dan BUKU IV mencapai 2,74 persen.
Sementara itu Asisten Gubernur BI Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Dody Budi Waluyo mengatakan bahwa penurunan suku bunga repo rate barus dapat dirasakan dampaknya pada tahun 2018. “Memang bila repo rate turun maka tingkat suku bunga instrumen moneter lainnya juga harus turun. Namun bagi perbankan, perlu waktu tiga bulan untuk bisa menyesuaikan tingkat suku bunga kredit setelah adanya penurunan suku bunga dari BI,” tuturnya.
Menurut Dody, penurunan suku bunga ini akan membantu intermediasi perbankan dan juga bisa membantu peningkatan pertumbuhan ekonomi serta mampu menjadi stabilitas keuangan. “Penurunan suku bunga, karena inflasi rendah, harga pangan rendah. Walaupun permintaan meningkat, jika suplai dan cukup dan harga stabil, maka inflasi rendah,” tegasnya. Edi