Site icon Media Asuransi News

BI Diharap tak Agresif Naikkan Suku Bunga Tahun Depan

    Chief Economist & Investment Strategist PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat, menyarankan agar Bank Indonesia (BI) tidak menaikkan suku bunga acuan di bulan depan. Sebab, ada potensi nilai tukar rupiah masih akan stabil sehingga tidak ada kebutuhan untuk menaikkan suku bunga acuan. “Market itu biasanya hijau pada Desember, artinya ada capital inflows. Jadi BI tidak perlu menaikkan (suku bunga acuan),” tuturnya saat menjadi pembicara dalam diskusi dengan wartawan ekonomi di Solo, Jawa Tengah, 17 November 2018, yang diikuti Media Asuransi.

    Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada tanggal 14-15 November 2018 memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps, yakni dari 5,75 persen menjadi enam persen. Secara keseluruhan, suku bunga acuan BI 7-days reverse repo ratedi tahun ini sudah naik 175 basis point (bps).

   Menurut Budi Hikmat, kenaikan suku bunga acuan ini sudah cukup. Dia memperkirakan kondisi tahun depan berbeda dengan tahun ini. Arus modal asing akan mulai kembali ke negara berkembang sehingga tak perlu khawatir ada modal kembali ke Amerika Serikat (AS) karena suku bunganya naik. “Kemungkinan besar tahun depan itu terbalik, ada dana kembali ke emergingmarket. Akan dipilih emerging market mana yang lebih baik, katakanlah bank sentralnya lebih prudent dan lain-lain,” katanya.

   Dia menambahkan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi selama ini, lebih banyak dipengaruhi oleh defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang besar. Namun dia tak memungkiri bahwa penguatan mata uang dolar AS terhadap mata uang lainnya, juga memiliki andil dalam pelemahan rupiah. “Tentunya,‎ over all yang bikin semua mata uang (melemah) itu CAD. Nah ada komitmen untuk kendalikan CAD itu, sehingga kalau seperti itu saya sampaikan acuan normatifnya, bahwa real interest rate harus positif,” jelas Budi.

   Seandainya akan tetap menaikkan suku bunga acuandi tahun depan, Budi Hikmat berharap agar BI tidak melakukannya seagresif tahun ini. “Saya masih punya harapan, ke depan BI tidak akan seagresif tahun ini. Memang, tahun ini bisa dibilang karena kita shocking ada outflow dari saham dan obligasi, juga dari FDI (foreign direct investment). Tahun depan ‘kan setelah pesta demokrasi, kemungkinan kondisinya akan lebih bagus. Pemerintah akan bisa mengurangi kebijakan populis yang paling memengaruhi CAD,” katanya. Edi

Exit mobile version