Defisit transaksi berjalan pada triwulan keempat 2016 tercatat sebesar 1,8 miliar dolar AS atau sekitar 0,8 persen dari PDB (produk domestik bruto). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan defisit transaksi berjalan pada triwulan ketiga 2016 yang tercatat sebesar 4,7 miliar dolar AS atau sekitar 1,9 persen dari PDB. Bank Indonesia (BI) menilai, penurunan angka defisit transaksi berjalan ini ditopang oleh perbaikan kinerja neraca perdagangan barang dan pendapatan primer.
Dalam rilis yang dikeluarkan BI tanggal 10 Februari 2017 disebutkan bahwa surplus neraca perdagangan barang tercatat meningkat, didorong oleh peningkatan ekspor seiring dengan perbaikan ekonomi negara-negara mitra dagang dan meningkatnya harga komoditas global. Sementara itu, defisit neraca pendapatan primer menurun mengikuti jadwal pembayaran bunga surat utang pemerintah yang lebih rendah. “Kinerja transaksi berjalan triwulan keempat 2016 juga lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015 yang mencatat defisit sebesar 4,7 miliar dolar AS atau setara 2,2 persen dari PDB, karena meningkatnya surplus neraca perdagangan barang dan menurunnya defisit neraca perdagangan jasa,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam rilis.
Transaksi modal dan finansial pada triwulan keempat 2016 mencatat surplus yang cukup besar dan melampaui defisit transaksi berjalan. Surplus transaksi modal dan finansial triwulan keempat 2016 tercatat sebesar 6,8 miliar dolar AS, terutama bersumber dari surplus investasi lainnya sejalan dengan berlanjutnya repatriasi dana tax amnesty. Namun, surplus transaksi modal dan finansial tersebut lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan ketiga 2016. Lebih rendahnya surplus di triwulan keempat 2016, disebabkan oleh defisit investasi portofolio sebagai dampak keluarnya dana asing dari saham domestik dan SUN (surat utang negara) rupiah pasca pengumuman Pemilu Presiden AS, serta surplus investasi langsung yang juga lebih rendah karena dipengaruhi outflow di sektor pertambangan.
Dengan perkembangan tersebut, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan keempat 2016 mencatat surplus sebesar 4,5 miliar dolar AS. Surplus NPI triwulan keempat 2016 tersebut pada gilirannya mendorong kenaikan posisi cadangan devisa menjadi 116,4 miliar dolar AS, lebih tinggi dari 115,7 miliar dolar AS pada akhir triwulan ketiga 2016 atau bila dibandingkan periode akhir triwulan keempat 2015 yang sebesar 105,9 miliar dolar AS. “Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 8,4 bulan dan berada di atas standar kecukupan internasional,” tambah Tirta.
Untuk keseluruhan tahun, kinerja NPI 2016 membaik ditopang oleh penurunan defisit transaksi berjalan dan kenaikan surplus transaksi modal dan finansial. NPI 2016 mencatat surplus sebesar 12,1 miliar dolar AS, sedangkan pada tahun 2015 mengalami defisit 1,1 miliar dolar AS. Defisit transaksi berjalan turun dari 17,5 miliar dolar AS (2,0 persen dari PDB) pada 2015 menjadi 16,3 miliar dolar AS (1,8 persen dari PDB) di 2016 didukung perbaikan kinerja neraca perdagangan barang dan jasa.
Surplus neraca perdagangan meningkat karena penurunan impor yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan ekspor. Meskipun demikian, laju penurunan impor di 2016 tidak sedalam pada 2015 sejalan dengan membaiknya perekonomian domestik. Demikian pula halnya dengan laju penurunan ekspor yang tidak sedalam tahun sebelumnya karena didukung meningkatnya harga komoditas global. Defisit neraca perdagangan jasa juga menurun mengikuti penurunan impor barang.
Di sisi lain, surplus transaksi modal dan finansial tahun 2016 meningkat signifikan menjadi 29,2 miliar dolar AS, dari sebelumnya 16,8 miliar dolar AS pada tahun 2015. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh kenaikan surplus investasi langsung dan investasi portofolio serta penurunan defisit investasi lainnya sejalan dengan masih baiknya persepsi pelaku ekonomi terhadap perekonomian domestik dan implementasi program pengampunan pajak yang berjalan dengan baik. Edi