Site icon Media Asuransi News

Erdikha Sekuritas: IHSG Diperkirakan Cenderung Menguat

Para investor sedang mencermati pergerakan pasar saham. | Foto: Media Asuransi/Lucky Kennedy

Media Asuransi – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini diperkirakan akan bergerak konsolidasi dengan kecenderungan menguat.

Equity Research Coordinator PT Erdikha Elit Sekuritas, Hendri Widiantoro menjelaskan bahwa secara teknikal IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah ke level 6.038 terjadi konsolidasi membentuk candle doji. Ditransaksikan dengan volume yang relatif sepi jika dibandingkan dengan rata-rata volume 5 hari perdagangan.

“IHSG masih menguji resistant MA20 sekaligus masih menguji middle band pada indikator bollinger band masih menguji teknikal rebound. Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak konsolidasi dengan kecenderungan menguat pada range pergerakan 6.000-6100. Saham-saham yang dapat dicermati pada perdagangan hari ini meliputi BTPS, SMGR, ASII, SMRA, CTRA,” katanya melalui riset harian yang dikutip Media Asuransi, Rabu, 21 April 2021.

Baca juga: Reliance Sekuritas: IHSG Mencoba Rebound

Dia menjelaskan, IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah pada level 6.038 (-0,24%) ditransaksikan senilai Rp8,53 triliun dengan volume transaksi 12,67 miliar lembar saham di saat asing melakukan Aksi Jual Bersih Rp108,86 miliar  pada beberapa saham LQ45 seperti: BBRI -81.(B), MDKA -15.(B), BBCA -14.(B), INCO -12.(B), WIKA -6.8(B), BBTN -6.2(B), BBNI -5.4(B). 

Adapun sektor yang membebani laju indeks perdagangan kemarin meliputi sektor Finance (-0,909%), Mining (-0,828%), Trade (-0,148%), Property (-0,119%). Sedang sektor yang masih menopang  laju indeks kemarin meliputi sektor Infrastructure (0,027%), Consumer (0,271%), Basic-Ind (0,545%), Manufactur (0,567%), Agriculture (0,809%), Misc-Ind (1,571%).  

Baca juga: BI Pertahankan Suku Bunga Acuan Tetap 3,50 persen

Menurut Hendri, langkah penahanan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia selaku otoritas moneter, cukup direspons oleh pasar namun tidak signifikan. Karena penahanan suku bunga ini sudah diprediksi oleh beberapa pelaku pasar yang dikaitkan dengan kondisi ekonomi Indonesia yang ada saat ini.

“Meskipun suku bunga acuan kini cenderung masih rendah, tingkat Inflasi di Indonesia juga masih cenderung kecil, yang menandakan bahwa bahkan ketika suku bunga kecilpun daya beli masyarakat masih belum kembali normal, atau dapat dikatakan masih cenderung rendah. Oleh karenanya, penahanan suku bunga yang dilakukan oleh BI ini merupakan hal yang wajar.”

Selain mengenai suku bunga, dari domestik pasar juga merespons adanya kabar terbaru terkait PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) mikro yang sah diperpanjang hingga 3 Mei 2021, dan jumlah provinsi yang diberlakukan aturan ini juga bertambah 5 provinsi, yakni Sumatra Barat, Jambi, Bangka Belintung, Lampung, dan Kalimantan Barat. Kemudian masih dari domestik, pukul 17.00 WIB juga akan rilis data mengenai Motorbike Sales secara yoy, yang menurut forecast Trading EConomics diprakirakan akan mengalami perbaikan dari sebelumnya -30.8% menjadi 15%. Mengalami penguatan walaupun belum signifikan.

Baca juga: Erdikha Sekuritas: IHSG Bakal Cenderung Melemah

Beralih ke eksternal, selain dari domestik pergerakan IHSG juga dipengaruhi oleh adanya rilis data dari China 1Y dan juga Loan Prime Rate 5Y yang masih bertahan masing-masing di level 3.85% dan 4.65%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perbaikan ekonomi di China terus berjalan namun dari sisi pinjaman korporasi dan rumah tangga masih belum tumbuh signifikan sehingga Bank Sentral disana mempertahankan Loan prime rate atau suku bunga acuan untuk pinjaman di level yang sama dari sebelumnya sebagai langkah mendorong pertumbuhan pinjaman baik untuk korporasi maupun rumah tangga.

Selain karena data ekonomi yang sudah dan akan rilis kemarin, terang Hendri, pergerakan IHSG juga masih terpengaruh oleh adanya penyebaran kasus Covid-19 baik secara global maupun domestik. Seperti yang terjadi di India, saat ini lonjakan kasus Covid-19 di sana semakin bertambah, bahkan kini india menjadi negara kedua di dunia dengan kasus terbanyak setelah AS dengan 31 juta kasus. Sentimen negatif dari India tersebut selain memungkinkan mempengaruhi indeks juga sedikit banyak akan mempengaruhi pergerakan harga minyak mentah dunia, karena seperti yang kita ketahui bahwa India merupakan negara dengan urutan ketiga pengimpor dan konsumen minyak di dunia. 

“Kembali saya ingatkan juga bahwa dalam minggu ini akan ada juga rilis data dari US terkait Markit Manufacturing PMI Flash, Markit Composite PMI Flash, dan Markit Service PMI Flash selama bulan April ini, yang diprakirakan akan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan sebelumnya, namun masih tergolong kategori ekspansi.” 

Kemudian masih dari AS, hari ini juga akan rilis cadangan minyak berdasarkan survei EIA yakni EIA Crude Oil Stock Change per 16 APRIL. Lalu, dari Inggris juga akan merilis data mengenai tingkat inflasi di sana selama bulan Maret, yang besar kecil hasilnya akan mencerminkan bagaimana keadaan ekonomi di sana dari sisi konsumsi dan spending-nya. Aca

Exit mobile version