Media Asuransi – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini diperkirakan akan bergerak konsolidasi pada range pergerakan 5.800-5.900 setelah cenderung bergerak mix pada perdagangan sepanjang pekan lalu.
Regina Fawziah, Equity Research Analyst PT Erdikha Elit Sekuritas, memaparkan bahwa IHSG pada perdagangan Jumat 28 Mei 2021, ditutup menguat pada level 5.849 (0,12%) ditransaksikan senilai Rp12,92 triliun dengan volume transaksi 23,26 miliar lembar saham di saat asing melakukan aksi beli bersih Rp1,29 triliun pada beberapa saham LQ45 seperti: net foreign buy, BBRI 400.(B), BMRI 100.(B), ANTM 42.9(B), ASII 31.0(B), UNTR 24.6(B), BBNI 19.0(B).
Adapun sektor yang menopang laju IHSG perdagangan akhir pekan lalu meliputi sektor Financials (0,903%), Basic Materials (0,898%), Consumer Cyclicals (0,556%). Sedang sektor yang masih membebani laju IHSG pekan lalu meliputi sektor Industrials (-0,16%), Healthcare (-0,231%), Energy (-0,248%), Consumer Non-Cyclical (-0,274%), Properties & Real Estate (-0,288%), Transportation & Logistic (-0,414%), Technology (-1,146%), dan Infrastructures (-2,363%).
|Baca juga: STAR Asset Management Luncurkan Reksa Dana Global Berbasis Syariah
Lebih lanjut, Regina menjelaskan bahwa pergerakan IHSG dalam sepekan ini cenderung mix, karena di awal pekan sempat mengalami penurunan yang signifikan kemudian di hari Kamis dan Jumat terjadi kenaikan yang cukup signifikan meskipun kenaikannya jika kita lihat masih cenderung tertahan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG pada pekan ini, di antaranya optimisme para pelaku pasar terkait rilisnya data pertumbuhan kuartal II/2021 yang diproyeksikan akan mengalami ekspansi atau tumbuh positif serta inflasi yang diproyeksikan masih akan melemah hingga akhir tahun 2021.
Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir 2021 akan naik sebesar 4,1%-5,1%, sedangkan untuk kuartal II dan kuartal III/2021 Bank Indonesia memproyeksikan akan tumbuh masing-masing sebesar 6% dan 5,3%. Tidak hanya Bank Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga memproyeksikan pertumbuhan kuartal II/2021 bisa tumbuh sebesar 8,3%. Proyeksi keduanya cukup optimistis dibandingnya dengan kuartal I yang masih terkontraksi.
|Baca juga: Erdikha Sekuritas: IHSG Berpotensi Konsolidasi 5.800-5.900
Namun, jika melihat kondisi yang ada, konsumsi masyarakat mulai meningkat, bahkan data indeks kepercayaan konsumen (IKK) Indonesia yang terakhir juga sudah di atas 100 atau di atas acuan IKK Indonesia yang menunjukkan adanya optimisme masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi selama 6 bulan ke depan. “Kemudian kegiatan ekonomi juga mulai berjalan normal dengan protokol kesehatan yang tetap diberlakukan, program vaksinasi yang terus dilakukan, serta masyarakat sudah mulai terbiasa dengan kondisi yang ada, apalagi di kuartal II ini terdapat momentum lebaran, maka bukan tidak mungkin kuartal II/2021 akan tumbuh positif.”
Namun meskipun demikian, Regina menilai masyarakat perlu mewaspadai adanya kemungkinan gelombang virus corona jenis baru yang mungkin bisa saja melanda Indonesia, apalagi saat pekan ini merupakan momentum bagi masyarakat yang sebelumnya melakukan mudik kembali ke daerah atau kota tempat mereka bekerja atau tinggal, sehingga kemungkinan akan ada potensi kenaikan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia.
Kemudian, untuk bursa AS terdapat sentimen positif dari rilisnya data klaim pengangguran yang mengalami penurunan bahkan penurunannya di atas konsensus pasar, dan rilisnya data tersebut mampu mendorong pergerakan indeks US pada akhir pekan lalu bergerak postif untuk Dow Jones dan S&P, sedangkan Nasdaq masih cenderung negatif.
Kemudian pada pekan ini ada beberapa data yang perlu diperhatikan oleh investor seperti dari domestik akan rilis PMI Manufaktur yang diproyeksikan akan sedikit mengalami kontraksi yakni di 54,1 dari 54,6, kemudian ada juga inflasi yang diproyeksikan masih akan tumbuh melemah di 1,7% untuk yoy (year on year) dan 0,25 mom (month on month), dan terakhir untuk domestik ada data tourist arrival yang diproyeksikan masih tumbuh negatif karena adanya dampak dari pandemi Covid-19 yang melanda hampir semua negara sehingga terkait data ini diproyeksikan masih akan tumbuh negatif. Dari China akan rilis data terkait PMI Service dan Composite serta terkahir dari AS akan rilis data terkait cadangan minyak secara mingguan. Aca