Site icon Media Asuransi News

Erdikha Sekuritas: IHSG Masih Bergerak Konsolidasi

Para investor sedang mencermati pergerakan pasar saham. | Foto: Media Asuransi/Lucky Kennedy

Media Asuransi – Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini diperkirakan masih akan bergerak konsolidasi pada range pergerakan 5.930-6.000 setelah terkoreksi ke level 5.970 pada perdagangan kemarin.

Equity Research Analyst PT Erdikha Elit Sekuritas Hendri Widiantoro menjelaskan, secara teknikal, IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah ke level 5.970 terjadi konsolidasi ditransaksikan dengan transaksi yang relatif ramai, asing melakukan aksi jual masif pada pasar setelah pre clossing terjadi. 

“IHSG tampak masih menguji level support  lower band 5.950. Apabila lowerband ini tertembus, ada tendensi bagi pergerakan pelemahan IHSG terjadi kendati saat ini IHSG sudah berada pada fase jenuh jual,” jelasnya melalui riset harian yang dikutip Media Asuransi, Selasa (6/4/2021). 

Baca juga: Refinancing Utang, Bali Towerindo (BALI) Dapat Fasilitas Kredit Rp700 Miliar

Menurutnya, terdapat sinyal jual pada indikator stochastic sehingga IHSG pada hari ini diperkirakan masih akan bergerak konsolidasi pada range pergerakan 5.930-6.000,” jelasnya.

Adapun saham-saham yang dapat dicermati pada perdagangan hari ini meliputi: ITMG,BJBR, ASSA, dan LPPF.

Lebih lanjut Hendri menjelaskan bahwa IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah ke level 5.970. Ditransaksikan dengan volume yang relatif sepi jika dibandingkan dengan rata-rata volume 5 hari pedagangan. IHSG dibebani oleh sektor Property (-1,499%), Finance (-0,944%), Consumer (-0,829%), Mining (-0,704%), Infrastructure (-0,639%), Manufacture (-0,468%), Basic Industry (-0,227%), Agriculture (-0,196%), Trade (-0,123%), kendati di topang oleh sektor Miscellaneous Industry (0,081%) yang mengalami penguatan walaupun tidak begitu signifikan.

Baca juga:Sepanjang Pekan Lalu Kapitalisasi Pasar IHSG Susut Rp208 Triliun 
“Investor perlu mencermati data ekonomi yang akan rilis hari ini yaitu data dari China Caixin Service dan Composite PMI pada bulan Maret dan data dari Euro Area mengenai tingkat pengangguran pada bulan Februari.” 

Beberapa faktor yang memicu penurunan IHSG ini antara lain, jelas Hendri, pertama karena adanya kenaikan dari yield obligasi AS yang mana hal tersebut menandakan bahwa harga obligasi sedang terjadi penurunan sehingga yield obligasi mengalami kenaikan. Hal tersebut terjadi karena adanya optimisme investor mengenai pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat seiring dengan bertambahnya stimulus yang diberikan oleh pemerintah sebagai langkah dari penanganan dari dampak covid-19. Sehingga investor lebih berani untuk menaruh dananya di aset berisiko seperti saham, faktor tersebut yang memicu terjadinya outflow dari pasar saham Indonesia. 

Baca juga: NH Sekuritas: IHSG Berpotensi Bergerak Terkonsolidasi

Selain terhadap IHSG, pengaruh outflow ini juga terasa di nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS yang mengalami penurunan. Kedua, faktor yang memicu penurunan IHSG yakni adanya fokus para pelaku pasar mengenai stimulus belanja infrastruktur pemerintah Amerika Serikat senilai US$ 2 triliun diperkirakan akan disetujui oleh kongres dengan meningkatnya output perekonomian AS sebesar 0,5% hingga 1%. 

Lalu sentimen lainnya yang mempengaruhi pergerakan IHSG juga datang dari Joe Bidden mengenai rencananya untuk menaikkan pajak untuk beberapa perusahaan Amerika Serikat senilai 28% dari sebelumnya 21%. 

“Untuk dalam negeri sendiri minim sekali sentimen untuk mendorong pergerakan IHSG kembali ke zona hijau, pada minggu ini jika kita lihat pada kalender ekonomi untuk Indonesia data yang akan rilis hanya dari cadangan devisa dan penjualan ritel dibulan Maret, yang mana jika kita lihat dari angka inflasi yang mengalami penurunan tipis dan PMI Manufacturing kemarin yang mengalami ekspansi cenderung menguat maka untuk penjualan ritel diperkirakan mengalami penguatan namun tidak signifikan karena secara umum masyarakat masih cenderung belum melakukan spendingnya secara normal yang terlihat dari masih rendahnya angka inflasi pada bulan maret jika kita bandingkan dengan periode yang sama dalam kondisi normal sebelum adanya Covid-19.” Aca 

Exit mobile version