Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak stabil dan cenderung menguat ke level fundamental. Nilai tukar pada tanggal 27 Mei 2020 ditutup Rp14.670 per dolar AS atau menguat Rp60 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya. Pada tanggal 28 Mei 2020 diperdagangkan stabil pada level Rp14.700. Hal ini disampaikan Perry saat menyampaikan perkembangan terkini kondisi perekonomian Indonesia kepada wartawan di Jakarta dalam video conference yang disiarka secara langsung dalam kanal youtube Bank Indonesia, 28 Mei 2020.
Menurut Perry, perkembangan ini menumbukan optimisme bahwa penguatan nilai tukar rupiah akan tersu berlanjut. “Hal ini memberikan keyakinan bahwa nilai tukar rupiah akan terus menguat menuju kearah tingkat fundamentalnya,” tandasnya. Dia tambahkan penguatan itu dipengaruhi oleh empat hal, yakni inflasi yang rendah dan terkendali dalam kisaran sasaran 3±1 persen, defisit transaksi berjalan yang rendah, aliran masuk modal asing, dan imbal hasil yang menarik seiring tingginya perbedaan suku bunga (yield spread).
Gubernur BI juga menjelaskan bahwa kondisi nilai tukar rupiah masih saat ini masih undervalued dan belum menguat ke tingkat fundamentalnya. Hal itu disebabkan oleh faktor premi risiko seiring ketidakpastian di pasar keuangan global. Premi risiko antara lain diukur melalui CDS (Credit Default Swaps).
Sebelum pandemi Covid-19, premi CDS Indonesia sebesar 66 bps (basis points). Pada puncak pandemi Covid-19 pada minggu kedua dan ketiga Maret 2020, premi CDS Indonesia sebesar 245 bps. Seiring dengan meredanya kepanikan pasar keuangan global dan langkah-langkah antisipasi penyebaran Covid-19, premi CDS Indonesia sekarang menurun menjadi 160 bps. “Premi risiko ini diperkirakan akan menurun ke depan,” tutur Perry Warjiyo. Edi