Pendidikan saat ini menjadi kebutuhan pokok. Banyak orang tua di Indonesia yang ingin menyekolahkan anaknya ke luar negeri demi mendapatkan pendidikan yang baik dengan tambahan pengalaman hidup yang beragam. “Namun pendidikan di luar negeri membutuhkan biaya yang tidak kecil. Untuk itu tidak sedikit orang tua rela melakukan beberapa pengorbanan agar dapat mengumpulkan uang bagi pendidikan anaknya,” kata Head of Wealth ManagementHSBC Indonesia Steven Suryana, saat berdiskusi dengan wartawan di Jakarta, 25 September 2018.
Survei HSBC Value of Education yang terbaru menunjukkan bahwa 60 persen orang tua di Indonesia mempertimbangkan untuk mengirimkan anaknya melakukan studi di luar negeri, namun terjadi kesenjangan antara ekspektasi pengeluaran finansial anak dengan kenyataannya. Steven mengatakan secara finansial para orangtua mulai melihat bahwa pendidikan merupakan investasi jangka panjang. Sebanyak 73 persen responden survei yang dilakukan HSBC percaya bahwa universitas internasional dapat memberikan jaminan pekerjaan setelah lulus. Kemudian 55 persen meyakini bahwa studi internasional dapat membuat jenjang karir lebih baik.
Akan tetapi, kebutuhan biaya kuliah yang tinggi menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi kebanyakan orangtua. “Sebanyak 34 persen dari mereka khawatir tidak memiliki sumber daya keuangan yang baik untuk mendukung perkuliahan anak mereka. Selain itu 50 persen orang tua juga mempertimbangkan biaya kuliah di luar negeri akan lebih mahal dibandingkan di dalam negeri,” lanjut Steven.
Menurutnya, survei menunjukkan bahwa pelajar di Indonesia rata-rata memerlukan Rp142,2 juta per tahun untuk kebutuhan uang kuliah dan kehidupannya. Sedangkan orang tua mereka hanya memperkirakan pengeluaran total anaknya berkisar di Rp84,4 juta. Terdapat perbedaan sebesar Rp57,8 juta untuk kebutuhan perkuliahan anak dengan dana yang telah disiapkan oleh orang tua mereka. Demi menutupi kebutuhan perkuliahan ini, tidak sedikit dari orangtua yang rela melakukan beberapa pengorbanan, bahkan sekitar 69 persen dari orangtua yang disurvei, rela mengurangi kesenangan mereka dalam rangka menghemat demi biaya kuliah anak. Kemudian, 54 persen menyatakan bahwa mereka mengambil pekerjaan tambahan demi menutupi kebutuhan tersebut, 48 persen mencari liburan hemat, dan sekitar 47 persen mengurangi liburan, hobi dan waktu pribadi.
Steven menambahkan, HSBC Indonesia sangat memahami kebutuhan orangtua Indonesia yang ingin memberikan pendidikan terbaik bagi anaknya, menjadikan generasi penerus Indonesia menjadi lebih baik. Untuk itu, dengan kemampuan dan reputasi yang dimiliki, HSBC Indonesia memberikan solusi keuangan terbaik yang mudah dan dapat dilakukan oleh semua orang. “Kuncinya adalah di perencanaan sejak dini, realistis dalam menghitung biaya, terapkan kebiasaan finansial yang baik serta berinvestasilah dalam keterampilan anak yang akan berguna di masa depan. Melalui perencanaan yang tepat, maka impian untuk menyekolahkan anak ke luar negeri bukanlah hal yang mustahil. Kami selalu siap membantu Anda,” ujarnya.
Untuk memberikan layanan terbaiknya kepada para nasabah, HSBC telah bekerjasama dengan PT Allianz Life Indonesia dalam menfasilitasi keinginan orangtua untuk memberikan pendidikan terbaik pada putra dan putrinya. Melalui perencanaan yang matang, orang tua dapat memilih beragam program keuangan yang tepat dalam mencapai target biaya pendidikan tersebut.
Head of Market Management Allianz Life Indonesia Karin Zulkarnaen mengatakan bahwa para orangtua perlu melakukan perencanaan keuangan dalam pendidikan anak. Nilai inflasi pendidikan di Indonesia, lanjut Karin, sangat tinggi bahkan bisa mencapai angka 15 persen per tahun, padahal di luar negeri rata-rata hanya tiga persen saja. Sedangkan kenaikan gaji para pegawai setiap tahunnya masih di angka rata-rata lima persen. “Hal ini karena tingkat persaingan yang tinggi dan tentu saja menimbulkan gap yang sangat tinggi,” katanya.
Untuk itu Karin mengajak para orangtua mulai melakukan perhitungan serta perkiraan terhadap biaya pendidikan anaknya. “Berani berhitung besarnya biaya pendidikan nantinya. “Dengan perencanaan tersebut, orangtua dapat memilih beragam program investasi keuangan yang tepat dalam mencapai target biaya pendidikan tentu, dengan biaya yang realistis dan sesuai kemampuan,” tandas Karin. Fir
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News