Media Asuransi – Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun 2021 diperkirakan bakal dengan mudah menembus level 7.000 seiring dengan adanya rotasi besar atau great rotation dari negara maju ke negara berkembang.
Director for Investment Strategy PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat optimistis melihat pasar modal Indonesia pada tahun depan sehingga IHSG dapat menembus level 7.000.
“Mengapa saya optimistis dengan pasar modal karena kita mengantisipasi adanya great rotation dari negara maju ke negara berkembang,” katanya dalam acara Webinar Insurance Outlook 2021 dengan subtema Mengejar Pertumbuhan Seiring Dengan Optimisme Penanganan Pandemi Covid-19 yang diselenggarakan oleh Media Asuransi pada Kamis, 17 Desember 2020.
Dia menjelaskan, great rotation bakal terjadi karena selama 10 tahun terakhir negara berkembang kinerja pengelolaan asetnya underperform dibandingkan dengan negara maju. Di sisi lain, berbagai kebijakan di negara maju sejak krisis 2008 hingga penanganan pandemi Covid-19 telah memicu banjir likuiditas.
Dan sekarang ada harapan berbalik dengan terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS yang akan mengembalikan kenormalan pergaulan internasional dan pengelolaan ekonomi dunia.
Menurutnya, kejadian pandemi Covid-19 telah memicu terjadinya asset reflation di mana saat panik pada level individu memburu masker dan makanan, sedangkan pada level korporasi memburu cash dolar yang membuat dolar AS menguat sendiri pada Maret 2020.
“Ketika keadaan tenang, cash ini kan sebetulnya tidak menghasilkan maka mereka akan dispose cash ini dengan membeli alternatif aset yang boleh dibilang yield-nya bagus dan bersamaan dengan pelemahan dolar yang kebanjiran likuiditas yang membuat mata uang negara lain menguat termasuk Indonesia yang membuat asing pun mulai kembali,” terang Budi.
Sinyal great rotation tersebut juga terlihat dari kinerja indeks emerging market di luar Jepang yang sekarang sudah lebih tinggi dari bursa AS. Menurutnya, tidak pernah dalam sejarah M1 growth (daya beli uang kartal dan uang giral) tumbuh luar biasa. Di Indonesia pertumbuhannya sebesar 18,49 persen, sedangkan di AS mencapai 53,2 persen karena pelebaran defisit fiskal, penurunan suku bunga, dan kenaikan harga komoditas.
“Kalau dilihat dari M1 ini, saran saya dengan bond market dengan yield yang sudah turun mendekati 6 persen, sebetulnya bullish buat equity. Di level perusahaan perlu menyimak bagaimana perusahaan bergerak dari survival ke revival,” jelasnya.
Berdasarkan pengalaman memprediksi the best time membeli saham pada saat krisis 2008, Budi optimistis bahwa tren M1 growth yang kemungkinan akan terus naik ke depannya ditambah adanya great rotation dari negara maju ke emerging market bakal membuat pasar modal menjadi tempat yang aman untuk menampung banjir likuiditas global yang akan terjadi. “Karena di pasar modal ada fentilasi yang akan menahan bubble apakah bitcoin atau emas,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Budi memperkirakan target IHSG tahun 2021 pada level 7.000 adalah angka yang relatif gampang untuk dicapai. ACA