Media Asuransi – Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) memperkirakan pasar obligasi Indonesia pada pekan terakhir tahun 2020 diperkirakan berpotensi menunjukkan penguatan tetapi dalam rentang terbatas.
Melalui Weekly Report edisi 21-23 Desember 2020, IBPA menyatakan bahwa katalis positif diperkirakan berasal dari proses vaksinasi yang sudah dilakukan beberapa negara kawasan Uni Eropa untuk mengatasi pandemi Covid-19.
Selain itu, respons positif pasar atas tercapainya kesepakatan dagang paska Brexit antara UK dan Uni Eropa dan presiden Trump yang akhirnya menandatangani paket stimulus fiskal. “Namun demikian, bayang-bayang tekanan dari domestik dan global diprediksi dapat menahan laju penguatan. Dari domestik, tekanan berasal dari isu kebijakan emergency brake Ibu kota Jakarta,” tulis laporan itu yang dikutip Media Asuransi, Selasa 29 Desember 2020.
Pasar Obligasi Masih Berpotensi Lanjutkan Penguatan
Pada pekan ketiga Desember 2020, Indeks return pasar obligasi mencatatkan kinerja negatif. Indonesia Composite Bond Index (ICBI) menurun sebesar -0,37% wow ke level 313,3148. Penurunan tersebut didorong oleh INDOBeXG-Total Return yang turun sebesar -0,39% wow ke level 308,1272 dan kinerja INDOBeXC-Total Return yang turun sebesar -0,16% wow ke level 332,2013.
Secara tahun berjalan ketiga indeks mencatatkan positive return masing-masing sebesar: +14,15% ytd (ICBI), +14,45% ytd (INDOBeXG-TR) dan +10,82% ytd (INDOBeXC-TR). “Pasar obligasi yang bergerak negatif pada pekan ini diperkirakan lebih didorong oleh antisipasi pasar menjelang libur Natal.”
Pelaku pasar diperkirakan melakukan aksi profit taking setelah pasar mengalami rally pada pekan sebelumnya. Melemahnya pasar juga didorong oleh kekhawatiran terhadap munculnya varian baru virus Covid-19 di Inggris yang kemudian mendorong pembatasan aktivitas ekonomi di Inggris. Selain itu, sentimen negatif juga datang dari AS di mana Presiden Trump menyatakan belum ingin menandatangani kesepakatan stimulus Covid-19.
Adapun sentimen positif datang dari dalam negeri yakni pengumuman reshuffle kabinet yang sedikit menahan pelemahan pasar di akhir pekan. Kondisi negatif pasar obligasi sejalan dengan kenaikan CDS obligasi negara tenor 10 tahun sebesar +2,13 bps ke level 128,81 bps.
Aktivitas perdagangan obligasi pekan lalu mengalami penurunan sejalan dengan adanya libur hari raya Natal. Rata-rata volume perdagangan harian turun sebesar -29,88% wow dari Rp26,95 triliun/hari menjadi Rp18,90 triliun/hari. Sementara itu, rata-rata frekuensi perdagangan harian menurun sebesar -46,61% wow dari 3.368 transaksi/hari menjadi 1.798 transaksi/hari. Penurunan tersebut dipicu oleh turunnya aktivitas transaksi obligasi negara. Rata-rata volume perdagangan harian SUN turun sebesar -28,59% wow dari Rp24,68 triliun/hari menjadi Rp17,62 triliun/hari. Sementara rata-rata frekuensi perdagangan hariannya turun -47,92% wow dari 3.179 transaksi/hari menjadi 1.656 transaksi/hari.
Untuk kinerja sukuk negara pekan lalu didominasi oleh penurunan harga yang tercermin dari penurunan Indonesia Government Sukuk Index-Clean Price (IGSIX-CP) sebesar -0,08% wow ke level 115,8878 dari level 115,9834 pada penutupan akhir pekan sebelumnya.
Rata-rata harga untuk seluruh seri sukuk negara turun sebesar -17,92 bps wow. Kelompok seri IFR mencatatkan penurunan rata-rata harga terbesar yakni hingga -56,58 bps wow. Adapun rata-rata harga untuk kelompok seri PBS dan SR masing-masing menurun sebesar -12,99 bps wow dan -14,85 bps wow. ACA