Site icon Media Asuransi News

Kemenkeu Pastikan Dana SWF dari Luar Negeri Bukan Utang Tapi sebagai Equity

Media Asuransi – Pemerintah memastikan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) dalam tujuannya mendapatkan financial return dan juga dalam upaya menarik Foreign Direct Investment  (FDI) lebih banyak dengan menggandeng co investment partner dan perkembangan sektor infrastruktur jangka panjang. Dengan begitu, dana yang masuk ke Indonesia bukan sebagai utang, melainkan sebagai equity.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia dibentuk lebih mirip dengan National Investment & Infrastructure Fund (NIIF) India yang kini sudah memiliki aset US$3 miliar dari internal maupun Foreign Direct Investment (FDI).  

 “SWF Indonesia memiliki kemiripan dengan National Investment & Infrastructure Fund (NIIF) India, baik dari tujuan dan target sumber dana yang hampir sama. Menggandeng co investment partner dan perkembangan sektor infrastruktur jangka panjang,” kata Sri Mulyani dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis 28 Januari 2021.

Baca Juga:

Hanya saja, lanjut Sri Mulyani, Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia dalam mendapatkan financial return melalui dana yang masuk masuk ke Indonesia bukan sebagai utang, namun sebagai equity dengan mengundang lebih banyak foreign direct investment atau foreign fund dari luar negeri.

“Pada prinsipnya sama dengan NIIF  juga berbentuk trust yang diinvestasikan langsung oleh pemerintah India. Dari sisi  pengawasannya juga dilakukan oleh komite yang diketuai oleh Menteri Keuangan,” jelasnya.

Hal senada juga diungkapkan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam BRI Group Economic Forum 2021, Kamis, 28 Januari 2021. Menurutnya, SWF Indonesia dilengkapi modal awal sebesar Rp15 triliun yang berasal dari APBN. Jumlah modal tersebut akan diperbesar dengan tambahan masuk aset BUMN. Dalam pengelolaannya LPI/ INA akan bekerja sama dengan mitra investor strategis dari luar negeri dalam menggarap proyek strategis sehingga membuat dana dari luar negeri masuk sebagai equity bukan sebagai utang.

“Ini menjadi sangat penting untuk development financing Indonesia kedepan, karena kita harus mengomponenkan dana asing yang masuk sebagai utang dan portofolio yang masuk sebagai equity,” pungkasnya. One

Exit mobile version