1
1

Ketua DAI: Klaim Tinggi Bukan Ancaman tapi Peluang untuk Industri Asuransi

Ketua Dewan Asuransi Indonesia (DAI) Yulius Bhayangkara. | Foto: Dewan Asuransi Indonesia

Media Asuransi, JAKARTA – Ketua Umum Dewan Asuransi Indonesia (DAI) sekaligus Ketua Umum Asosiasi Penilai Kerugian Asuransi Indonesia (Apparindo) Yulius Bhayangkara menilai tantangan tingginya klaim asuransi tidak selalu menjadi ancaman.

Justru, menurutnya, situasi ini dapat dimaknai sebagai peluang bagi perusahaan asuransi untuk lebih membangun keterlibatan (engagement) dengan nasabah.

|Baca juga: Bukan Cuma Bertahan, Ini Jurus Pamungkas OJK Dongkrak Industri Asuransi RI!

“Ini bisa dilihat sebagai tantangan, bisa dilihat sebagai peluang. Kalau klaimnya tinggi berarti kita makin engage dengan orang yang klaim. Dibandingkan dengan sama waktu itu dia beli, dia cuman beli dan tidak pernah klaim. Berarti cuman sekali beli, ketemu agen sekali, setelah itu selesai,” ujar Yulius, dalam Insurance Forum, dikutip Jumat, 18 Juli 2025.

“Tapi kalau ketemu klaim, dia bayar, ketemu agennya, habis itu ketemu orang klaim, dia selesaikan klaim. Jadi ada proses ketemu,” tambahnya, dalam sebuah diskusi bersama pelaku industri.

Ia menegaskan klaim asuransi tidak perlu dianggap sebagai momok menakutkan jika perusahaan telah menjalankan proses underwriting secara tepat. Namun, Yulius mengingatkan risiko besar tetap bisa muncul bila proses tersebut dilakukan secara asal-asalan.

“Persoalannya adalah, klaim jangan dilihat sebagai sesuatu hal yang sangat menakutkan apabila kita sudah melakukan proper underwriting. Yang persoalan memang kalau prosesnya itu tidak proper memangnya jadi menakutkan. Tetapi kalau kita melakukan proper underwriting, malah ini justru bagian untuk kita engage,” jelasnya.

|Baca juga: Industri Asuransi RI Disebut Lemah, Proyek-proyek Besar Akhirnya ‘Terbang’ ke Luar Negeri

|Baca juga: 6 Perusahaan Asuransi Masuk Pengawasan Khusus, Pengamat: Perlu Dilihat Berdampak Sistemik atau Tidak!

Yulius memandang keterlibatan langsung antara industri asuransi dan masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan inklusi dan literasi. Menurutnya edukasi saja tidak cukup, karena pemahaman masyarakat terhadap asuransi tidak hanya dibentuk melalui penjelasan teknis, tetapi juga dari pengalaman langsung dalam menggunakan layanan.

Ia menilai pendekatan yang mengedepankan interaksi aktif justru lebih berdampak dalam membangun kesadaran dan kepercayaan masyarakat terhadap asuransi. Hal ini juga tercermin dari sektor perbankan, di mana tingkat penggunaan layanan terbukti lebih tinggi daripada tingkat pemahamannya, yang menunjukkan kuatnya efek dari keterlibatan langsung.

“Literasi di bank itu lebih rendah daripada inklusi di bank. Berarti engagement-nya ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan sama pengetahuan tentang produk dan layanannya. Nah harusnya industri kita melihat ini,” imbuhnya.

Menurut Yulius momentum lonjakan pengguna BPJS Kesehatan selama masa pandemi covid-19 juga bisa menjadi pelajaran penting bagi industri asuransi komersial. Ia melihat keterlibatan awal masyarakat dengan BPJS membuka peluang bagi mereka untuk lebih terbuka terhadap asuransi kesehatan komersial.

“98-99 persen mungkin orang Indonesia sudah punya BPJS. Berarti kan sudah sangat banyak. Ketika covid-19 kemarin ada lonjakan, tetapi kemudian orang jadi sadar butuhnya, industri asuransi kesehatan. Kemudian muaranya masuk ke asuransi komersial ke kita gitu ya,” tuturnya.

|Baca juga: RI Komitmen Beli 50 Pesawat dari AS, Pengamat Peringatkan Risiko Kerugian Besar Jika Tidak Pakai Asuransi Khusus

|Baca juga: Petinggi IFG: Pertumbuhan Premi Asuransi Terbatas tapi Diiringi Fundamental Keuangan yang Baik

Ia menyimpulkan selama perusahaan menjalankan proses underwriting dengan baik dan mematuhi standar keuangan internasional seperti IFRS maka industri asuransi masih memiliki prospek yang menjanjikan di masa depan.

“Apakah kita melakukan proper underwriting atau tidak? Kalau kita tidak melakukan proper underwriting, kemudian kita masuk jurang sama-sama. Kan begitu. Itu persoalannya? Tapi kalau kita punya proper underwriting, saat ini OJK sudah dorong luar biasa melakukan itu. Saya percaya kita tetap menjadi industri yang prospeknya besar dan baik,” tutup Yulius.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Bukan Cuma Bertahan, Ini Jurus Pamungkas OJK Dongkrak Industri Asuransi RI!
Next Post AXA Gandeng China Biotech untuk Penggunaan Teknologi Pengobatan Kanker

Member Login

or