PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan para entitas anak melaporkan kinerja keuangan konsolidasi untuk periode kuartal pertama 2018, kredit tumbuh 15,0 persen secara tahunan (year on year/yoy). Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan bahwa total penyaluran kredit hingga kuartal pertama 2018 tercatat sebesar Rp470,05 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp408,91 triliun. Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 9,0 persen, dari Rp535,14 triliun di kuartal pertama 2017 menjadi Rp583,52 triliun di kuartal pertama tahun ini.
“BCA menutup periode kuartal pertama 2018 dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 10,4 persen yoy, dari Rp5,0 triliun pada kuartal pertama 2017 menjadi Rp5,5 triliun pada periode yang sama tahun ini,” kata Jahja Setiaatmadja dalam jumpa pers di Jakarta, 23 April 2018. Ditambahkan, pendapatan operasional BCA yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya, meningkat 8,7 persen, dari Rp13,5 triliun pada kuartal pertama tahun 2017 menjadi Rp14,7 triliun pada kuartal pertama 2018.
Untuk ke depan, BCA tetap optimistis terhadap prospek ekonomi Indonesia dalam jangka panjang. Menurut Jahja, pihaknya akan terus berupaya meraih peluang melalui penyaluran kredit secara prudent dan dengan memanfaatkan keunggulan dalam perbankan transaksi. BCA secara konsisten beradaptasi terhadap perkembangan teknologi informasi dan perubahan perilaku nasabah. “Customer experience dan loyalitas nasabah merupakan factor penting dalam mendukung pencapaian kinerja bisnis bank yang berkelanjutan,” tuturnya.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa BCA kembali berhasil mencapai kinerja bisnis yang positif sejalan dengan upaya perseroan dalam mendukung kebutuhan pembiayaan nasabah dan mempertahankan pertumbuhan dana yang solid. “Investasi strategis terus dilakukan untuk mengembangkan bisnis inti BCA dalam perbankan transaksi dan memperkuat franchise penghimpunan dana CASA,” kata Jahja. Dia tambahkan, CASA (current account and saving account) yakni giro dan tabungan, tumbuh 11,3 persen yoy.
Perkembangan produk dan layanan penyelesaian pembayaran (payment settlement) yang inovatif, disebut berperan penting dalam mempertahankan pertumbuhan dana CASA. BCA mencatat pertumbuhan dana CASA sebesar 11,3 persen yoy menjadi Rp451,1 triliun dan tetap merupakan porsi utama dari dana pihak ketiga yaitu sebesar 77,3 persen. Dalam komposisi CASA, dana tabungan tumbuh positif sebesar 10,8 persen yoy menjadi Rp297,2 triliun, sementara dana giro meningkat 12,2 persen yoy mencapai Rp153,8 triliun. Adapun dana deposito tercatat sebesar Rp132,5triliun, atau tumbuh 2,1 persen yoy. Pada akhir Maret 2018, dana pihak ketiga meningkat 9,0 persen yoy, menjadi Rp583,5 triliun.
Sementara itu, dari total kredit yang disalurkan sebesar Rp470,05 triliun, kredit korporasi masih menduduki porsi terbesar dengan nilai mencapai Rp179,4 triliun, tumbuh 17,6 persen yoy. Sementara itu kredit komersial & UKM naik 14,4 persen yoy, dengan nilai penyaluran mencapai Rp166,7 triliun. Kredit konsumer tumbuh 12,0 persen yoy menjadi Rp123,9 triliun, didukung oleh produk-produk kredit konsumer yang inovatif. “Pada kuartal pertama 2018, permintaan kredit segmen bisnis lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Pada portofolio kredit konsumer, kredit pemilikan rumah (KPR) naik 10,6 persen yoy menjadi Rp71,9 triliun dan kredit kendaraan bermotor (KKB) meningkat 14,6 persen yoymenjadi Rp40,2 triliun. Di periode yang sama, outstanding kartu kredit mencatat pertumbuhan sebesar 12,3 persen, menutup kuartal pertama dengan outstanding sebesar Rp11,8 triliun,” jelas Jahja Setiaatmadja.
Walaupun pertumbuhan kredit cukup tinggi, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) BCA berada pada level 1,5 persen di akhir Maret 2018. Menurut Jahja, angka ini berada dalam tingkat toleransi risiko yang masih dapat diterima. Rasio cadangan terhadap kredit bermasalah (loan loss coverage) tercatat sebesar 183,6 persen. BCA mempertahankan posisi likuiditas dan permodalan yang sehat dengan rasio kredit terhadap pendanaan (LFR) sebesar 77,9 persen dan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 23,6 persen per 31 Maret 2018. Edi