1
1

Pasar Asuransi Siber Global Hampir Mencapai US$30 Miliar

Ilustrasi. | Foto: Asia Insurance Review

Media Asuransi, JAKARTA – Allianz Commercial memperkirakan pasar asuransi siber global akan naik lebih dari dua kali lipat menjadi hampir US$30 miliar pada akhir dekade ini. Namun di sisi lain tingkat penetrasinya masih relatif rendah.

Kepala Global Asuransi Keuangan dan Siber Allianz Commercial, Jarrod Schlesinger, mengingatkan bahwa asuransi siber memainkan peran penting dalam membantu membangun ketahanan di tengah perubahan teknologi dan regulasi yang cepat. “Banyak perusahaan masih tidak menyadari cakupan pelindungan yang ditawarkan, yang dapat mencakup biaya terkait tanggapan terhadap pelanggaran, gangguan bisnis, dan denda serta sanksi regulasi,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Kamis, 25 September 2025.

|Baca juga:Pialang Asuransi di Inggris Yakin Asuransi Siber Bakal Berkembang Pesat

Laporan IBM menunjukkan bahwa wilayah Asia Pasifik mengalami serangan siber terbanyak pada tahun 2024, meningkat 13 persen secara tahunan (year on year/yoy) dan menyumbang 34 persen dari total serangan siber secara global. Hal ini dikonfirmasi oleh AON, yang melaporkan kenaikan 22 persen dalam klaim asuransi siber untuk wilayah Asia Pasifik pada tahun 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Ransomware juga menjadi perhatian utama, dan bertanggung jawab atas seluruh kerugian siber Allianz Commercial di Asia pada paruh pertama tahun 2025. Banyak perusahaan telah memilih Asia sebagai basis untuk rantai pasokan yang kompleks serta outsourcing proses bisnis kunci. Meskipun organisasi menyadari risiko pihak ketiga dan rantai pasokan, dalam praktiknya hal ini menjadi tantangan untuk diatasi dan memerlukan kolaborasi lintas fungsi yang signifikan secara internal, mulai dari departemen IT, pengadaan, hingga hukum dan kepatuhan.

|Baca juga: Klaim Asuransi Siber Meledak, Tembus 233%!

Selama beberapa tahun terakhir, Allianz Commercial melihat peningkatan aktivitas klaim yang disebabkan oleh risiko rantai pasokan IT, baik dalam bentuk serangan jahat maupun kegagalan teknis. Akibatnya, terdapat peningkatan dalam pembelian asuransi siber yang didorong oleh kontrak.

Perusahaan di Asia, terutama perusahaan besar, juga menunjukkan peningkatan dalam ketahanan siber dan minat terhadap solusi transfer risiko siber, meskipun cakupan asuransi siber mereka secara umum lebih rendah dibandingkan dengan rekan-rekan di Amerika atau Eropa.

“Meskipun demikian, sebagian besar organisasi besar masih memilih untuk mengasuransikan diri sendiri, dan hal yang sama berlaku untuk usaha kecil dan menengah, yang kurang tangguh dan lebih rentan terhadap risiko siber,” kata Kepala Asuransi Tanggung Jawab Profesional Siber dan Teknologi di Allianz Commercial Asia, Karlis Trops.

Dia tambahkan, perusahaan Asia yang memiliki kehadiran di luar negeri juga sebaiknya mempertimbangkan solusi siber multinasional. “Terutama yang beroperasi di Australia, AS, dan Inggris, yang cenderung mengalami kerugian finansial yang lebih besar akibat litigasi privasi dan pelanggaran data,” jelas Karlis.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post AAUI Usul Reasuransi Masuk Program Penjaminan Polis
Next Post Komisioner KND Minta Penyandang Disabilitas Jadi Bagian dari Proses Penerapan ESG

Member Login

or