Media Asuransi – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan peringkat “idAAA” untuk PT Astra Sedaya Finance (ASF) serta Obligasi Berkelanjutan IV dan Obligasi Berkelanjutan V Perusahaan yang masih beredar.
Pefindo juga menegaskan peringkat “idAAA(sy)” untuk Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I yang masih beredar. Prospek dari peringkat Perusahaan adalah “stabil”. Efek utang dengan peringkat idAAA merupakan peringkat tertinggi yang diberikan oleh Pefindo.
Baca juga: Refinancing Utang, Tunas Baru Lampung (TBLA) Terbitkan Global Bond US$400 Juta
Melalui keterangan resmi yang dikutip Media Asuransi, Selasa, 16 Maret 2021), Pefindo menjelaskan kemampuan emiten untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka panjang atas efek utang tersebut dibandingkan emiten Indonesia lainnya adalah superior. Akhiran (sy) berarti peringkat mengindikasikan pemenuhan prinsip Syariah. Peringkat tersebut mencerminkan fungsi Perusahaan yang strategis bagi pemegang sahamnya, PT Astra International Tbk (ASII atau Grup Astra, peringkat BBB+/Negatif oleh Standard & Poor’s), posisi pasar yang sangat kuat di pembiayaan mobil, dan permodalan yang sangat kuat.
Pefindo melanjutkan, peringkat tersebut dibatasi oleh ketatnya persaingan di industri pembiayaan. Peringkat dapat diturunkan jika ada penurunan tingkat dukungan yang material dari pemegang saham, yang dapat diindikasikan dari penurunan tingkat kepemilikan dan/atau integrasi usaha dengan Grup Astra. Selain itu, peringkat dapat diturunkan jika ada pelemahan yang material dari profil bisnis atau keuangan Perusahaan.
Pefindo menilai penyebaran Covid-19 telah berdampak signifikan terhadap industri pembiayaan dalam hal pertumbuhan, kualitas aset, dan profitabilitas, terutama terkait pembiayaan pada sektor-sektor ekonomi yang terkena dampak langsung seperti perhotelan, pariwisata, restoran, serta transportasi. Sektor manufaktur dan perdagangan berbasis komoditas juga terpengaruh pada tingkat yang lebih rendah, karena terbatasnya akses ke tempat kerja.
Baca juga: OJK: Outlook Ekonomi ke Depan Membaik
“Kemampuan debitur dari sektor-sektor ekonomi tersebut terpengaruh secara signifikan, sehingga kemampuan pembayaran kembali kewajiban finansial mereka mengalami penurunan, serta mempengaruhi profil keuangan perusahaan-perusahaan pembiayaan,” jelas Pefindo.
Meskipun POJK 58/POJK.05/2020 memungkinkan perusahaan pembiayaan untuk merestruktur akun-akun yang terdampak Covid-19 untuk dapat mempertahankan rasio kualitas aset mereka, tetapi Pefindo menilai implementasinya juga memungkinkan terjadinya risiko moral hazard, di mana debitur-debitur yang sebenarnya tidak terlalu terpengaruh juga akan tidak melakukan pembayaran angsuran.
“Kami memperkirakan terkendalinya dampak dari penyebaran Covid-19 terhadap profil kredit ASF, yang secara garis besar didukung oleh keunggulan kompetitif Perusahaan yang kuat dengan tautan kepemilikan saham Astra Grup,” jelas Pefindo.
Baca juga: Dengan Berasuransi, Kesehatan Fisik dan Financial Masyarakat Lebih Terjamin
ASF berperan sebagai financing arm utama dari penjualan mobil yang didistribusikan oleh Grup Astra, grup otomotif paling dominan di Indonesia. “Diuntungkan dengan adanya afiliasi ini dan ditambah dengan struktur pendanaan yang menguntungkan, kami berpendapat ASF memiliki preferensi dalam memilih nasabah dengan profil kredit yang lebih rendah, sejalan dengan manajemen risiko yang konservatif,” tambah Pefindo.
Hal ini diperkirakan dapat memitigasi potensi penurunan bisnis akibat proyeksi pertumbuhan penjualan otomotif nasional yang belum akan sepenuhnya pulih dalam 18-24 bulan ke depan dan dapat mempengaruhi permintaan terhadap jasa pembiayaan untuk pembelian kendaraan bermotor. “Pefindo akan terus memantau secara ketat perkembangan dampak pandemi terhadap performa Perusahaan dan profil kredit secara keseluruhan. ASF memberikan pelayanan pembiayaan untuk penjualan mobil dan alat berat yang didistribusikan oleh Grup Astra dan pihak ketiga lainnya.”
ASF memiliki 76 kantor cabang dan kantor lainnya dan sekitar 14.000 dealer di berbagai kota besar di Indonesia. Per 31 Desember 2020, struktur kepemilikan ASF terdiri dari ASII (46,875%), PT Garda Era Sedaya (28,125%), dan PT Sedaya Multi Investama (25,00%), yang keduanya merupakan anak perusahaan ASII. Aca