Media Asuransi – Perusahaan publik yang beroperasi di sektor Energi dan Kimia melalui penyulingan LPG dan produksi amoniak, PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) membukukan peningkatan pendapatan sebesar 8,86 persen menjadi US$68,5 juta pada kuartal I/2021, dibandingkan periode sama sebelumnya sebesar US$62,9 juta. Seiring meningkatnya pendapatan, perseroan juga mencatatkan kenaikan laba bersih dari US$300 ribu pada kuartal I/2020 menjadi US$9,5 juta pada kuartal I/2021 atau mengalami kenaikan sebesar US$9,2 juta, setara 97 persen.
“Penurunan beban umum dan administrasi masing-masing 18 persen dan 17 persen ini memungkinkan perseroan memiliki marjin operasional yang lebih baik sehingga laba bersih perseroan meningkat menjadi US$9,5 juta pada kuartal I/2021 dibandingkan US$300 ribu pada kuartal I/2020. Pendapatan dan laba bersih ESSA meningkat seiring dengan pemulihan tajam harga amoniak sejak Januari 2021. Kenaikan harga dipicu oleh tantangan pasokan dan karena sektor ini memasuki fase pemulihan permintaan. Ke depan, ESSA akan terus meningkatkan kinerjanya seiring dengan pemulihan harga dan permintaan pasar global,” kata Vinod dalam siaran tertulis di Jakarta, Jumat, 23 April 2021.
Baca Juga:
- Tugu Insurance Incar Bisnis dari SPBU Pertamina dan Pertashop
- MNC Sekuritas: 4 Saham Menu Trading 23 April 2021
- Erdikha Sekuritas: IHSG Bergerak Cenderung Tertekan
- Reliance Sekuritas: IHSG Berpotensi Masih Tertekan
Menurut Vinod, seiring dengan kenaikan permintaan global amonia, perseroan telah mengidentifikasi sumber tambahan untuk pengembangan permintaan amonia melalui blue amonia yang saat ini menunjukkan prospek yang signifikan. Untuk itu, pada Maret 2021 perseroan bermitra dengan Japan Oil, Gas and Metals National Corporation (JOGMEC), Mitsubishi Corporation (MC), Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) tentang Carbon Capture, Utilization & Storage (CCUS) untuk memproduksi blue amonia di Indonesia di pabrik amonia di Banggai, Sulawesi Tengah.
“Amonia digunakan sebagai bahan baku pupuk, plastik, dan bahan kimia di seluruh dunia. Namun, permintaan amonia saat ini belum mempertimbangkan peran amonia sebagai bahan bakar alternatif di masa depan dengan kandungan hidrogennya yang tinggi, emisi CO2 nol saat dibakar, dan pengiriman logistik yang andal,” katanya.
Vinod mengungkapkan, untuk terus meningkatkan kinerjanya seiring dengan pemulihan harga dan permintaan pasar global, pada Maret 2021 melalui anak perusahaannya, PT Panca Amara Utama (PAU), perseroan telah berhasil membiayai kembali pinjaman jangka panjang sebesar US$495 juta. Hal ini memungkinkan PAU memiliki struktur permodalan yang lebih sederhana dan lebih ramping.
“Kami percaya pembiayaan baru ini dengan sempurna menempatkan perusahaan untuk menciptakan akar yang kuat di masa-masa yang tidak pasti ini dan untuk selalu berkontribusi sebagai Satu untuk Indonesia,” tutup Vinod. One