Media Asuransi – Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) menggelar acara pengajian bulanan dengan tema ’Menjaga Prasangka Baik di Masa Pandemi’. Acara yang diadakan secara virtual pada Senin, 25 Januari 2021 menghadirkan penceramah Wakil Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI) 2020-2025 Didin Hafidhuddin.
Dalam taushiahnya Didin Hafidhuddin menyampaikan bahwa seorang muslim dapat menjadikan ujian pandemi ini sebagai bahan muhasabah atau instropeksi diri, supaya terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Selalu berhusnuzhon atau berprasangka baik dalam kondisi apapun akan menjadi wasilah atau jalan dalam meningkatkan amal menuju kesempurnaan iman, serta menjadi peluang dalam meningkatkan kreativitas dan produktivitas amal.
”Sesulit dan seberat apapun masalah yang dihadapi, seorang muslim harus tetap memiliki semangat kreatif dan inovatif untuk membangun kehidupan lebih baik. Semangat produktif ini sebagai wujud bukti husnudzon kepada Allah SWT, termasuk dalam kegiatan ekonomi,” tuturnya.
Baca juga:
- AASI Minta Anggotanya Persiapkan Spin Off Secara Maksimal
- Brand Ekonomi Syariah, Upaya Peningkatan Literasi Ekonomi Syariah Bagi Masyarakat
- Ekonomi dan Keuangan Syariah Hadapi Banyak Tantangan
Dalam siaran pers yang diterima Media Asuransi, Didin Hafidhuddin menjelaskan bahwa setiap kegiatan ekonomi dalam Islam, selalu melibatkan unsur ta’awun yang sangat tinggi. Apalagi dalam kegiatan asuransi syariah yang memiliki prinsip tabarru. Oleh karena itu, lanjutnya, prinsip asuransi syariah ini adalah sistem ekonomi yang paling cocok dikembangkan di Indonesia, apalagi dalam kondisi seperti ini.
”Dari mekanisme asuransi syariah ini ada sinergi untuk berta’awun dengan risiko yang ditanggung bersama-sama. Artinya, unsur feodalistik itu sangat jauh dari prinsip asuransi syariah. Prinsip ta’awaun itu yaitu konsep tangan diatas yang selalu memberi. Dam konsep seperi ini akan memberikan kekuatan untuk jiwa dan rohani,” ungkapnya.
Konsep memberi itu, lanjutnya, adalah sumber income bagi orang yang menyadari. Jangan disangka apa yang kita berikan kepada orang lain dalam berta’awun itu berarti harta kita hilang. Bahkan itu menjadi modal untuk mendapatkan lebih banyak lagi. ”Dari prinsip ekonomi Islam seperti ini, maka roda ekonomi itu diputar sedemikian rupa, karena harta itu tidak terakumulasi oleh seseorang, langsung diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Jadi asuransi syariah itu sudah tepat sekali untuk mendukung roda perekonomian. Untuk itu harus didukung dan dikuatkan oleh kita semua.” katanya.
Direktur Eksekutif AASI, Erwin Noekman, yang bertindak sebagai moderator dalam kesempatan tersebut mengaminkan teori ekonomi syariah yang dipaparkan oleh penceramah. Erwin berharap apa yang disampaikan tidak hanya menjadi teori dalam sistem perekenomian bangsa, namun juga dapat diwujudkan di tengah-tengah masyarakat, termasuk dalam menjalankan prinsip asuransi syariah. ”Dalam asuransi syariah, tujuan peserta bukan lagi berharap untuk mengambil manfaat dari klaim. Tapi memberikan manfaat untuk orang lain. Yaitu dengan konsep berbagi dan memberi,” pungkasnya. Wiek