Percepatan inklusi asuransi syariah harus memanfaatkan teknologi digital. Pasalnya teknologi ini menjangkau masyarakat lebih luas dan dirasa lebih tepat sasaran menyentuh generasi milenial. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh CEO PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) Jens Reisch saat menjadi nara sumber pada acara seminar bertajuk “Rembuk Republik” dalam rangka meningkatkan inklusi keuangan syariah di Jakarta, 14 Mei 2018.
Jens mengatakan bahwa untuk meningkatkan inklusi keuangan syariah ini, Prudential Indonesia akan membuat perubahan ke arah yang lebih milenial, baik itu dari segi instrument maipun teknik pemasaran. “Kami akan kembangkan penjualan, investasi, pelayanan, agen dan nasabah dengan digital. Begitu juga dari sisi produk. Melalui digital ini agen asuransi dan masyarakat sangat dimudahkan dalam membeli polis,” ungkapnya.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pada akhir tahun 2016, Survei Nasional Literasi Keuangan Indonesia, menunjukkan tingkat inklusi keuangan syariah sebesar 11,06 persen. Angka ini masih sangat rendah jika dibandingkan tingkat inklusi keuangan nasional yang sudah mencapai 67,82 persen. Padahal dari populasi sebesar 260 juta jiwa, penduduk muslim Indonesia 87 persen. Jens optimistia asuransi syariah akan mengalami peningkatan di tanah air, di samping penduduk Indonesia merupakan muslim, juga masih luasnya pangsa pasar yang masih bisa digarap. Untuk bisnis syariah ini, Prudential mempersiapkan akan melakukan spin off pada tahun 2024 nanti.
Prudential Indonesia membukukan pendapatan kontribusi bruto sebesar Rp3,4 triliun di tahun 2017. Untuk aset perusahaan ini tumbuh sebesar 13 persen dengan nilai Rp9,9 triliun. “Kami memiliki agen di 160 kota di Indonesia. Tahun lalu kami naik double digit. Kalau lihat kontribusi, aset, nasabah, tahun lalu di pasar keuangan syariah performanya luar biasa dan untuk syariah kita optimistis pada 2018,” tandas Jens. Fir