Media Asuransi – Penurunan tingkat kasus harian Covid-19 dari level tertingginya 44.000 kasus pada Juli 2021 dan program vaksinasi memberikan sentimen positif bagi pasar sehingga diharapkan dapat berdampak pada kinerja imbal hasil reksa dana.
Kinerja reksa dana per jenis secara year to date (ytd) 27 Agustus 2021 tercatat menunjukkan kinerja bervariasi dimana kinerja positif dipimpin dicatatkan oleh reksa dana pasar uang dan pendapatan tetap.
Berdasarkan data Infovesta Utama yang dikutip Media Asuransi, Selasa, 31 Agustus 2021, secara ytd, kinerja reksa dana pasar uang masih mencatatkan imbal hasil tertinggi yaitu 2,31%, diikuti oleh reksa dana pendapatan tetap sebesar 1,51%, sedangkan reksa dana campuran dan saham masih mencatatkan imbal hasil negatif masing-masing sebesar -0,68% dan -5,34%.
|Baca juga: Ketika Pasar Membaik, Saatnya Investasi di Reksa Dana Saham
“Apabila dilihat, memang reksa dana berbasis saham masih tertekan karena penurunan yang cukup dalam pada saat Covid-19 melanda Indonesia, namun dalam kuartal ketiga ini, indeks reksa dana saham dan campuran sudah mencatatkan imbal hasil positif sebesar 0,52% dan 0,79%. Namun masih lebih rendah dibandingkan dengan reksa dana berbasis pendapatan tetap di 1,80%.”
Dengan memperhatikan data-data tersebut, terlihat bahwa kinerja reksa dana pasar uang masih menjadi yang paling menarik sepanjang tahun 2021. Namun di sisi lain, investor dengan jangka waktu investasi menengah dapat mempertimbangkan reksa dana berbasis pendapatan tetap karena masih memberikan imbal hasil yang menarik.
Selain itu, sentimen tapering yang sempat memberikan kekhawatiran telah diperjelas oleh The Fed melalui FOMC meeting pada hari Jumat lalu yang menyatakan bahwa The Fed tidak akan terburu-buru untuk menaikkan tingkat suku bunga karena inflasi yang dianggap masih bersifat sementara. Namun mengisyaratkan untuk tetap memulai proses pengurangan pembelian obligasi melalui open market operation.
|Baca juga: Investasi Emas dan Reksa Dana, Mana yang Lebih Menguntungkan?
Berikutnya, untuk reksa dana saham, meskipun saat ini mengalami tekanan karena risiko pandemi Covid-19 yang masih membayangi pertumbuhan ekonomi, namun Indonesia telah memasuki era new economy di mana saham-saham berbasis teknologi diprediksi akan bertumbuh pesat hingga tahun 2030. Sehingga, secara jangka panjang, investor dapat mempertimbangkan reksa dana saham berbasis teknologi dengan tetap memperhatikan toleransi risiko dari masing-masing investor mengingat pergerakan saham-saham di sektor tersebut yang cukup fluktuatif.
Di sisi lain, saham-saham bluechip yang cenderung tertekan sepanjang tahun 2021 mulai menunjukkan kinerja yang lebih baik di mana secara month to date 27 Agustus 2021 kinerja LQ45 naik 2,75% atau merupakan yang tertinggi di antara Kompas 100 dan IDX Sektor teknologi sebesar 1,15% dan -8,25%. Hal ini membuat investasi pada reksa dana saham berbasis saham bluechip juga dapat menjadi alternatif investasi lainnya bagi investor. Aca