Site icon Media Asuransi News

Survei Bank Indonesia: Penjualan Eceran November Tumbuh Membaik

Media Asuransi – Bank Indonesia merilis hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) terbaru, kinerja penjualan eceran secara bulanan terindikasi tumbuh membaik pada November 2020. Dari sisi harga, tekanan inflasi pada 3 bulan mendatang (Januari 2021) diprakirakan menurun, sementara pada 6 bulan mendatang (April 2021) meningkat.

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Ekonomi Membaik

Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono dalam keterangan resmi yang dikutip Media Asuransi, Jumat, 11 Desember 2020.

Survei Penjualan Eceran (SPE) merupakan survei bulanan yang dilaksanakan Bank Indonesia sejak September 1999 dan bertujuan untuk memperoeh informasi dini mengenai arah pergerakan PDB dari sisi konsumsi. Sejak Januari 2015 survei dilakukan terhadap + 700 pengecer sebagai responden, dengan metode purposive sampling di 10 kota yaitu, Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, Medan, Purwokerto, Makassar, Manado, Banjarmasin, dan Denpasar.

Menurut Erwin, kinerja penjualan eceran secara bulanan terindikasi tumbuh membaik pada November 2020. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) November 2020 yang tumbuh sebesar -0,4 persen mtm (month to month), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan Oktober 2020 sebesar -5,3 persen (mtm).

“Perbaikan kinerja tersebut didorong oleh penjualan sejumlah kelompok barang, seperti Suku Cadang dan Aksesoris serta subkelompok Sandang yang tumbuh positif sejalan kebutuhan yang meningkat menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan tahun baru pada,” katanya. Erwin Haryono menambahkan, secara tahunan, kinerja penjualan eceran pada November 2020 diprakirakan kontraksi -15,7 persen yoy (year on year), sedikit lebih dalam dibanding Oktober 2020 sebesar -14,9 persen yoy, terutama disebabkan penurunan penjualan kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi.

Dari sisi harga, tekanan inflasi pada 3 bulan mendatang (Januari 2021) diprakirakan menurun, sementara pada 6 bulan mendatang (April 2021) meningkat. Indikasi penurunan harga pada Januari 2021 tersebut tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 3 bulan yang akan datang sebesar 139,8, lebih rendah dibandingkan dengan IEH bulan sebelumnya sebesar 142,5.

“Penurunan harga didukung oleh pasokan barang yang tercukupi, kelancaran distribusi serta normalisasi harga pasca HBKN Natal. Sementara itu, IEH 6 bulan yang akan datang sebesar 163,9, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 160,0 karena kenaikan harga bahan baku disertai masuknya bulan Ramadan dan menjelang HBKN Idul Fitri,” jelas Erwin.      

Hasil survei penjualan eceran secara bulanan pada Oktober 2020 menunjukkan penurunan yang lebih dalam. Indeks Penjualan Riil pada Oktober 2020 tercatat sebesar 183,5 menurun lebih dalam dari semula -8,7 persen yoy pada September 2020 menjadi -14,9 persen yoy pada Oktober 2020 maupun 3,6 persen yoy pada Oktober 2019.

Penurunan tersebut terjadi pada mayoritas kelompok yang dipantau seperti Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang tercatat kontraksi -5,6 persen yoy, setelah bulan sebelumnya tumbuh positif sebesar 3,1 persen yoy, serta penurunan kinerja kelompok Peralatan Komunikasi dan Informasi dan kelompok Barang Lainnya dari semula masing-masing -22,2 persen yoy dan -51,8 persen yoy pada September 2020 menjadi sebesar -30,9 persen yoy dan 53,5 persen yoy.

Kinerja penjualan eceran secara bulanan terindikasi tumbuh membaik pada November 2020. Indeks Penjualan Riil November 2020 diindikasi sebesar 182,7, secara bulanan kinerja penjualan eceran pada November 2020 diprakirakan tumbuh dengan kontraksi yang jauh mengecil 0,4 persen mtm, dari sebelumnya kontraksi -5,3 persen mtm pada Oktober 2020. Adanya perbaikan kinerja tersebut diindikasi didorong oleh persiapan menjelang hari Besar Keagamaan nasional (HKBN) Natal dan tahun baru.

Peningkatan penjualan terutama didorong oleh peningkatan penjualan kelompok Suku Cadang & Aksesoris dan subkelompok sandang yang tercatat tumbuh positif masing-masing 2,4 persen mtm dan 4,8 persen mtm pada November 2020. Adapun Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau diindikasi juga mengalami perbaikan meski masih tercatat kontraksi sebesar -0,5 persen mtm, terutama pada sub kelompok bahan makanan, makanan jadi, minuman, dan tembakau.

Secara tahunan, penjualan eceran mengalami kinerja yang mendalam sebesar -15,7 persen yoy pada November 2020, dari bulan sebelumnya -14,9 persen yoy, sementara kinerja pada September 2020 sebelumnya terpantau menguat. Kondisi tersebut, disebabkan terutama oleh penurunan penjualan kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi sebesar -34,0 persen yoy.

Berdasarkan kota cakupan survei, kinerja penjualan eceran menunjukkan penurunan di hampir seluruh kota pada Oktober 2020. Dari 10 kota yang disurvei, penjualan eceran di Kota Bandung mengalami penurunan terdalam sebesar -26,0 persen yoy pada Oktober 2020. Adapun pada November 2020, penjualan eceran diperkirakan menurun dengan kontraksi terdalam di Semarang, Bandung, dan Denpasar masing-masing -29,8 persen yoy, -29,2 persen yoy, dan -31,7 persen yoy. Sementara itu, penjualan eceran di Kota Manado, Surabaya, dan Makassar masih mencatat kinerja positif, dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 7,9 persen yoy, 7,5 persen yoy, dan 1,6 persen yoy pada November 2020.

Responden memprakirakan penjualan eceran pada 3 bulan ke depan yaitu bulan januari 2021 menurun, sementara pada 6 bulan ke depan yaitu April 2021 diprakirakan meningkat. Hal ini tecermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) 3 bulan mendatang sebesar 151,6 atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 157,2.

Sebagian besar responden menyatakan bahwa penurunan penjualan pada 3 bulan mendatang disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat khususnya pasca HBKN dan libur akhir tahun. Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) 6 bulan mendatang sebesar 160,5, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 159,4, disebabkan oleh peningkatan permintaan masyarakat saat bulan Ramadhan dan menjelang HBKN Idul Fitri.

Dari sisi harga, responden survei memprakirakan tekanan inflasi pada 3 bulan mendatang (Januari 2021) akan menurun, sementara pada 6 bulan mendatang (April 2021) akan meningkat. Indikasi peningkatan harga pada Januari 2021 tersebut tecermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 3 bulan yang akan datang sebesar 139,8, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 142,5.

Responden memperkirakan penurunan harga pada januari 2021 disebabkan oleh pasokan barang yang berlebih, distribusi barang yang diprakirakan lancar, penurunan biaya tenaga kerja seiring dengan kebijakan Upah Minimum Provinsi yang relatif tetap, disertai telah berlalunya HBKN Natal.

Sementara itu, Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 6 bulan yang akan datang sebesar 163,9, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 160,0. Responden memperkirakan peningkatan harga pada 6 bulan mendatang disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku, serta masuknya bulan Ramadhan dan menjelang HBKN Idul Fitri yang mendorong kenaikan harga. Edi

 

Exit mobile version