Site icon Media Asuransi News

Survei Willis Towers Watson: Automasi Dunia Kerja Akan Meningkat

     Automasi dunia kerja diperkirakan meningkat hingga dua kali lipat di Indonesia tiga tahun mendatang. Hal ini diprediksi akan mengubah proses dan keahlian yang dibutuhkan di pekerjaan masa depan. Demikian hasil survei yang dilakukan oleh Willis Towers Watson, sebuah perusahaan global, yang bergerak di bidang konsultansi, pialang asuransi dan solusi terkemuka, yang diumumkan di Jakarta, 8 Mei 2018Survei Willis Towers Watson Global Future of Work dilakukan pada bulan November 2017. Sebanyak 909 perusahaan di seluruh dunia, termasuk 507 dari Asia Pasifik, berpartisipasi dalam survei ini.

   Menurut hasil The Global Future of Work Survey 2018 yang diterbitkan oleh Willis Tower Watson, perusahaan di Indonesia memperkirakan automasi akan meningkat menjadi sekitar 21 persen dari seluruh jenispekerjaan dalam tiga tahun mendatang. Peningkatan ini cukup besar dibandingkan dengan kondisi saat ini yaitu  11 persen, dari hanya tujuh persen pada tiga tahun lalu.

     Hasil survei juga menunjukkan bahwa tujuan utama penerapan teknologi termasuk penggunaan kecerdasan buatan dan robotik, ialah untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas manusia. Automasi ini juga hanya akan menggantikan beberapa – tidaksemua – pekerjaan yang dilakukan oleh manusia pada saat ini, mulai dari pekerjaan rutin di back-office, seperti membuat dan mengarsip laporan, sampai dengan kendaraan yang bisa menyetir sendiri.

    “Kita semua mengetahui bahwa penerapan teknologi baru di tempat kerja akan terus berlanjut di masa depan. Namun, berdasarkan survei kami, kenyataannya tidak semua organisasi siap menghadapi tantangan yang semakin meningkat, seperti mengidentifikasi jenjang karier baru,” ujar Direktur Talent & Rewards Willis Towers WatsonIndonesia Henry Hanafiah dalam rilis yang diterima Media Asuransi.

  Pekerjaan-pekerjaan baru yang mulai bermunculan, seperti Robot TrainersData ScientistMachine Learning Engineers, serta Data, Talent & AI Integratorsakan menunjukkan bagaimana manusia dan teknologi saling berdampingan dalam menyelesaikan pekerjaan. Mengingat bahwa jenis-jenis pekerjaan baru ini mungkin belumditemukan di perusahaan saat ini, maka perusahaan perlu mendekonstruksikan pekerjaan berdasarkan komponentugas, sekaligus mengidentifkasi tanggung jawab yang dapat diautomasi.

      Setelah itu, barulah mereka dapat mengidentifikasi sekaligus mencari kandidat dengan kemampuan yang sesuai dengan tugas-tugas baru yang perlu dilakukan. Faktor biaya juga akan menyesuaikan, bahwa 57 persen atau lebih dari separuh perusahaan di Indonesia, memperkirakan bahwa mereka akan membayar gaji yang lebih tinggi untuk karyawan dengan keahlian baru ini.

    Survei Willis Towers Watson juga mengungkapkan bahwa di seluruh industri, sebanyak 54 persen atau lebih dari setengah perusahaan sudah merencanakan langkah-langkah untuk mengatasi keterbatasan keahlian. Termasuk melalui perencanaan lingkungan kerja baru dan pengaturan jalur karier yang lebih fleksibel dengan struktur yang lebih ramping, dan melakukan asesmen untuk mengidentifikasi gap antara keterampilan dan keinginan karyawan.

     Survei ini juga mengungkapkan, hanya kurang dari satu persen perusahaan di Indonesia yang telah mengambil langkah nyata atau benar-benar siap dalam mengidentifikasi proses reskilling atau membangun keahlian baru, khususnya untuk karyawan yang tugasnya tergantikan dengan automasi. Walaupun banyak perusahaan yang telah mengambil langkah untuk mempersiapkan perubahan ini, namun masih ada ketidakpastian mengenai siapa yang akan memimpin, mendorong perubahan internal, atau apakah departemen HR (human resources)perlu memperluas kemampuan dalam mendorong praktik talent management di lanskap bisnis yang baru ini.

     Di saat perusahaan tengah merancang proses evolusi pekerjaan baru, penting bagi pemimpin dan manajer untuk mengembangkan pola komunikasi yang lebih personal dengan seluruh karyawan, menginisiasi perubahan tentang sejauh mana manusia dan teknologi akan bekerja beriringan, sekaligus mengartikulasi roadmap untuk mengurangi kekhawatiran akan tergantinya tenaga kerja manusia.

  “Ada kesadaran tinggi dari pemimpin bisnis regional, bahwa mereka perlu mengembangkan pemimpin dan manajer yang mampu mengatur ekosistem kerja yang benar-benar berbeda. Hal ini mencakup kebutuhan untuk menanamkan, sekaligus menggerakkan budaya kerja yang memprioritaskan pada employee engagement – baik untuk karyawan tetap maupun tidak,” tambah Managing Director, Talent and Rewards Willis Towers Watson Asia Pacific Maggy Fang. Edi

Exit mobile version