Media Asuransi – Di tengah kebijakan pembebasan pajak pertambahan nilai barang mewah (PPnBM) untuk mobil baru, pembiayaan mobil bekas justru tetap menunjukkan performa yang stabil dan cenderung tumbuh. Sebuah kebijakan yang awalnya diduga akan kontraproduktif terhadap performa penjualan mobil bekas ternyata tidak terjadi.
Jika merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sepanjang paruh pertama 2021 pembiayaan mobil masih terkontraksi 4,18%. Namun, proporsi pembiayaan mobil bekas terhadap keseluruhan pembiayaan mobil mengalami peningkatan dari 32,24% menjadi 34,04%.
Baca juga: Indonesia Keluar dari Resesi, Ekonomi Kuartal II/2021 Tumbuh 7,07%
Bagi perusahaan pembiayaan, keunggulan segmen mobil bekas adalah biaya depresiasi yang tidak secepat dan setinggi mobil baru. Sehingga jika terjadi kredit macet, kerugiannya tidak terlalu besar.
Sementara itu, bagi masyarakat kondisi pandemi berdampak pada pergeseran kebutuhan dan belanja masyarakat. Salah satunya ialah dari mobil baru ke mobil bekas. Mobil bekas dinilai menguntungkan karena menyediakan banyak variasi mobil di harga yang lebih rendah.
Alasan lainnya mengapa penjualan mobil bekas meningkat adalah faktor finansial untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, dan merebaknya virus Covid-19 yang membuat masyarakat khawatir jika bepergian dengan kendaraan umum.
Baca juga: Kinerja Multi Bintang Indonesia (MLBI) dan Mitra Adiperkasa (MAPI) Melesat
Terkait jenis kendaraan, sampai dengan saat ini mobil keluarga dan kendaraan jenis Sport Utility Vehicle (SUV) masih menjadi incaran para konsumen. Adapun model-model mobil bekas yang menjadi incaran para konsumen, seperti Toyota Rush, Daihatsu Terios, Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, Toyota Kijang Innova, dan Toyota Fortuner.
Kenaikan penjualan mobil bekas juga terbukti dengan peningkatan penggunaan mobil pribadi pada semester I 2021 yang mencapai 41%. Jumlah ini lebih besar dari era sebelum pandemi, yang hanya menyentuh 33%. Aha