Site icon Media Asuransi News

Waspada Jebakan Toxic Positivity, Ini Dampaknya

Seorang wanita sedang menikmati perjalanan menggunakan moda angkutan pesawat terbang | Foto: Doc

Media Asuransi, JAKARTA – Mencoba memandang setiap hal dengan positif, dan menunjukkan kebahagiaan yang kita rasakan tentu salah satu hal yang baik. Tetapi, apakah benar dari dalam hati secara jujur kita bisa selalu merasa positif dan bahagia setiap saat?

Semua orang tentu saja ingin mendapatkan kebahagiaannya. Bahkan, sebisa mungkin menunjukkan kepada dunia di luar bahwa dirinya memang merasa bahagia. Namun, terkadang saat hal buruk terjadi dan kita tidak bisa mengesampingkan berbagai perasaan negatif yang terjadi. Apa yang harus kita lakukan?

Apa Anda sudah tahu istilah yang hingga kini sedang banyak dialami yaitu toxic positivity? Menurut Konstantin Lukin Ph.D, melalui tulisannya “Toxic Positivity: Don’t Always Look on the Bright Side”, istilah toxic positivity ini sebenarnya mengacu pada konsep bahwa kita harus tetap positif, dan hanya dengan berfokus pada hal-hal positif adalah cara terbaik untuk menjalani hidupmu. Dan mengabaikan hal-hal negatif.

Baca juga: Manfaat Menulis Jurnal Bagi Kesehatan Mental

Sekilas, terlihat ideal sekali bukan bila kita selalu melihat setiap hal dengan cara positif. Namun, secara mengejutkan, hasil akhirnya malah memperkuat kondisi sebaliknya. Saat menghadapi berbagai masalah, terkadang kita ingin mendengar kata-kata penyemangat dan positif dari orang-orang terdekat kita. Tetapi bagi sebagian orang, kata-kata penyemangat, positif, dan penuh dukungan ini malah justru menjadi bumerang dan makin merasa diri terpuruk.

Anda boleh lho untuk tidak selalu tetap positif dan tidak menolak apa pun yang dapat memicu emosi negatif. Jangan takut untuk menerima diri Anda sebagai “orang negatif” dan menerima segala emosi yang kamu miliki. Lalu, bagaimana cara untuk menghindari jebakan toxic positivity ini?

Berikut adalah beberapa tips menghindari jebakan toxic positivity:

1. Belajar Menerima Perasaan Tidak Menyenangkan yang Dirasakan Diri Sendiri

Ingat atau tidak, bagaimana leganya perasaan saat akhirnya Anda dapat menceritakan berbagai permasalahan, rasa khawatir, atau segala keluh kesahmu kepada teman, pasangan, atau orang tua. Rasanya seperti ada beban berat di pundak Anda yang diangkat. Nah, berusaha untuk menerima segala emosi sulit yang Anda rasakan akan membantu untuk bangkit dan menekan emosi buruk tersebut untuk berkembang lebih besar. Jadi, belajarlah untuk mulai menerima segala perasaan yang tidak menyenangkan, daripada harus berpura-pura bahwa semua hal baik-baik saja.

2. Media Sosial Seperti Sugar Coating

Dari lapisan luar memang kita bisa melihat semua postingan jalan-jalan, makan di tempat mewah, pesta yang mereka lakukan menunjukkan mereka seperti selalu ada dalam fase bahagia. Faktanya, tidak selamanya mereka semua dalam kondisi bahagia. Bila ingin merasakan hal yang sama, Anda harus mencari kebahagiaan dirimu sendiri. Jangan memaksakan diri untuk bahagia. Jangan pernah “meracuni” diri sendiri.

Baca juga: BCA Expoversary 2022 Catatkan Transaksi Rp11,5 T

3. Cobalah Menuliskan Perasaanmu

Tidak semua orang bisa dengan mudah mengutarakan isi hati dan perasaannya. Bahkan kepada orang-orang terdekatnya. Kalau Anda salah satunya, tidak perlu merasa terjebak dengan kondisi ini. Anda dapat meluapkan semua emosi tersebut ke dalam tulisan.

Misalnya, tuliskan segala kesedihan, khawatir, atau kemarahan. Dengan begitu Anda sudah berusaha untuk mencoba memahami emosi diri sendiri. Juga menerima semuanya. Tidak mengabaikannya begitu saja.

Bagaimana pun, pada akhirnya kebahagiaan dirimu sendiri adalah hal paling penting. Tidak ada orang yang bisa selalu merasa bahagia setiap saat. Di momen-momen penuh tantangan inilah waktunya kita untuk menerima dan merasakan segala emosi yang terjadi. Dengan begitu kita bisa lebih memahami diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Aha

Exit mobile version