Media Asuransi – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini diperkirakan akan bergerak konsolidasi dengan kecenderungan menguat pada range pergerakan 6.000-6.100.
Equity Research Coordinator PT Erdikha Elit Sekuritas, Hendri Widiantoro, menjelaskan bahwa secara tekninal, IHSG pada perdagangan kemarin ditutup menguat membentuk pola candle morning star ke level 6.079. Ditransaksikan dengan volume yang relatif sepi jika dibandingkan dengan rata-rata volume 5 hari pedagangan.
“Indikator stochastic juga tampak terjadi golden cross yang mengindikasikan adanya potensi terjadinya penguatan. IHSG pada hari ini diperkirakan akan bergerak konsolidasi dengan kecenderungan menguat pada range pergerakan 6.000-6.100. ASSA, UNVR, BNLI,JPFA,BBRI, ACES, UNVR, RALS,” katanya melalui riset harian yang dikutip Media Asuransi, Jumat, 16 April 2021.
Baca juga: Erdikha Sekuritas: IHSG Berpotensi Kembali Menguat
Hendri menjelaskan IHSG pada perdagangan kemarin ditutup menguat pada level 6.080 (0,48%) ditransaksikan senilai Rp10,18 triliun dengan volume transaksi 15,5 miliar lembar saham. Asing melakukan aksi beli bersih Rp291,42 miliar pada beberapa saham LQ45 seperti: TBIG 102.(B), BBRI 95.4(B), ANTM 92.6(B), BBNI 54.7(B), BBCA 43.2(B), ASII 23.1(B), dan TLKM 21.3(B).
Adapun sektor yang menopang laju IHSG perdagangan kemarin meliputi sektor Agriculture (2,191%), Trade (1,007%), (0,997%), Manufactur (0,591%), Consumer (0,433%), Infrastructure (0,362%), Finance (0,306%), Property (0,244%), Mining (0,056%), Misc-Ind (0,045%).
“Pergerakannya cukup mix, ketika data ekonomi Indonesia terkait Neraca Perdagangan, Ekspor dan Impor rilis, market juga terlihat memberi respons namun tidak berhasil menguat signifikan.”
Baca juga: Indo Tambangraya (ITMG) Bagikan Dividen Sebesar US$35,5 Juta
Akan tetapi, pada saat post-closing IHSG mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dari kenaikan tersebut, asing tercatat melakukan aksi beli yang cukup signifikan di beberapa saham bluechip dengan kapitalisasi cukup besar seperti BBCA, BBRI, UNVR, dan juga TLKM sehingga menjadikan indeks yang sebelum pre- clossing berada di teritori merah, namun setelah post-closing indeks berbalik bergerak ke teritori hijau.
Menurut Hendri, beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG pada perdagangangan kemarin di antaranya adanya rilis data neraca perdagangan Indonesia pada pukul 11.00 WIB yang mengalami penurunan dari sebelumya US$2,01 miliar menjadi US$1,56 miliar. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan pada ekspor yang cukup signifikan sedangkan untuk impor mengalami kenaikan juga namun lebih kecil dari ekspornya.
Selain dari domestik, hari ini juga akan rilis data mengenai retail sales dari US yang diprediksi akan mengalami kenaikan dari sebelumnya -3% menjadi 5,9%. Kenaikan proyeksi ini juga sejalan dengan angka inflasi US yang telah rilis hari Selasa lalu yang hasilnya mengalami kenaikan dari sebelumnya sesuai dengan proyeksi market.
Baca juga; Erdikha Sekuritas: IHSG Berpotensi Kembali Menguat
“Sehubungan dengan hal tersebut maka wajar apabila proyeksi untuk data retail sales bulan Maret US juga meningkat. Kemudian selain data retail sales, dari US juga akan rilis data mengenai klaim pengangguran yang diprediksi mengalami penurunan dari sebelumnya 744.000 menjadi 700.000 menurut consensus Trading Economics dan juga data mengenai Industrial Production dan Manufacturing Production yang diproyeksikan akan mengalami kenaikan juga”.
Membaiknya data ekonomi US, dimulai dari angka inflasi, Export-Impor Price, IKK, yang akan rilis pada hari ini membuat investor optimistis bahwa recovery economy pada tahun ini akan berjalan dengan baik, seiring dengan berjalannya program vaksinasisasi di berbagai negara termasuk US dan Indonesia.
Beberapa kebijakan baik moneter maupun fiskal dan juga stimulus di beberapa sektor industri juga sudah diberikan oleh bank sentral dan pemerintah guna membantu mendorong prekonomian, baik secara domestik di masing-masing negara, maupun secara global pada umumnya.
Baca juga: Sepanjang Tahun 2020 Laba Bersih Vale Indonesia (INCO) Naik 44 Persen
Lebih lanjut, Hendri menuturkan bahwa pergerakan IHSG akhir-akhir ini juga sebenarnya lebih banyak terpengaruh oleh adanya sentimen dari eksternal, dibandingkan dari domestik. Data-data ekonomi yang sudah atau yang akan rilis, juga tidak mempunyai dampak yang signifikan karena sudah diprediksi oleh investor. Aksi korporasi beberapa emiten domestik juga menjadi salah satu faktor penggerak IHSG akhir-akhir ini.
Namun, selain beberapa faktor tersebut, sambungnya, ada juga sentimen negatif yang mempengaruhi IHSG yang membuat kenaikannya sering kali tertahan, yakni karena adanya kekhawatiran investor akan adanya lonjakan kasus Covid-19 baik secara domestik di Indonesia maupun secara global.
“Jika kita lihat momentumnya kini sedang bulan puasa (Ramadhan), biasanya menjelang lebaran akan banyak masyarakat yang melakukan aktivitas mudik, meskipun tahun ini pemerintah sudah melarang aktivitas mudik tersebut. Namun demikian, kekhawatiran investor terhadap lonjakan kasus Covid-19 dalam periode ini tetap ada,” jelasnya. Aca