Site icon Media Asuransi News

Kelancaran Impor, Pengaruhi Fluktuasi Harga Daging

Media Asuransi – Peristiwa yang selalu terulang setiap tahun saat memasuki Bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri, salah satunya adalah kenaikan harga daging di berbagai wilayah Indonesia. Hal ini juga terjadi pada awal April 2021, sekitar sepekan menjelang Ramadhan.

Menurut Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta, Suharman Tabrani, ada dua hal yang selama ini berkontribusi terhadap pergerakan harga daging sapi. Pertama adalah kelancaran impor daging sapi, baik berupa sapi hidup maupun daging beku. Kedua, budaya masyarakat Indonesia yang lebih memilih daging sapi segar.

“Pemenuhan kebutuhan daging sapi Indonesia dipasok oleh sapi lokal sebanyak 59 persen. Sisanya diimpor dalam bentuk daging, sapi hidup, dan daging kerbau,” kata Suharman Tabrani dalam webinar yang diselenggarakan Klub Jurnalis Ekonomi Jakarta bertajuk “Memasyarakatkan Daging Beku, Upaya Mengurangi Ketergantungan Terhadap Daging Segar”, di Jakarta, Kamis, 22 April 2021.

Baca juga: Ekonomi Pulih, Investasi Saham Menarik Dipilih

Suharman menyampaikan data pada 2018, total konsumsi daging sapi dan kerbau mencapai 678.903 ton. Perinciannya, daging sapi impor sebanyak 14 persen, daging kerbau impor 12 persen, daging lokal dari sapi impor 15 peren, dan daging lokal dari sapi lokal sebanyak 69 persen.

Sementara itu, untuk awal tahun ini Suharman menyampaikan bahwa daging sapi tercatat deflasi sebesar -0.46 persen (yoy) pada Maret 2021, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu (3,39 persen, yoy). Secara tahun berjalan, komoditas ini tercatat deflasi sebesar -0.54 persen (ytd), setelah mengalami inflasi pada beberapa bulan sebelumnya.

Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada beberapa tahun sebelumnya. Koreksi harga tersebut didorong oleh mulai masuknya pasokan daging sapi impor dan daging kerbau impor di pasar domestik.

“Ke depan, perlu diperhatikan potensi kenaikan harga daging sapi domestik akibat dampak tren peningkatan harga sapi dunia dan peningkatan permintaan masyarakat di bulan Ramadhan dan Idul Fitri,” katanya.

Untuk mengendalikan pergerakan harga daging sapi, dia menjelaskan bahwa TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) DKI Jakarta memiliki program bernama program 4K, salah satunya degan penyediaan alternatif pilihan daging selain daging segar dengan menyediakan daging ayam beku, daging sapi beku, dan daging kerbau beku sebagi alternatif substitusi daging sapi. Program 4K merupakan singkatan dari Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif.

Baca juga: Bank Indonesia: Inflasi Inti Rendah, Dipengaruhi 3 Faktor

Suharman menyampaikan tiga rekomendasi yang perlu diperhatikan para pemangku kepentingan terkait. Pertama, peningkatan komunikasi kepada masyarakat untuk mengonsumsi daging beku yang berkualitas. Kedua, pemantauan risiko keamanan dan kualitas daging beku. Sedangkan rekomendasi ketiga adalah pembenahan jalur tata niaga aneka daging dan sistem produksi.

Sementara itu, Founder PT Suri Nusantara Jaya, Diana Dewi, mengakui bahwa daging beku belum menjadi pilihan utama untuk dikonsumsi masyarakat Indonesia. Padahal, daging beku memiliki banyak keunggulan dibandingkan daging segar. Selain kualitas yang terjamin, daging beku yang beredar di Tanah Air pun dipastikan telah bersertifikasi halal.

Sebagai importir dan distributor utama produk daging, Diana mengaku melihat sendiri betapa ketatnya pengecekan terhadap kualitas produk daging beku yang diimpor. “Kehalalan daging beku juga terjamin. Saat masuk ke Indonesia, salah satu persyaratan yang tidak bisa dilewatkan adalah sertifikat halal. Kalau tidak ada, daging beku itu tidak bisa masuk ke Indonesia,” katanya saat menyampaikan materi dalam webinar ini secara daring.

Diana juga menambahkan, daging beku juga dapat menjadi substitusi daging segar. Apalagi, pasokan daging beku bisa didapat secara lebih berkesinambungan. “Dengan stok banyak, harga bisa stabil. Industri juga nyaman karena punya produk yang bahan bakunya stoknya stabil,” katanya.

Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, saat menyampaikan sambutan menyampaikan bahwa Pemprov DKI memiliki memiliki peran dan tanggung jawab besar dalam menyiapkan dan menjaga kualitas daging agar layak dikonsumsi oleh masyarakat. Salah satunya dengan meningkatkan penyediaan stok daging sapi beku.

Baca juga: Defisit APBN per Agustus Tembus 3,05 Persen dari PDB

Dia menyadari bahwa masyarakat Indonesia, tak terkecuali warga DKI Jakarta, masih bergantung pada daging segar. Oleh karena itu ada langkah untuk meningkatkan animo masyarakat dalam mengkonsumsi daging beku. “Sosialisasi tentang nilai manfaaat daging beku harus terus dilakukan. Masyarakat juga harus terus diberikan pemahaman tentang arti penting program ketahanan pangan,” ujarnya.

Terkait stok daging sapi di masa Ramadhan ini, Wagub DKI Jakarta ini menegaskan ketersediaan daging dalam kondisi aman. Berdasar data dari PD Dharma Jaya, stok daging sapi saat ini kurang lebih 838 ton. Sementara, kebutuhan daging sapi pada hari besar dan keagamaan nasional, yaitu Ramadhan dan Lebaran kurang lebih 150 ton. Lalu, untuk kebutuhan penjualan rutin 500 ton, Natal dan Tahun Baru sebanyak 50 ton.

“Mengingat tingginya angka konsumsi DKI Jakarta, maka untuk memenuhi kebutuhan itu, Pemprov DKI membeli daging dari dalam negeri maupun impor. Masyarakat tidak perlu khawatir, Pemprov memastikan stok daging sapi selama bulan Ramadhan cukup,” kata Ahmad Riza Patria.

Sementara itu secara nasional kebutuhan daging pada 2020 mencapai 717.150 ton. Adapun produksi dalam negeri hanya mencapai 422.533 ton. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama PT Berdikari (Persero) Harry Warganegara, saat menjadi pembicara dalam webinar ini.

Harry mengatakan, realisasi impor daging beku pada 2020 mencapai 387.506 ton. Jumlah itu terdiri atas daging kerbau beku sebanyak 81.618 ton dan daging sapi beku sebanyak 189.698 ton. “Untuk daging kerbau, Berdikari mendatangkan 24 ribu ton. Sedangkan daging sapi beku sebanyak 1.825 ton,” katanya. Edi

Exit mobile version