Media Asuransi – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan peringkat “idAA” atas PT Bussan Auto Finance (BAF), Obligasi II/2018, dan Obligasi III/2019 yang masih beredar.
Berdasarkan keterangan resmi yang dikutip Media Asuransi, Senin, 12 April 2021, Pefindo menjelaskan bahwa kesiapan perusahaan untuk melunasi Obligasi II/2018 Seri B senilai Rp500 miliar yang akan jatuh tempo pada tanggal 21 Mei 2021 didukung oleh kas dan setara kas sebesar Rp687,4 miliar serta fasilitas pinjaman perusahaan yang belum digunakan sebesar Rp8,3 triliun pada akhir Desember 2020.
Baca juga: Terdampak Covid-19, Pefindo Tetapkan Prospek Bank Capital (BACA) Negatif
Prospek untuk peringkat perusahaan adalah “stabil”. Obligor dengan peringkat idAA memiliki sedikit perbedaan dengan peringkat tertinggi yang diberikan, dan memiliki kemampuan yang sangat kuat untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang relatif dibandingkan terhadap obligor Indonesia lainnya. Peringkat tersebut mencerminkan kemungkinan tingkat dukungan induk perusahaan yang sangat kuat, posisi pasar yang kuat, dan tingkat permodalan yang kuat. Namun, peringkat dibatasi oleh kualitas aset yang di bawah rata-rata dan kompetisi yang ketat di industri.
“Peringkat dapat dinaikkan jika Pefindo melihat ada bukti dukungan yang lebih kuat dari induk, posisi pasar yang lebih kuat, dan pada waktu yang sama perusahaan terus menunjukkan perbaikan pada indikator kualitas aset dan profitabilitas. Peringkat dapat diturunkan jika Pefindo melihat adanya penurunan dukungan yang signifikan dari pemegang saham. Peringkat juga dapat berada di bawah tekanan jika profil bisnis atau kualitas aset BAF terus menurun secara substantial, hingga hal ini dapat memengaruhi tingkat dukungan dari pemegang saham,” tulis Pefindo.
Baca juga: DMAS Raih Marketing Sales Rp228 Miliar di Kuartal I/2021
Pefindo menilai penyebaran pandemi telah berdampak signifikan terhadap industri pembiayaan dalam hal pertumbuhan, kualitas aset, dan profitabilitas, terutama terkait pembiayaan pada sektor-sektor ekonomi yang terkena dampak langsung seperti perhotelan, pariwisata, restoran, serta transportasi. Sektor manufaktur dan perdagangan berbasis komoditas juga terpengaruh pada tingkat yang lebih rendah, karena terbatasnya akses ke tempat kerja.
Kemampuan debitur dari sektor-sektor ekonomi tersebut terpengaruh secara signifikan, sehingga kemampuan pembayaran kembali kewajiban finansial mereka mengalami penurunan, serta mempengaruhi profil keuangan perusahaan-perusahaan pembiayaan. Meskipun POJK 58/POJK.05/2020 memungkinkan perusahaan pembiayaan untuk merestruktur debitur yang terdampak pandemi untuk dapat mempertahankan rasio kualitas aset mereka, implementasinya juga memungkinkan terjadinya risiko moral hazard, yakni debitur-debitur yang sebenarnya tidak terlalu terpengaruh juga dapat tidak melakukan pembayaran angsuran.
Baca juga: OJK Akan Tetapkan Modal Inti Bank Minimal Rp10 Triliun
“Kami memperkirakan terkendalinya dampak dari penyebaran pandemi terhadap profil kredit BAF, mempertimbangkan profil likuiditas dan dukungan finansial dari kreditur yang kuat terkait dengan hubungan kepemilikan saham dengan Mitsui Co, Ltd dan Yamaha Motor Co, Ltd yang memberikan akses pendanaan yang stabil,” tulis Pefindo.
BAF juga menerapkan kriteria pembiayaan yang lebih ketat dan mengintensifkan upaya penagihan angsuran yang didukung oleh infrastruktur teknologi informasi yang kuat. Hal ini diperkirakan dapat memitigasi potensi penurunan bisnis akibat proyeksi pertumbuhan penjualan otomotif nasional yang belum akan sepenuhnya pulih dalam 18-24 bulan ke depan dan dapat mempengaruhi permintaan terhadap jasa pembiayaan untuk pembelian kendaraan bermotor.
Pefindo menyatakan akan terus memantau secara ketat perkembangan dampak pandemi terhadap performa perusahaan dan profil kredit secara keseluruhan.
BAF didirikan pada tahun 1995 sebagai PT Pembiayaan Getraco Indonesia. Perusahaan kemudian berganti nama menjadi PT Danamon Mits Otomotif Finance pada tahun 1997, dan menjadi PT Bussan Auto Finance pada tahun 1998. Per Desember 2020, 65,0% saham Perusahaan dimiliki oleh Mitsui & Co., Ltd, Yamaha Motor Co., Ltd (17,7%), PT Sinergi Autoindo Abadi (15,0%), dan PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (2,3%). Perusahaan memiliki 177 kantor cabang untuk melayani 816.978 rekening pembiayaan, dengan tenaga kerja sejumlah 5.004 karyawan. Aca