Media Asuransi – Dampak dari potensi tapering The Fed pada tahun ini terhadap pasar saham Tanah Air diperkirakan tidak akan separah taper tantrum pada tahun 2013.
Analis PT Mirae Asset Sekuritas, Hariyanto Wijaya, menjelaskan ada dua hal yang membuat dampak dari potensi tapering Fed pada tahun 2021 tidak separah taper tantrum pada tahun 2013. Pertama, arus masuk asing ke ekuitas Indonesia dari QE saat ini secara signifikan lebih rendah daripada QE pascakrisis keuangan tahun 2008.
|Baca juga: Arah Strategi Investasi Obligasi Pasca Normalisasi Kebijakan The Fed
Kedua, kondisi makro ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih baik dibandingkan tahun 2013.
“Selama taper tantrum 2013, IHSG sempat mengalami koreksi selama beberapa bulan akibat derasnya arus keluar asing selama perdebatan mengenai tapering tersebut. Namun, ketika The Fed mulai melakukan tapering pada Desember 2013, IHSG mulai pulih,” jelasnya melalui riset harian.
Sementara itu terkait perkembangan ekonomi dalam negeri, Hariyanto menjelaskan pembukaan kembali ekonomi karena kasus Covid-19 di Indonesia terus menurun ke tingkat PPKM pradarurat. Setelah 2 bulan PPKM Darurat di Jawa dan Bali sejak 3 Juli, kasus Covid-19 di Indonesia saat ini telah turun secara signifikan ke tingkat PPKM pradarurat. Akibatnya, langkah-langkah pembatasan mobilitas dilonggarkan di lebih banyak kota, dan kegiatan ekonomi berangsur-angsur membaik.
|Baca juga: Bank Indonesia dan The Fed Kerjasama Repo Line 60 Miliar Dolar AS
Dari sisi kinerja emiten, jelas Hariyanto, laba emiten kuartal II/2021 tercatat lebih baik dari perkiraan. Per 10 September 2021, 42 dari 45 perusahaan yang terdaftar di indeks LQ45 telah merilis pendapatan kuartal II/2021. Laba bersih agregat sedikit tumbuh sebesar 2,4% qoq (+65,8% yoy). Secara keseluruhan, 40% dari total perusahaan LQ45 membukukan di atas ekspektasi, 33% perusahaan sesuai dengan ekspektasi konsensus, sedangkan sisanya 28% di bawah ekspektasi.
“Kami menambahkan sebuah bank, yaitu BMRI, sebuah perusahaan properti, yaitu BSDE, sebuah perusahaan batu bara, yaitu ITMG, dan dua perusahaan pertambangan nikel, yaitu ANTM dan INCO ke top picks kami sebagai pengganti PRDA, HEAL, TOWR, MAPI, dan LSIP. Pilihan utama kami condong ke bank, pengecer, properti, pertambangan batu bara, dan pertambangan nikel membuka jalan bagi BBNI, BMRI, BTPS, MAPA, BSDE, ITMG, ANTM dan INCO.”
Pada 10 September, top picks Mirae yang berbobot sama menghasilkan akumulasi pengembalian sebesar 32,0% (vs akumulasi pengembalian IHSG sebesar -4,6%) sejak dimulainya laporan pilihan teratas bulanan pada Agustus 2019. “Oleh karena itu, pilihan utama kami mengungguli IHSG sebesar 36,6 %.” Aca