Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara, menjelaskan bahwa pertumbuhan investor ritel tersebut didominasi oleh generasi milenial dan generasi Z.
“Peningkatan jumlah investor di pasar modal merupakan perkembangan yang menggembirakan. Namun, peningkatan jumlah investor ini harus penerapan tiga program utama dalam menjaga kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia,” kata Tirta dalam Webinar Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (LIKE IT#2) – Yuk Berinvestasi di Pasar Modal, Kamis, 5 Agustus 2021.
Baca juga: Garap Proyek Gas Jawa Hingga Papua, Saham Perusahaan Gas Negara (PGAS) Reli
Pertama, peningkatan literasi keuangan. Khususnya pemahaman terhadap investasi pada instrumen keuangan agar investor semakin cakap dalam mengambil keputusan investasi. Perlu dicatat bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat khususnya di pasar modal masih rendah, yakni hanya 5% masyarakat yang memahami produk pasar modal.
Angka itu jauh di bawah tingkat literasi keuangan nasional yang rata-rata sebesar 38%. OJK berkeyakinan, investor ritel yang melek keuangan dapat melindungi dirinya sendiri dari praktik penipuan dan investasi ilegal.
“Mereka dapat memilih produk investasi yang sesuai dengan kebutuhan serta kemampuannya, dengan mempertimbangkan aspek risiko, legalitas produk, serta kewajaran penawaran produk. Oleh karena itu, segala upaya untuk tingkatkan literasi keuangan khususnya di bidang pasar modal terus kita dorong,” kata Tirta.
Selanjutnya adalah perluasan akses keuangan khususnya juga produk pasar modal supaya lebih merata. Dalam situasi pandemi, Tirta menyatakan ketersediaan produk investasi yang aksesibel, fleksibel, dan affordable merupakan hal yang sangat krusial.
Baca juga: Ekonomi RI Keluar dari Resesi, Apakah Bakal Berlanjut?
Oleh karena itu, OJK akan terus mendorong pendalaman pasar keuangan melalui FKP3K untuk memberikan alternatif instrumen investasi yang lebih banyak, informasi yang lengkap dan memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait investasi di sektor keuangan. Ketiga, adalah program literasi dan inklusi keuangan.
“Menyikapi semakin banyaknya produk investasi yang bersifat hybrid maka sinergi diantara regulator, pemerintah, dan juga industri ini jadi keharusan,” kata Tirta.
Sejalan dengan pertumbuhan investor ritel di tanah air, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hoesen, mengatakan ada konsekuensi tersendiri yang menyertai. Konsekuensi tersebut beragam, mulai dari penipuan hingga keteledoran diri sendiri dalam memutuskan investasi. Sehingga OJK merasa perlu untuk melakukan edukasi secara terus menerus.
“Marak influencer, pompom saham, dan investasi bodong yang ngaku berizin dari OJK yang mengajak dan bujuk investor untuk investasi di produk tertentu. Ini perlu dikenali,” kata Hoesen.
Untuk itu, OJK berpesan agar investor mempelajari dan memahami seluk beluk dan cara kerja pasar modal sebelum memutuskan berinvestasi pada instrumen di dalamnya.
Hoesen mengingatkan prinsip yang berlaku dalam investasi yakni, semakin tinggi imbal hasil, maka semakin tinggi risiko. Sehingga jika ada penawaran menggiurkan terkait imbal hasil yang tinggi, namun dengan iming-iming risiko rendah, perlu diwaspadai. Selain itu, gunakan sumber dana di luar kebutuhan pokok maupun dana cadangan, dan jangan gunakan pinjaman apalagi pinjol ilegal untuk transaksi di pasar modal.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat perkembangan investor di pasar modal hingga akhir Juli 2021 mencapai 5,82 juta single investor id/SID.
Dalam paparannya, Hoesen juga menuturkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah berada pada posisi 6.130 atau naik 2,53% ytd. Sementara itu nilai kapitalisasi pasar juga telah meningkat menjadi Rp7.304 triliun atau naik 4,8% ytd.
“Sepanjang 2021, OJK juga telah keluarkan surat pernyataan efektif, pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum untuk 92 emisi dengan total nilai penawaran umum mencapai Rp117,49 triliun,” kata Hoesen.
Total NAB reksa dana, meskipun secara ytd mencatatkan penurunan sebesar 4,6 persen, tetapi secara month to date (mtd) masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,52 persen. Menjadi Rp541 triliun sampai dengan 2 Agustus, dari angka per 30 Juli sebesar Rp538,48 triliun. Aha