1
1

Citi: Industri Post-Trade Global Bersiap Adopsi Kecerdasan Buatan

Gedung Citi. | Foto: Citi Indonesia

Media Asuransi, JAKARTA – Temuan Citi dalam whitepaper terbaru bertajuk ‘Securities Services Evolution’ memaparkan industri post-trade global siap menghadapi transformasi lebih lanjut dalam hal kecepatan, ketahanan, dan efisiensi biaya pemrosesan perdagangan.

Setelah bertahun-tahun menyiapkan landasan, para pelaku pasar kini berfokus pada eksekusi serta implementasi berbagai inisiatif untuk meningkatkan efisiensi dan mendorong inovasi.

|Baca juga: OJK Terbitkan Aturan untuk Dorong Pembiayaan UMKM yang Cepat, Murah, dan Mudah

“Mulai dari percepatan penyelesaian transaksi hingga otomatisasi dalam layanan aset, serta meningkatnya partisipasi pemegang saham dan tata kelola, visi kolektif para pelaku pasar di seluruh dunia kini mengarah pada tema yang sama,” kata Head of Investor Services Citi Chris Cox, dikutip dari keterangan tertulisnya, Senin, 15 September 2025.

Industri saat ini berada di titik perubahan signifikan mengingat para pelaku pasar semakin fokus pada inisiatif penyelesaian transaksi dengan siklus T+1, mengadopsi aset digital, dan menguji coba GenAI dalam operasional mereka.

“Di Citi, kami tidak hanya mengamati perubahan ini, tetapi juga secara aktif membantu nasabah memanfaatkan peluang dan menciptakan nilai melalui penerapan solusi digital dan data secara strategis,” katanya.

CEO Citi Indonesia Batara Sianturi menambahkan transformasi yang terjadi secara global semakin relevan untuk Indonesia. Percepatan pembayaran, adopsi aset digital dan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dapat membuka peluang baru bagi industri keuangan, serta memperkuat ekonomi digital dalam negeri.

“Citi Indonesia berkomitmen untuk mendukung klien institusional kami agar siap menghadapi perubahan ini,” ucapnya.

Edisi kelima dan terbaru dari survei whitepaper tahunan Citi melibatkan 537 pemimpin industri —jumlah partisipasi terbesar sejauh ini— dan untuk pertama kalinya whitepaper ini juga menyoroti peran GenAI dan pandangan terkait adopsinya.

Para responden mencakup pimpinan dari Financial Market Iinfrastructures (FMI) atau lembaga infrastruktur pasar keuangan, kustodian, bank, broker –dealer, manajer aset, hingga investor institusional. Whitepaper ini juga memuat wawasan kualitatif dari 13 lembaga infrastruktur pasar keuangan.

Beberapa temuan utama dari whitepaper, yakni:

Stablecoin yang diterbitkan bank adalah enabler utama

Sebanyak 10 persen perputaran pasar diperkirakan menggunakan aset digital dan tokenisasi sekuritas pada 2030. Stablecoin yang diterbitkan bank dianggap sebagai enabler utama untuk mendukung efisiensi jaminan, tokenisasi dana, dan sekuritas pasar non-publik.

Beban kerja kumulatif dari percepatan penyelesaian pembayaran

Beban kerja kumulatif untuk percepatan penyelesaian transaksi T+1 saat ini sangat tinggi secara historis. Mayoritas perusahaan (76 persen) secara aktif mengerjakan inisiatif T+1 pada 2025, sementara 48 persen perusahaan masih menjalankan proyek Amerika Utara yang terkait dengan percepatan penyelesaian transaksi T+1 untuk mengoptimalkan proses internal.

Otomatisasi sangat penting untuk T+1 di Inggris dan Eropa

Seiring fokus pada kesiapan inisiatif T+1 bergeser ke Inggris dan Eropa, otomatisasi akan menjadi faktor kunci. Untuk mendukung transaksi ini, perusahaan menyoroti tiga hal utama yaitu peningkatan proses operasional internal, modernisasi teknologi lama, serta perpanjangan jam operasional infrastruktur penyelesaian transaksi.

Penggunaan GenAI dalam operasional post-trade

Sebanyak 86 persen responden menyebutkan perusahaan mereka tengah menguji coba penggunaan GenAI, dengan 57 persen di antaranya khusus untuk post-trade. Perusahaan dari sisi pembeli menjadi pionir dalam pemanfaatan GenAI di back office, sementara 67 persen investor institusional memprioritaskan uji coba penggunaan GenAI untuk rekonsiliasi, pelaporan, serta penyelesaian transaksi post- trade.

Asia-Pasifik memimpin dalam adopsi aset digital

Kawasan Asia Pasifik menjadi yang terdepan dalam adopsi aset digital, didorong oleh tingginya penggunaan kripto di kalangan ritel dan dukungan regulasi untuk mempercepat implementasi proyek aset digital.

Head of Custody Citi Amit Agarwal menambahkan percepatan peralihan menuju aset digital dan GenAI menjadi sinyal jelas klien tengah mempersiapkan bisnis dan model operasional mereka untuk masa depan. Seperti yang disoroti dalam whitepaper tersebut, kustodian diperkirakan menjadi pihak utama dalam tokenisasi sekuritas pada 2030.

“Dan siap menjalankan peran tersebut sebagai bagian dari fungsi penitipan aset. Seiring konvergensi aset digital dan tradisional, Citi terus mengembangkan kapabilitas dan solusi inovatif untuk menjawab kebutuhan layanan kustodian aset digital yang semakin meningkat,” pungkasnya.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post IPOT Sebut Sentimen The Fed dan Stimulus Pemerintah Dorong IHSG Melonjak Pekan Ini
Next Post Rayakan Hari Pelanggan Nasional, Tugu Insurance Berkomitmen Hadirkan Layanan Terpercaya

Member Login

or